Persepsi Guru tentang Lingkungan dan Pengukurannya

13 salah satu cara yang baik dalam mengajarkan PLH kepada siswa, karena belajar PLH juga belajar melalui keteladanan. Penelitian ini menggali persepsi guru tentang lingkungan yang dibatasi pada gambaran mental yang dimiliki oleh guru mengenai lingkungan. Persepsi guru tentang lingkungan tersebut digali dengan menggunakan metode survey Draw-An- Environment Test DAET yang terdiri dari dua bagian, yaitu 1 guru diminta untuk membuat gambar lingkungan, dan 2 guru diminta menuliskan definisi mereka mengenai lingkungan dengan melengkapi sebuah kalimat terbuka Desjean-Perrotta et al. 2008; Moseley dan Desjean-Perrotta 2010. Tulisan merupakan refleksicerminan dari persepsi dan pengetahuan guru mengenai lingkungan Desjean-Perrotta et al. 2008 sedangkan gambar merupakan representasi atau gambaran model mental atau citra seseorang sebagai salah satu cara untuk menganalisa kepercayaan pribadi Thomas, Pederson dan Finson 2001 diacu dalam Moseley dan Desjean-Perrotta 2010 guru terhadap lingkungan. Penilaian DAET didasarkan pada konsep mengenai lingkungan dalam NAAEE Guidelines, yaitu interdependensi, pendekatan sistem dan interaksi empat faktor pembentuk lingkungan, yaitu: manusia, organisme hidupbiotik lainnya, lingkungan fisikabiotik dan lingkungan buatan Desjean-Perrotta et al. 2008; Moseley dan Desjean-Perrotta 2010.

