Pemilihan Responden Guru Pengumpulan Data

30

d. Wawancara tidak terstruktur

Wawancara tidak terstruktur dilakukan terhadap guru untuk menggali lebih dalam mengenai berbagai pertanyaan atau permasalahan terkait PLH yang timbul di lapangan ataupun yang timbul saat pengisian kuesioner.

e. Wawancara terstruktur dengan panduan wawancara

Wawancara terstruktur dengan menggunakan panduan wawancara dilakukan terhadap: 1 dinas terkait Dinas Pendidikan, Dinas Kehutanan, dan Bagian Lingkungan Hidup dan pengelola kawasan hutan Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Perum Perhutani untuk mendapatkan data berkaitan dengan pelaksanaan PLH pada sekolah di Kabupaten Bogor, 2 kepala sekolah, untuk mendapatkan data mengenai pelaksanaan PLH di sekolah yang meliputi: kebijakan kepala sekolah, dukungan terhadap guru, permasalahan yang dihadapi, dan harapan terkait PLH.

f. Observasi Lapang

Observasipengamatan lapang dilakukan untuk mendapatkan gambaran mengenai kondisi lingkungan sekolah dan sekitarnya, serta mengamati pelaksanaan PLH oleh guru di sekolah.

4.4.4 Pengolahan Data

Data yang dihasilkan dari penelitian ini secara umum diolah melalui tahapan pemeriksaan jawaban responden, penentuan kategori jawaban untuk pertanyaan terbuka dan penentuan kode untuk tiap jawaban, serta scoringpenentuan skor terhadap jawaban responden dan tabulasi data. Pengolahan data secara khusus untuk tiap aspek penelitian dijelaskan sebagai berikut:

a. Motivasi guru untuk mengajarkan PLH

Motivasi guru untuk mengajarkan PLH diukur dengan menggunakan skala tipe Likert dengan 5 poin jawabanrespon. Skor yang digunakan untuk pernyataan positif adalah sebagai berikut: selalu benar skor 5, seringkali benar skor 4, kadang benar skor 3, seringkali tidak benar skor 2, selalu tidak benar skor 1, sedangkan untuk pernyataan negatif skor yang digunakan adalah kebalikannya, yaitu: selalu benar skor 1, seringkali benar skor 2, kadang benar skor 3, 31 seringkali tidak benar skor 4, selalu tidak benar skor 5. Semakin tinggi skor yang didapat responden guru, menunjukkan bahwa motivasi guru untuk mengajar PLH semakin tinggi.

b. Sikap guru terhadap PLH

Sikap guru terhadap PLH dibatasi pada self-efficacy dan outcome expectancy guru dalam pengajaran PLH. Pengukuran dilakukan menggunakan modifikasi dari Environmental Education Efficacy Belief InstrumentEEEBI Sia 1992; Moseley et al. 2002; Moseley dan Utley 2008 yang terdiri dari dua skala, yaitu skala pertama yang mengukur self-efficacy guru dan skala kedua yang mengukur outcome-expectancy guru dalam pengajaran PLH. Skala tersebut menggunakan skala tipe Likert dengan 5 poin jawabanrespon yang berkisar antara sangat setuju sampai sangat tidak setuju. Skor yang digunakan untuk tiap pernyataan positif adalah: sangat setuju skor 5, setuju skor 4, ragu-ragu skor 3, tidak setuju skor 2, sangat tidak setuju skor 1, sedangkan untuk tiap pernyataan negatif skornya adalah kebalikannya, yaitu: sangat setuju skor 1, setuju skor 2, ragu-ragu skor 3, tidak setuju skor 4, sangat tidak setuju skor 5. Semakin tinggi skor yang didapatkan oleh responden guru menunjukkan bahwa persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH semakin positif.

c. Persepsi guru tentang lingkungan

Persepsi guru tentang lingkungan digali dengan menggunakan instrument Draw An-Environment Test DAET Moseley dan Desjean-Perrotta 2010. Tulisan definisi lingkungan yang dibuat oleh responden dianalisis dengan mengkodekan jawaban responden berdasarkan konsep lingkungan dalam NAAEE Guidelines Desjean-Perrotta et al. 2008, sedangkan untuk gambar dilakukan dengan menggunakan DAET Rubric DAET-R; Moseley dan Desjean-Perrotta 2010. Pengolahan data untuk definisi lingkungan Analisis isi dilakukan terhadap definisi lingkungan yang dituliskan oleh responden guru, dengan mengelompokkan jawaban responden guru dalam kategori berdasarkan konsep yang ada dalam NAAEE Guidelines Desjean-