76 Kegiatan PLH non formal yang pernah diikuti juga memberikan perbedaan
persepsi diantara guru. Guru yang pernah mendapatkan pengalaman mengikuti kegiatan PLH non formal berupa seminar, pelatihan dan kegiatan lainnya yang
memberikan kesempatan guru berinteraksi langsung dengan alam memiliki mean skor persepsi yang lebih tinggi dibandingkan guru yang tidak pernah mengikuti
kegiatan PLH non formal sebelumnya, sedangkan kegiatan PLH non formal berupa lokakarya tidak memberikan persepsi yang lebih tinggi dibandingkan tidak
adanya pengalaman PLH non formal. Lokakarya yang umumnya berupa pendalaman atau diadakan untuk merumuskan sesuatu nampaknya tidak dapat
memberikan pemahaman yang lebih baik mengenai PLH kepada guru. Kegiatan PLH non formal dalam bentuk berbagai kegiatan yang memberikan kesempatan
bagi guru untuk berinteraksi langsung dengan alam, seperti kegiatan penanaman dan permainan di alam membuahkan guru dengan mean skor persepsi paling
tinggi diantara kegiatan PLH non formal lainnya. Kegiatan PLH non formal untuk peningkatan kapasitas guru sebaiknya didesain agar dapat memberikan
kesempatan kepada guru untuk berinteraksi langsung dengan alam, sehingga guru dapat mengembangkan kepekaan terhadap alam dan lebih lanjut meningkatkan
persepsi guru terhadap manfaat PLH. Peubah lainnya yang mempengaruhi persepsi guru tentang manfaat PLH
adalah pengalaman organisasi yang kegiatannya berfokus pada alam. Guru yang memiliki pengalaman organisasi dalam Pramuka memiliki mean skor persepsi
tertinggi 4,5817, diikuti pengalaman organisasi dalam Saka Wana Bakti dan Pecinta Alam 4,5700, pengalaman organisasi lainnya 4,5700, dan terendah
adalah guru yang tidak memiliki pengalaman organisasi apapun 4,1590. Kegiatan-kegiatan dalam organisasi tersebut memberikan kesempatan kepada
guru untuk berinteraksi langsung dengan alam, sehingga meningkatkan kepekaan guru terhadap alam. Hal tersebut membuka wawasan guru tentang manfaat PLH
bagi dirinya, siswanya, maupun lingkungannya.
c. Persepsi Guru tentang Luaran Pengajaran PLH yang Diharapkan dan
Faktor yang Mempengaruhinya
Peubah Environmental Education EE teaching outcome expectancyETOE atau luaran pengajaran PLH yang diharapkan merupakan satu-satunya peubah
77 yang membangun faktor 3, yaitu persepsi guru tentang luaran pengajaran PLH
yang diharapkan. Mean skor guru pada peubah ETOE cukup tinggi, yaitu sebesar 3,8710. Guru berpendapat bahwa pengajaran PLH yang efektif dapat memberikan
respon positif dari siswa hasil belajar tinggi. Namun demikian guru berpendapat bahwa penyebab kegagalan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran PLH
hasil belajar rendah bukan hanya PLH yang tidak efektif, dan bukan sepenuhnya tanggung jawab guru. Artinya ada faktor lain yang dipandang oleh guru menjadi
penyebab rendahnya hasil belajar siswa dalam PLH tersebut. Uji statistik dengan menggunakan korelasi Spearman, uji Kruskal-Wallis, maupun Mann-Whitney
tidak menunjukkan adanya nilai yang secara statistik berbeda nyata, sehingga faktor yang berpengaruh terhadap persepsi guru SD sekitar hutan tentang luaran
pengajaran PLH yang diharapkan tidak dapat ditentukan.
