34
c. Spearman Correlation
Analisis statistik dengan menggunakan Spearman correlation digunakan
untuk menentukan arah dan derajat hubunganasosiasi antara berbagai variabelpeubah dari faktor individu, obyeksasaran dan situasi dengan persepsi
guru tentang penyelenggaraan PLH. Hasil analisis korelasi dengan Spearman correlation menunjukkan peubah apa saja yang mempengaruhi persepsi guru
dalam penerapan PLH di sekolah persepsi guru tentang lingkungan dan persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH.
Analisis korelasi dengan Spearman correlation dilakukan terhadap peubah usia, pendidikan, masa kerja, lama mengajar dan persepsi lingkungan dengan
faktor persepsi yang dihasilkan dari analisis faktor. Hubunganasosiasi antara persepsi guru tentang lingkungan dengan persepsi guru tentang penyelenggaraan
PLH juga dianalisis.
d. Uji Kruskal-Wallis
Uji Kruskal-Wallis digunakan untuk membandingkan tiga atau lebih kelompok data contoh. Uji ini dilakukan terhadap peubah sekolah tempat
mengajar, tingkat kelas yang diasuh saat ini, tingkat kelas yang pernah diasuh, mata ajaran khusus yang saat ini diasuh, mata ajaran khusus yang pernah diasuh,
tugas lainnya, PLH formal yang pernah diikuti, PLH non formal yang pernah diikuti, pengalaman organisasi yang kegiatannya fokus pada alam, serta
pengalaman interaksi dengan alam dan waktu mendapatkan pengalaman tersebut.
e. Uji Mann-Whitney
Uji Mann-Whitney dilakukan untuk membandingkan dua kelompok data contoh. Uji ini dilakukan terhadap peubah pengalaman mengajar PLH dan jenis
kelamin yang hanya terdiri dari dua kategori, yaitu pernah dan tidak pernah serta laki-laki dan perempuan. Uji ini memungkinkan untuk mengetahui apakah guru
yang pernah mengajar PLH memiliki persepsi yang sama atau berbeda dengan guru yang tidak pernah mengajar PLH sebelumnya, dan apakah guru perempuan
berbeda dengan guru laki-laki.
5 HASIL DAN PEMBAHASAN
Guru sebagai salah satu faktor kunci dalam penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup PLH di sekolah membawa dua persepsi dalam mengajarkan
PLH kepada para siswanya, yaitu persepsi tentang lingkungan dan persepsi tentang penyelenggaraan PLH. Penelitian ini mengukur kedua persepsi tersebut
dan berbagai faktor yang diperkirakan mempengaruhi persepsi, seperti faktor individu guru umur, jenis kelamin, pendidikan formal dan non formal, serta
pengalaman dan harapan yang mempengaruhi persepsi guru tentang lingkungan dan penyelenggaraan PLH, serta program pengajaran PLH di sekolah sebagai
faktor obyeksasaran dan kondisi sekolah sebagai faktor situasi yang mempengaruhi persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH.
5.1 Faktor yang Mempengaruhi Persepsi Guru
Persepsi individu dipengaruhi oleh faktor individu, faktor obyeksasaran, dan faktor situasi Robbins 2003. Faktor individu guru berkaitan dengan
karakteristik pribadi guru, pendidikan dan pengalaman guru yang diuraikan sebagai karakteristik guru.
Faktor obyeksasaran dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berkaitan dengan penerapan PLH, yaitu kebijakan PLH dan keberadaan kurikulum
PLH di sekolah, sedangkan faktor situasi dibatasi pada kondisi lingkungan sekolah dan sekitarnya yang meliputi lingkungan fisik ketersediaan sarana dan
prasarana pendidikan, seperti bangunan, lahan sekolah, buku sumberbuku ajar, dan alat bantumedia pengajaran, lingkungan biologis peluang penggunaan
sumberdaya biologis yang terdapat di sekolah dan sekitarnya sebagai sumber dan media pembelajaran dan lingkungan sosial dukungan kepala sekolah dan sesama
rekan guru. Faktor obyeksasaran dan situasi selanjutnya dirangkum dalam satu kategori peubah, yaitu sekolah, untuk keperluan analisis statistik lebih lanjut.
5.1.1 Karakteristik Guru sebagai Faktor Individu yang Mempengaruhi
Persepsi
Data yang dikumpulkan berkaitan dengan faktor individu guru adalah usiaumur, jenis kelamin, pendidikan formal terakhir, pengalaman mengajar,
36 pengalaman berorganisasi yang kegiatannya fokus pada alam, pendidikan PLH
formalnonformal yang pernah didapatkan, dan pengalaman guru berinteraksi dengan alam. Total jumlah guru yang menjadi responden dari keempat sekolah
contoh sebesar 31 orang guru.
a. Karakteristik demografis guru
Berdasarkan usia, 51,61 guru pada sekolah contoh berusia
≤ 30 tahun dan
9,68 berusia
≥ 51 tahun, sisanya berusia antara 31 – 50 tahun. Persentase guru
perempuan lebih besar daripada guru laki-laki, yaitu 54,84 guru perempuan, dan 45,16 guru laki-laki. Sebagian besar guru sekolah contoh memiliki pendidikan SMA
51,61. Adapula guru yang berpendidikan diploma sebanyak 16,13 dan sarjana S1 sebanyak 32,27 guru.
Tabel 2 Persentase guru berdasarkan usia, jenis kelamin, dan pendidikan
Sekolah Usia
Jenis Kelamin Pendidikan
≤ 30 31 - 50 ≥ 51 L
P SMA
Dipl. S1
S2
SDN Gunung Sari 01 6,45
12,90 3,23
9,68 12,90
9,68 3,23
9,68 0,00
SDN Gunung Bunder 03 19,35
3,23 3,23
6,45 19,35
16,13 6,45
3,23 0,00
SDN Gunung Bunder 04 9,68
16,13 3,23
12,90 16,13
19,35 0,00
9,68 0,00
SDN Gunung Picung 06 16,13
6,45 0,00
16,13 6,45
6,45 6,45
9,68 0,00
Total 51,61
38,71 9,68
45,16 54,84
51,61 16,13
32,27 0,00
b. Pengalaman mengajar
Pengalaman mengajar guru merupakan faktor kontekstual individu guru. Pengalaman mengajar guru dilihat berdasarkan lama mengajar, kelas yang saat ini
diasuh, kelas yang pernah diasuh, mata ajaran yang saat ini diasuh, mata ajaran yang pernah diasuh, dan pengalaman mengajar PLH Tabel 3. Guru dari sekolah
contoh sebagian besar 70,97 memiliki pengalaman mengajar selama ≤ 10 tahun. Satu orang guru 3,23 belum memiliki pengalaman mengajar pada kelas
lainnya sebelumnya karena baru mengajar selama 1 tahun di sekolah tempatnya mengajar. Sebesar 54,84 guru tidak mengasuh mata ajaran khusus karena
bertugas sebagai guru kelas yang mengasuh hampir semua mata ajaran pada tingkat kelas yang diasuhnya. Namun demikian ada guru yang bertugas
mengasuh mata ajaran khusustertentu, baik untuk semua tingkat maupun untuk tingkat kelas tertentu, seperti mata ajaran agama, matematika, bahasa Inggris,
PJOK olahraga dan SBK Seni Budaya dan Keterampilan.