2.2.3 Persepsi Guru tentang Penyelenggaraan PLH dan Pengukurannya

Perbedaan individu dan persepsi guru dapat mempengaruhi cara guru mengajar dan memotivasi siswa Brophy dan Good 1974; Skinner dan Belmont 1993; diacu dalam Hardre dan Sullivan 2008. Motivasi yang terbentuk pada siswa selanjutnya akan mempengaruhi luaran-luaran penting terkait sekolah, seperti misalnya perhatian, upaya, tujuan, kualitas kerja, perilaku, kesejahteraan, skor ujian, peringkat, dan penyelesaian sekolah Hidi dan Harackiewicz 2000; Linnenbrink dan Pintrich 2002a; Pintrich 2003; Reeve 1996; diacu dalam Hardre dan Sullivan 2008. Perbedaan individu guru seperti umur, gender, pengalaman mengajar dan perbedaan kontekstual guru seperti mata ajaran dan tingkat kelas yang diajar dapat mempengaruhi praktek pengajaran guru Hardre dan Sullivan 2008. Umur dan gender telah terbukti relevan terhadap seberapa dekat guru mendukung dan 14 menjalin hubungan interpersonal dengan siswanya Jacobs et al. 1998 diacu dalam Hardre dan Sullivan 2008. Pengalaman mengajar terkait dengan fleksibilitas dan kepercayaan diri guru, yang mempengaruhi praktek kelas Bransford, Brown, dan Cocking 1999 diacu dalam Hardre dan Sullivan 2008. Mata ajaran dan tingkat kelas yang diajarkan dapat mempengaruhi upaya dan investasi guru, karena guru dapat mengajar mata ajaran dan siswa dengan kisaran yang sempit ataupun lebar Lemke 1994 diacu dalam Hardre dan Sullivan 2008. Penelitian mengenai persepsi guru tentang program PLH residensial yaitu program PLH menginap yang memberikan kesempatan kepada pesertanya untuk berinteraksi dengan alam di New Jersey School of Conservation mengungkapkan bahwa para guru merasa bahwa pendidikan lingkungan seharusnya dimasukkan dalam persiapan akademik para siswanya karena memiliki pengaruh positif, dan para guru yang terlibat langsung memandang program PLH residensial tersebut sebagai suatu tuntutan pekerjaan Smith-Sebasto 2007. Simmons 1988 diacu dalam Smith-Sebasto 2007 menyatakan bahwa para guru ikut serta dalam program PLH residensial karena memiliki persepsi bahwa program tersebut memberikan pengaruh positif bagi siswanya; karena percaya bahwa program tersebut memberikan siswa kesempatan pertumbuhan personal dan sosial serta memberi kesempatan untuk lebih mempelajari lingkungan dan diri mereka sendiri; para siswa menikmati keberadaan mereka di alam dan menikmati pengalaman itu sendiri. Schartner 2000 diacu dalam Smith-Sebasto 2007 mengungkapkan bahwa para guru mengikuti program PLH residensial karena merasa bahwa mereka diharapkan untuk mengikuti program tersebut jika mengajar pada tingkat kelas tertentu, yang berdasarkan keputusan administratif atau lingkup sekolah, sesuai untuk mendapatkan pengalaman di alam. Penelitian Muntasib et.al. 2009 yang dilaksanakan di 2 Sekolah Dasar SD contoh SDN Gunung Bunder 04 dan SDN Gunung Picung 05 dan 1 Sekolah Menengah Pertama SMPN I Pamijahan di Kabupaten Bogor, serta 2 SD SDN Lembur Sawah 03 dan SDN Bojongwaru di Kabupaten Sukabumi menunjukkan bahwa persepsi guru dari SDN Gunung Bunder Kabupaten Bogor yang memandang PLHPHL bukan hanya sebagai beban tugas namun juga sebagai sesuatu hal yang penting dan bernilai positif bagi siswanya serta motivasi yang baik dari guru di 15 SDN tersebut untuk menerapkan PLHPHL di sekolahnya telah memberikan hasil pengetahuan dan pemahaman siswa yang relatif lebih luas dibandingkan empat sekolah contoh lainnya. Dengan demikian, persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH akan mempengaruhi peran serta guru dalam kegiatan PLH dan cara guru mengajarkan PLH kepada siswanya, dan pada akhirnya mempengaruhi respon siswa. Artinya bahwa persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH merupakan hal yang penting untuk diidentifikasi sebagai langkah awal untuk mencapai efektivitas pengajaran PLH. Robbins 2003 menguraikan bahwa motifmotivasi dan sikap merupakan bagian dari faktor individu yang mempengaruhi terbentuknya persepsi. Dengan demikian, persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH dapat diidentifikasi berdasarkan motivasi guru dalam mengajar PLH dan sikap guru terhadap PLH. Motivasi guru dalam mengajar PLH Motivasi guru secara alamiah berkaitan dengan sikap guru terhadap pekerjaannya, yaitu hasratkeinginan untuk berperan serta dalam proses-proses pedagogis pembelajaran di dalam lingkungan sekolah, minatperhatian guru terhadap disiplin siswa dan kendali di dalam kelas, sehingga menjadi dasar keterlibatan guru dalam kegiatan-kegiatan akademik dan non-akademik di sekolah Ofoegbu 2004. Ryan dan Deci 2000 dalam Teori Determinasi-Diri Self- Determination Theory - SDT membedakan berbagai tipe motivasi berdasarkan alasan atau tujuan yang menyebabkan dilakukannya suatu tindakan, yaitu amotivasi, motivasi ekstrinsik dan motivasi intrinsik yang berada pada suatu kontinum determinasi-diri yang semakin tinggi Gambar 2. Perilaku Non determinasi diri Determinasi-diri Tipe Motivasi Amotivasi Motivasi Ekstrinsik Motivasi Intrinsik Tipe Pengaturan Regulasi Non-regulasi Regulasi Eksternal Regulasi ter- introjeksi Regulasi ter- identifikasi Regulasi ter- integrasi Regulasi intrinsik Lokus Kausalitas Impersonal Eksternal Agak eksternal Agak internal internal internal Gambar 2 Kontinum determinasi-diri Deci dan Ryan 2001.