52 Definisi yang dituliskan oleh guru 48,39 tidak jelas, sehingga keberadaan
faktorkomponen lingkungan tidak dapat diidentifikasi, dan satu guru 3,23 bahkan tidak menuliskan jawaban apapun Tabel 11. Banyaknya jawaban guru
yang tidak jelas saat diminta untuk menuliskan definisi mengenai lingkungan berdasarkan pemikirannya mengarah pada kesimpulan bahwa guru tidak memiliki
pemahaman yang baik tentang lingkungan. Guru tidak menguasai konsep lingkungan secara utuh. Jika dibandingkan antara gambar dan tulisan yang dibuat
oleh guru, terlihat bahwa sebagian besar guru kurang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan gagasan, pemikiran ataupun persepsinya tentang lingkungan dalam
bentuk gambar maupun tulisan. Diskusi dengan guru juga menunjukkan bahwa guru memang tidak terbiasa dan kurang mampu mengungkapkan pemikirannya
dalam bentuk gambar dan tulisan. Instrumen DAET yang digunakan untuk mengukur persepsi guru tentang
lingkungan dikembangkan di negara maju yang masyarakatnya telah terbiasa mengungkapkan pemikiran, gagasan ataupun persepsi yang dimiliki dalam bentuk
gambar ataupun tulisan. Penggunaan gambar dan tulisan sebagai bentuk pengungkapan gagasan, pemikiran atau persepsi belum membudaya sebagai suatu
perilaku yang penting dalam dunia pendidikan di Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih terbiasa mengungkapkan pemikirannya secara lisan. Pendidikan di Indonesia
belum mendorong penggunaan bentuk ekspresi gambar dan tulisan tersebut. Hal tersebut telah membuat guru tidak dapat mengekspresikanmengungkapkan
pemahamannya mengenai konsep lingkungan dengan baik dalam DAET. Kemampuan guru untuk dapat mengungkapkan pemikiran, idegagasan dan
persepsi dengan berbagai cara sesungguhnya akan membuka pilihan yang lebih luas bagi guru untuk menggunakan cara yang dapat lebih dipahami oleh siswanya.
Analisis statistik dengan menggunakan Spearman correlation dilakukan terhadap hasil skor persepsi dari gambar yang dibuat guru dengan menggunakan
Draw-An-Environment-Test Rubric DAET-R untuk mengetahui keberadaan asosiasi atau hubungan antara persepsi lingkungan guru dengan peubah usia,
pendidikan, masa kerja dan lama mengajar. Hasil analisis korelasi menunjukkan bahwa tidak ada satupun nilai dari keempat peubah tersebut yang secara statistik
berbeda nyata, artinya keempat peubah tersebut tidak memiliki asosiasihubungan
53 dengan persepsi lingkungan. Persepsi mengenai lingkungan pada guru-guru dari
sekolah contoh tidak dipengaruhi oleh usia guru tersebut, pendidikan yang pernah diikuti, masa kerja maupun lama mengajar.
Uji statistik dengan Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis dilakukan untuk melihat apakah peubah seperti tingkat pendidikan, sekolah tempat mengajar, jenis
kelamin, kelas yang pernah diasuh, kelas yang saat ini diasuh, mata ajaran khusus yang pernah diasuh, mata ajaran khusus yang saat ini diasuh, tugas lainnya,
pengalaman mengajar PLH, PLH formal yang pernah diikuti, PLH non formal yang pernah diikuti, pengalaman mengikuti organisasi yang kegiatannya berfokus
pada alam, serta pengalaman berinteraksi dengan alam dan waktu mendapatkannya membentuk perbedaan persepsi lingkungan diantara guru. Hasil
analisis menunjukkan tidak ada satupun nilai yang secara statistik berbeda nyata, sehingga dapat disimpulkan bahwa kesemua peubah tersebut tidak memberikan
perbedaan persepsi lingkungan pada guru. Pendidikan Lingkungan Hidup PLH di sekolah dilaksanakan oleh guru,
sehingga semestinya guru menguasai konsep lingkungan karena konsepsi lingkungan atau persepsi lingkungan tersebutlah yang akan ditransfer kepada anak
didiknya. Guru juga perlu memiliki kemampuan untuk mengungkapkan pemikirannya dengan berbagai bentuk ekspresi, yaitu lisan, tulisan, dan gambar,
sehingga guru memiliki pilihan yang lebih terbuka untuk menggunakan berbagai kemampuannya bereskpresi yang dapat disesuaikannya dengan kondisi kelas dan
anak didiknya. Jika yang disampaikan oleh guru adalah persepsi yang tidak utuhterbatas, baik karena persepsi yang memang terbatas ataupun kemampuan
untuk mengungkapkannya yang terbatas, maka akan membentuk persepsi yang juga tidak utuhterbatas pada anak didik yang kemudian akan mempengaruhi
perilakunya terhadap lingkungan. Persepsi lingkungan yang kurang lengkap atau terbatas, ataupun
kemampuan guru yang terbatas dalam mengungkapkan persepsinya tersebut membutuhkan perhatian dari para pihak yang berkepentingan dengan pendidikan.
