Pengalaman berinteraksi dengan alam

44 dasar contoh, meskipun pada dasarnya materi-materi mengenai lingkungan sudah sejak lama diajarkan kepada siswa di sekolah dasar. PLH sebagai suatu program pengajaran baru mulai diterapkan secara lebih intensif di sekolah-sekolah contoh tersebut setelah terbitnya SK Gubernur Jawa Barat No. 25 tahun 2007 mengenai PLH. PLH pada keempat sekolah contoh dilaksanakan dengan pendekatan kurikuler secara integratif pada berbagai mata ajaran dan pendekatan ekstrakurikuler pada kegiatan Pramuka.

a. Pelaksanaan PLH dengan pendekatan kurikuler

Integrasipenyisipan materi PLH ke dalam berbagai mata ajaran yang ada disesuaikan dengan kurikulum yang digunakan dan relevansi mata ajaran dengan materi PLH yang akan disisipkan. Kurikulum yang digunakan untuk tingkat kelas 1 – 3 SD menggunakan model silabus tematik, sedangkan kelas 4 – 6 sudah menggunakan silabus masing-masing mata ajaran. Materi PLH yang diberikan di keempat sekolah contoh bervariasi, mulai dari materi yang murni bersumber dari kurikulum mata ajaran inti yang sudah ada, sampai pengayaan dengan berbagai materi di luar kurikulum mata ajaran inti namun masih memiliki relevansi kuat. Guru pada SDN Gunung Bunder 03 dan Gunung Picung 06 masih mempergunakan materi yang murni bersumber dari kurikulum mata ajaran inti yang ada, namun guru SDN Gunung Sari 01 mulai memperkaya bahan ajarnya dengan mempergunakan materi dari buku ajar PLH untuk sekolah dasar, sedangkan guru SDN Gunung Bunder 04 bahkan sudah mempergunakan lebih banyak lagi buku sumber diluar buku ajar dari mata ajaran inti yang ada guna memperkaya materi pengajarannya. Guru SDN Gunung Bunder 04 juga sudah mulai menambah materi PLH pada mata ajaran inti seperti Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan PJOK, dan Seni Budaya dan Keterampilan SBK, contohnya guru PJOK menambahkan indikator kemampuan siswa untuk menirukan gerak binatangsatwa dalam kegiatan olahraga, dan guru SBK memperkenalkan keterampilan berwawasan lingkungan dengan mempergunakan bahan-bahan yang didapat dari lingkungan sekitar. Metode instruksional yang sangat sesuai untuk mengajarkan PLH adalah pengamatan dan penemuan langsung di lingkungan NAAEE 2004. Metode tersebut memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan 45 lingkungan yang menjadi sumber belajarnya. Pembelajaran di alam membantu siswa memahami metode ilmiah tertentu, mendapatkan pengalaman lapang dan meningkatkan kepekaan terhadap alamlingkungan Kenney et al. 2003. Guru dari sekolah contoh yang telah menggunakan metode dan media yang memberikan kesempatan bagi siswa untuk berinteraksi langsung dengan lingkungan baru sebanyak 32,26 Tabel 8. Guru yang terbanyak menggunakan metode dan media yang memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara siswa dengan lingkunganalam adalah guru dari SDN Gunung Bunder 04. Keterbatasan sarana prasarana fisik bangunan dan lahan sekolah, serta lokasi sekolah SDN Gunung Bunder 04 yang sangat dekat dengan hutan, mendorong guru untuk memanfaatkan lingkungan sekitar kawasan hutan sebagai media dan sumber belajar bagi siswanya. Tabel 8 Penggunaan metode dan media untuk pengajaran PLH oleh guru Metode dan Media Persentase Guru pada Sekolah Contoh Persentase Guru Keseluruhan Gunung Sari 01 Gunung Bunder 03 Gunung Bunder 04 Gunung Picung 06 Metode dan media tidak memberikan kesempatan siswa berinteraksi langsung dengan alam 71,43 25,00 22,22 57,14 41,94 Metode dan media yang digunakan memberikan kesempatan siswa berinteraksi langsung dengan alam 14,29 37,50 44,44 42,86 32,26 Lainnya 14,29 37,50 33,33 0,00 25,81

b. Pelaksanaan PLH dengan pendekatan ekstrakurikuler

PLH juga dilaksanakan dengan pendekatan ekstrakurikuler melalui Pramuka. Pembina Pramuka pada keempat sekolah contoh adalah guru di sekolah tersebut. Pembina Pramuka di SDN Gunung Sari 01 adalah guru kelas 5 dibantu guru kelas 2 sebagai pembina putri, pembina Pramuka di SDN Gunung Bunder 03 adalah guru bidang studi Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan PJOKPenjaskes, pembina Pramuka di SDN Gunung Bunder 04 adalah guru