6 lingkungan dan melakukan upaya konservasi hutan, serta memiliki motivasi dan
peran serta dalam pengelolaan lingkungan dan konservasi hutan. Persepsi guru SD di sekitar hutan tentang lingkungan dan penyelenggaraan
PLH perlu diketahui untuk dapat menentukan upaya pengembangan profesionalitas yang dibutuhkan guru agar dapat menerapkan PLH secara optimal,
sehingga dapat menghasilkan siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk ikut serta dalam upaya konservasi hutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi
persepsi guru dalam penerapan PLH di sekolah dasar sekitar hutan sebagai salah satu upaya awal untuk mengoptimalkan penyelenggaraan PLH di Indonesia dan
mempersiapkan SDM yang memiliki kemampuan dan motivasi untuk ikut serta dalam upaya konservasi hutan.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi persepsi guru sekolah dasar di sekitar hutan kawasan Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor dalam penerapan
Pendidikan Lingkungan Hidup. Secara rinci penelitian ini dilakukan untuk: 1. Mengidentifikasi
faktor obyeksasaran, situasi dan individu
yang mempengaruhi persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH,
2. Mengidentifikasi persepsi guru tentang lingkungan, 3. Mengidentifikasi persepsi guru tentang penerapanpenyelenggaraan PLH.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian akan dapat memberikan masukan dalam membangun persepsi
guru tentang
lingkungan dan
penyelenggaraan PLH
untuk penyempurnaan penerapanpenyelenggaraan PLH di sekolah, sehingga dapat
membentuk SDM yang tidak hanya memiliki kemampuan, namun juga motivasi untuk ikut serta dalam penyelesaian berbagai permasalahan lingkungan,
khususnya upaya konservasi hutan.
2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pendidikan Lingkungan Hidup PLH
2.1.1 Definisi, Tujuan, Sasaran dan Perkembangan PLH
Pendidikan Lingkungan Hidup PLH berawal dari dua program pendidikan yang lebih banyak dilakukan di alam dengan tujuan untuk latihan, pengamatan
dan kegiatan pendidikan yang berkaitan dengan kesenangan Ford 1981. PLH didefinisikan sebagai suatu proses untuk membangunmengembangkan populasi
dunia yang sadar dan memiliki keprihatinan akan lingkungan secara keseluruhan beserta permasalahan terkait, dan yang memiliki pengetahuan, keterampilan,
sikap, motivasi dan komitmen untuk bekerja secara individu dan bersama dalam memecahkan permasalahan yang ada dan mencegah timbulnya permasalahan baru
UNESCO 1978 diacu dalam Monroe, Day dan Grieser 2000; Braus dan Wood 1994.
Rekomendasi No. 1 dari Konferensi Antar-Pemerintah mengenai PLH yang diadakan di Tbilisi, USSR, pada Oktober 1977 UNESCO 1980 diacu dalam
Biswas dan Biswas 1982 menyatakan bahwa tujuan dasar PLH adalah keberhasilan dalam membuat individu dan masyarakat memahami sifat alamiah
lingkungan alam dan buatan yang kompleks yang dihasilkan dari interaksi aspek- aspek biologis, fisik, sosial, ekonomi dan budaya, dan agar individu dan
masyarakat tersebut mendapatkan pengetahuan, nilai, sikap dan keterampilan praktis untuk berperan serta secara bertanggungjawab dan efektif dalam
mengantisipasi dan memecahkan masalah-masalah sosial dan mengelola kualitas lingkungan. PLH pada dasarnya ditujukan untuk membekali masyarakat dengan
kemampuan yang dibutuhkan agar masyarakat dapat mengelola lingkungan hidupnya secara berkelanjutan.
Ada lima sasaran PLH yang diidentifikasi dalam Konferensi Antar- pemerintah Persatuan Bangsa-Bangsa mengenai PLH Unesco 1978 diacu dalam
Monroe, Day, dan Grieser 2000 dan Brauss dan Wood 1994, yaitu: 1. Kesadaran
– membantu peserta didik untuk mendapatkan kesadaran dan kepekaan terhadap lingkungan secara keseluruhan dan permasalahan terkait.
8 2. Pengetahuan
– untuk mendapatkan beragam pengalaman dan pemahaman mendasar mengenai lingkungan dan permasalahan terkait.
3. Sikap – untuk mendapatkan serangkaian nilai dan rasa keprihatinan akan
lingkungan dan motivasi untuk berperan secara aktif dalam pengembangan dan perlindungan lingkungan.
4. Keterampilan – untuk mendapatkan keterampilan dalam mengidentifikasi dan
memecahkan permasalahan lingkungan. 5. Partisipasi
– untuk mendorong warga masyarakat agar terlibat aktif pada semua level dalam mencari resolusi permasalahan lingkungan.
Perkembangan PLH di Indonesia tidak terlepas dari Konferensi PBB tentang lingkungan hidup sedunia yang dikenal dengan Konferensi Stockholm, Juni 1972
Pokja PKSDHL 1998. Pokja PKSDHL 1998 menguraikan bahwa berbagai usaha telah dilakukan sebagai perwujudan komitmen Indonesia terhadap deklarasi
Stockholm, antara lain pengembangan Lembaga Ekologi oleh Universitas Padjajaran Bandung, berbagai kebijakan pemerintah, penyusunan Garis-garis
Besar Program
Pengajaran Pendidikan
Lingkungan Hidup.
Dalam perkembangannya PLH terwujud dalam berbagai bentuk, seperti Pendidikan
Hutan dan Lingkungan PHL, Pendidikan Konservasi PK, Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup PKLH, serta Pendidikan untuk
Pembangunan Berkelanjutan PuPB. Kementerian Lingkungan Hidup KLH pada tahun 2004 menerbitkan
Kebijakan PLH yang menguraikan bahwa PLH dapat dilaksanakan melalui jalur pendidikan formal, non-formal maupun informal. Zelezny 1999 diacu dalam
Darner 2009 menyatakan bahwa umumnya PLH formal lebih efektif daripada PLH informal. PLH formal adalah kegiatan pendidikan di bidang lingkungan
hidup yang diselenggarakan melalui sekolah, terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan pendidikan tinggi dan dilakukan secara terstruktur dan
berjenjang dengan metode pendekatan kurikulum yang terintegrasi maupun kurikulum yang monolitiktersendiri KLH 2004. Pada tahun 2007 Gubernur
Jawa Barat telah menerbitkan kebijakan yang mendorong pelaksanaan PLH formal di sekolah secara lebih intensif, sehingga semakin meningkatkan peran
guru dalam penerapan PLH di sekolah.