Tenaga pendidik lingkungan hidup harus memiliki pemahaman, keterampilan dan sikap yang berkaitan dengan literasi lingkungan NAAEE 2004. Para guru dari
sekolah contoh membutuhkan berbagai kegiatan untuk peningkatan kapasitasnya,
54 sehingga guru dapat memiliki pemahaman dan sikap yang baik mengenai
lingkungan, serta keterampilan yang dibutuhkan untuk dapat menyampaikan pemahaman tersebut kepada para siswaanak didiknya dengan efektif.
5.3 Persepsi guru tentang Pendidikan Lingkungan Hidup PLH
Persepsi guru tentang Pendidikan Lingkungan Hidup PLH diidentifikasi melalui motivasi dan sikap guru terhadap PLH. Motivasi diukur pada enam
subskalapeubah, sedangkan
sikap terhadap
PLH diukur
pada dua
subskalapeubah. Analisis faktor dilakukan terhadap skor yang didapat oleh guru sekolah contoh dari kedelapan subskalapeubah tersebut, sehingga didapatkan
faktor baru yang secara ringkas menggambarkan persepsi guru terhadap PLH.
5.3.1 Persepsi Guru berdasarkan Motivasi Mengajar PLH
Motivasi diukur pada enam subskalapeubah, yaitu interestenjoyment, perceived competence, effortimportance, pressuretension, perceived choice, dan
valueusefulness. Persepsi guru berdasarkan keenam peubah tersebut diuraikan sebagai berikut.
a. MinatKesenangan Guru terhadap PLH
Subskala interestenjoyment minat digunakan untuk mengukur minat dan kesenangan guru terhadap PLH yang dapat menumbuhkan motivasi intrinsik pada
guru dalam mengajarkan PLH. Subskala minat diwakili oleh pernyataan nomor 1, 7, 13 dan 19 pada kuesioner bagian motivasi.
Tabel 12 Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala interestenjoyment
No. Pernyataan
Skor 5
4 3
2 1
1 Saya sangat menikmati kegiatan mengajar
PLH kepada siswa 35,48
51,61 9,68
3,23 0,00
7 Kegiatan mengajar PLH sangat
menyenangkan. 32,26
45,16 16,13
3,23 3,23
13 Saya rasa mengajar PLH adalah kegiatan
yang membosankan. 51,61
38,71 6,45
0,00 3,23
19 Mengajar PLH sama sekali tidak menarik
bagi saya. 74,19
25,81 0,00
0,00 0,00
Rata-rata 48,39
40,32 8,06
1,61 1,61
55 Skor 5 pada subskala interestenjoyment yang diwakili oleh pernyataan
nomor 1, 7, 13 dan 19 berturut-turut menunjukkan bahwa kegiatan mengajar PLH
selalu sangat dinikmati oleh guru, selalu sangat menyenangkan bagi guru, selalu
tidak membosankan bagi guru, dan selalu menarik bagi guru. Selanjutnya skor 4 menunjukkan kegiatan mengajar PLH seringkali sangat dinikmati, seringkali
sangat menyenangkan, seringkali tidak membosankan dan seringkali menarik bagi guru. Skor 3 menunjukkan kegiatan mengajar PLH kadang sangat
dinikmati, kadang sangat menyenangkan, kadang tidak membosankan dan kadang
menarik bagi guru. Skor 2 menunjukkan bahwa kegiatan mengajar PLH
seringkali tidak dapat dinikmati, seringkali tidak menyenangkan, seringkali
membosankan dan seringkali tidak menarik bagi guru, dan skor 1 menunjukkan kegiatan mengajar PLH selalu tidak dapat dinikmati oleh guru, selalu tidak
menyenangkan, selalu membosankan dan selalu tidak menarik.
Sebagian besar guru mendapatkan skor 5 dan 4 pada keempat nomor pernyataan subskala interestenjoyment Tabel 12. Hanya 8,06 guru yang
mendapatkan skor 3 dan masing-masing 1,61 guru yang mendapatkan skor 2 dan 1. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar guru dapat
menikmati kegiatan mengajar PLH dan merasa bahwa kegiatan tersebut sangat menyenangkan, tidak membosankan, dan menarik. Hampir semua guru dari
sekolah contoh memiliki minatkesenangan untuk mengajar PLH yang dapat menumbuhkan motivasi intrinsik guru untuk mengajar PLH. Hal tersebut berarti
bahwa guru memiliki persepsi positif tentang PLH dalam hal minatkesenangan guru untuk mengajar PLH.
b. Kompetensi yang Dirasakan Guru dalam Mengajar PLH
Subskala perceived competence kompetensi mengukur persepsi guru tentang kompetensikemampuan guru untuk mengajar PLH kepada siswanya.
