Persepsi Persepsi guru dalam penerapan pendidikan lingkungan hidup di sekolah dasar sekitar hutan kawasan Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor

78 Ryan dan Brown 2005 diacu dalam Niemic dan Ryan 2009 menyatakan bahwa penyebab utama guru menggunakan strategi pengajaran terkendali dibandingkan strategi pengajaran yang mendukung otonomi siswa di kelas adalah adanya tekanan eksternal pada guru. Pelletier et al. 2002 diacu dalam Niemic dan Ryan 2009 menyatakan bahwa semakin besar tekanan yang dirasakan oleh guru dari atas misalnya, harus mengejar target kurikulum, adanya tekanan dari standar kinerja, guru akan semakin kurang mendukung otonomi siswa dalam pengajarannya, dan lebih mengendalikan siswanya. Padahal motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik tipe otonomi motivasi otonomi sangat mendukung keterlibatan dan pembelajaran optimal siswa dalam konteks pendidikan Niemic dan Ryan 2009. Roth et al. 2007 menyatakan bahwa motivasi otonomi untuk mengajar berhubungan positif dengan motivasi otonomi siswa untuk belajar, artinya motivasi otonomi untuk mengajar akan meningkatkan pengajaran yang mendukung otonomi siswa sehingga meningkatkan motivasi otonomi siswa untuk belajar yang selanjutnya akan meningkatkan respon pembelajaran siswa. Roth et al. 2007 lebih lanjut menjelaskan bahwa motivasi otonomi untuk mengajar meningkatkan pengajaran yang mendukung otonomi siswa dengan melibatkan beberapa proses, yaitu: 1. Proses pertama melibatkan peningkatan pemahaman guru akan nilai materi yang mereka ajarkan dan keragaman cara untuk menguasai materi tersebut. Guru yang termotivasi secara otonomi akan mengembangkan pemahaman yang mendalam akan manfaat dari materi yang mereka ajarkan dan metode yang digunakan, sehingga mereka dapat memberikan penjelasan dan contoh yang meyakinkan bagi siswa mereka mengenai nilai dan relevansi materi tersebut dan metode pengajaran yang digunakan. Pemahaman guru tersebut terhadap materi yang diajarkan juga akan membuat mereka memahami berbagai fasetbagian dari materi tersebut dan berbagai cara untuk mempelajarinya, sehingga guru dapat memberikan pilihan bagi siswa mereka. 2. Proses kedua melibatkan pemahaman guru terhadap motivasi otonomi dan manfaatnya berdasarkan pengalaman pribadi guru. Guru yang telah merasakan manfaat motivasi otonomi akan menginginkan siswanya juga 79 bertindak dan belajar dengan motivasi otonomi karena guru tersebut memahami bahwa tipe motivasi tersebut akan mengarah pada pembelajaran yang berkualitas tinggi dan meningkatkan apresiasi terhadap materi yang mereka ajarkan dan cintai. Guru tersebut akan melakukan tindakan pengajaran yang mendukung otonomi siswa, seperti menjelaskan relevansi berbagai materi dengan tujuan siswa, dan mengijinkan siswa memilih aktivitas belajar yang mereka sukai. 3. Proses ketiga melibatkan daya tahan yang lebih besar, yang dimiliki oleh guru dengan motivasi otonomi, terhadap tekanan untuk pencapaian dan keprihatinan akan pembentukan kesan, serta investasi lebih besar yang dicurahkan guru dalam pembelajaran berkualitas tinggi. Guru yang lebih termotivasi secara otonomi akan lebih bersedia untuk memberikan pilihan bagi siswanya dan menggunakan lebih banyak waktu untuk menjelaskan relevansi berbagai materi karena mereka tidak terlalu merasakan tekanan untuk memberikan pencapaian formal yang cepat dan mengesankan, dan mereka lebih berkeinginan untuk memperdalam pemahaman akan materi yang mereka ajarkan. Guru perlu menggunakan strategi pengajaran yang mendukung otonomi siswa dalam belajar untuk dapat mencapai pembelajaran PLH efektif. Hal tersebut dapat dilakukan jika guru memiliki motivasi intrinsik ataupun motivasi otonomi motivasi eksternal yang bersifat otonomi dalam mengajar PLH, serta sikap yang positif pula terhadap PLH. Motivasi intrinsik dan sikap positif berkaitan dengan pengajaran PLH berarti bahwa guru memiliki persepsi yang positif tentang efektivitas pengajaran PLH dan manfaat PLH baik bagi dirinya, siswanya, maupun lingkungannya, serta luaran pengajaran PLH yang diharapkan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi lingkungan yang terbatas, sebagian besar karena guru kurang mampu mengungkapkan gagasanpemikiran melalui gambar dan tulisan, yang berarti bahwa kompetensi guru rendah dalam mengungkapkan pemikiran melalui gambar dan tulisan. Guru seharusnya memiliki kemampuan untuk mengungkapkan pemikirannya melalui berbagai macam cara, termasuk gambar dan tulisan, sehingga guru memiliki lebih banyak pilihan cara untuk mengungkapkan persepsipemikirannya mengenai