5.4 Upaya untuk Peningkatan Persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH
PLH bertujuan untuk membentuk manusia yang memiliki kesadaran, pengetahuan, sikap dan keterampilan serta peran serta dalam memecahkan
permasalahan lingkungan dan mencegah timbulnya permasalahan baru. Manusia pada dasarnya adalah makhluk yang penuh rasa ingin tahu dan minat, yang secara
alamiah senang belajar dan memiliki hasrat untuk menjadikan pengetahuan, budaya dan nilai-nilai yang ada di sekitarnya sebagai bagian internal dari dirinya
Niemic dan Ryan 2009. Cara guru menyampaikan PLH bisa memberikan pengaruh positif ataupun negatif terhadap perilaku lingkungan dari anak didiknya
Desjean-Perrotta et al. 2008. Darner 2009 merangkum dari berbagai sumber bahwa PLH dapat berhasil meningkatkan kemauankeinginan siswa untuk
bertindak dengan cara yang ramah lingkungan apabila dalam proses belajar- mengajar PLH tersebut siswa dilibatkan sebagai peserta aktif. Menurut Niemic
dan Ryan 2009 dalam dunia pendidikan guru seringkali menggunakan kendali eksternal, supervisi dan monitoring yang ketat, serta evaluasi yang dibarengi
penghargaan dan hukuman untuk memastikan siswanya belajar, yang menyebabkan rasa senang, antusiasme dan minat belajar seringkali berubah
menjadi keresahan, kejenuhan dan rasa keterasingan, sehingga siswa tidak lagi tertarik pada materi yang diajarkan dan guru harus menggunakan kendali
eksternal untuk memastikan terjadinya pembelajaran.
78 Ryan dan Brown 2005 diacu dalam Niemic dan Ryan 2009 menyatakan
bahwa penyebab utama guru menggunakan strategi pengajaran terkendali dibandingkan strategi pengajaran yang mendukung otonomi siswa di kelas adalah
adanya tekanan eksternal pada guru. Pelletier et al. 2002 diacu dalam Niemic dan Ryan 2009 menyatakan bahwa semakin besar tekanan yang dirasakan oleh
guru dari atas misalnya, harus mengejar target kurikulum, adanya tekanan dari standar kinerja, guru akan semakin kurang mendukung otonomi siswa dalam
pengajarannya, dan lebih mengendalikan siswanya. Padahal motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik tipe otonomi motivasi otonomi sangat mendukung
keterlibatan dan pembelajaran optimal siswa dalam konteks pendidikan Niemic dan Ryan 2009.
Roth et al. 2007 menyatakan bahwa motivasi otonomi untuk mengajar berhubungan positif dengan motivasi otonomi siswa untuk belajar, artinya
motivasi otonomi untuk mengajar akan meningkatkan pengajaran yang mendukung otonomi siswa sehingga meningkatkan motivasi otonomi siswa untuk
belajar yang selanjutnya akan meningkatkan respon pembelajaran siswa. Roth et al. 2007 lebih lanjut menjelaskan bahwa motivasi otonomi untuk mengajar
meningkatkan pengajaran yang mendukung otonomi siswa dengan melibatkan beberapa proses, yaitu:
1. Proses pertama melibatkan peningkatan pemahaman guru akan nilai materi yang mereka ajarkan dan keragaman cara untuk menguasai materi tersebut.
Guru yang termotivasi secara otonomi akan mengembangkan pemahaman yang mendalam akan manfaat dari materi yang mereka ajarkan dan metode
yang digunakan, sehingga mereka dapat memberikan penjelasan dan contoh yang meyakinkan bagi siswa mereka mengenai nilai dan relevansi materi
tersebut dan metode pengajaran yang digunakan. Pemahaman guru tersebut terhadap materi yang diajarkan juga akan membuat mereka memahami
berbagai fasetbagian dari materi tersebut dan berbagai cara untuk mempelajarinya, sehingga guru dapat memberikan pilihan bagi siswa mereka.
2. Proses kedua melibatkan pemahaman guru terhadap motivasi otonomi dan manfaatnya berdasarkan pengalaman pribadi guru. Guru yang telah
merasakan manfaat motivasi otonomi akan menginginkan siswanya juga