Subskala kompetensi diwakili oleh pernyataan nomor 2, 8, 14, 20 dan 25 dalam kuesioner bagian motivasi. Skor 5, 4, 3, 2, dan 1 pada masing-masing pernyataan
tersebut berturut-turut berarti bahwa guru selalu, seringkali, kadang, seringkali tidak, dan selalu tidak
merasa sangat mampu mengajar PLH, merasa kemampuannya mengajar PLH cukup baik jika dibandingkan guru lain, merasa
56 sangat puas dengan pengajaran PLH yang dilakukannya, merasa terampil
mengajar PLH, dan merasa dapat mengajar PLH sebaik materi lainnya. Guru yang merasa sangat mampu mengajar PLH skor 5 dan 4 lebih sedikit
persentasenya dibandingkan guru yang merasa sebaliknya skor 2 dan 1, sedangkan persentase guru yang kadang merasa sangat mampu dan kadang
sebaliknya cukup besar, yaitu 38,71 Tabel 13. Jika diminta membandingkan kemampuannya mengajar PLH dengan guru lainnya pernyataan nomor 8, lebih
dari 50 guru merasa kemampuannya mengajar PLH tidak cukup baik. Hal tersebut berarti bahwa guru kurang percaya diri akan kemampuannya mengajar
PLH dibandingkan guru lainnya. Tabel 13 Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing
pernyataan dalam subskala perceived competence
No Pernyataan
Skor 5
4 3
2 1
2 Saya merasa sangat mampu mengajar
PLH. 3,23
25,81 38,71
25,81 6,45
8 Saya rasa kemampuan saya mengajar PLH
cukup baik jika dibandingkan dengan guru lain.
0,00 6,45
29,03 38,71
25,81 14
Saya sangat puas dengan pengajaran PLH yang saya lakukan.
9,68 19,35
48,39 19,35
3,23 20
Saya merasa terampil mengajar PLH. 3,23
6,45 35,48
38,71 16,13
25 Saya tidak dapat mengajar PLH sebaik
materi lainnya. 0,00
25,81 48,39
12,90 12,90
Rata-rata 3,23
16,77 40,00
27,10 12,90
Persentase guru yang mendapatkan skor 5 9,68 pada pernyataan nomor 14 lebih besar daripada guru yang mendapatkan skor 1 3,23, sedangkan guru
yang mendapatkan skor 4 dan 2 sama banyak 19,35. Persentase guru terbesar 48,39 mendapatkan skor 3. Hal tersebut menunjukkan bahwa persentase guru
yang selalu merasa sangat puas dengan pengajaran PLH yang dilakukannya lebih besar dibandingkan guru yang selalu merasa sangat tidak puas dengan pengajaran
PLH yang dilakukannya. Hampir setengah jumlah guru terkadang merasa sangat puas dengan pengajaran PLH yang dilakukannya, yang juga berarti bahwa guru
kadang merasa sangat tidak puas dengan pengajaran PLH yang dilakukannya. Kepuasan guru akan pengajaran PLH yang dilakukannya dapat bersumber dari
57 harapan dan upaya yang telah dilakukan dalam pengajaran PLH kepada siswa dan
hasil respon siswa yang didapatkan dari upayanya tersebut. Guru yang selalu merasa sangat puas menunjukkan bahwa hasil yang didapatkan sesuai dengan
harapan dan upaya yang telah dilakukannya, sebaliknya guru yang merasa tidak puas mendapatkan respon yang tidak sesuai dengan harapan dan upaya yang telah
dilakukannya. Penilaian guru terhadap keterampilannya mengajar PLH diwakili dalam
pernyataan nomor 20. Persentase guru yang mendapatkan skor tinggi pada pernyataan ini lebih rendah dibandingkan guru yang mendapatkan skor rendah
Tabel 13. Persentase guru yang seringkali merasa tidak terampil mengajar PLH paling besar, yaitu sebesar 38,71. Guru yang selalu merasa tidak terampil
mengajar PLH sebesar 16,13, persentase yang lebih besar daripada guru yang merasa terampil mengajar PLH. Ini berarti lebih banyak guru yang merasa tidak
terampil mengajar PLH. Pernyataan nomor 25 mengacu pada kemampuan guru mengajar PLH
dibandingkan materi lainnya. Pada pernyataan ini persentase guru yang terbesar, yaitu 48,39, menyatakan bahwa guru kadang dapat mengajar PLH sebaik materi
lainnya. Tidak ada guru yang menyatakan selalu dapat mengajar PLH sebaik materi lainnya, namun ada 25,81 guru yang seringkali dapat mengajar PLH
sebaik materi lainnya, dan masing-masing 12,90 guru menyatakan seringkali tidak dapat mengajar PLH sebaik materi lainnya dan selalu tidak dapat mengajar
PLH sebaik materi lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa guru masih kurang percaya diri dengan kemampuannya mengajar PLH dibandingkan pengajaran
materi lain. Secara keseluruhan pada subskala kompetensi ini, lebih banyak guru yang
merasa kemampuankompetensi yang dimilikinya dalam mengajar PLH masih kurang. Persepsi guru tentang kompetensi atau kemampuannya dalam mengajar
PLH sesungguhnya akan mempengaruhi cara guru mengajar PLH. Guru yang merasa memiliki kemampuan akan lebih percaya diri dalam memberikan materi-
materi PLH kepada siswanya dan dapat menumbuhkan kepercayaan siswa terhadap guru dan materi yang diberikannya, sehingga dapat memberikan respon
yang baik dari siswa.