Upaya untuk Peningkatan Persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH

80 lingkungan dan materi terkait kepada siswanya. Hal ini lebih lanjut akan dapat meningkatkan persepsi guru tentang kompetensi dirinya dalam mengajar PLH. Persepsi positif tentang lingkungan yang diwujudkan dalam perilaku yang positif akan menjadikan guru sebagai teladan yang baik bagi siswanya dalam pembelajaran PLH. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi positif terhadap penyelenggaraan PLH, namun guru juga memiliki persepsi bahwa kompetensi dan efektivitas dirinya rendah dalam mengajar PLH. Guru seharusnya juga memiliki persepsi yang tinggi terhadap kompetensi dan efektivitas diri dalam mengajar PLH. Persepsi tinggi terhadap kompetensi dan efektivitas diri dalam mengajar PLH dapat berkembang jika guru memahami dasar-dasar PLH serta cara mengimplementasikan PLH, termasuk berbagai metode dan media yang sesuai untuk digunakan dalam pengajaran PLH. NAAEE 2004 menyatakan bahwa seorang tenaga pendidik lingkungan hidup seharusnya menguasai literasi lingkungan, menguasai dasar-dasar PLH, memahami tanggung jawab profesional seorang tenaga pendidik lingkungan hidup, mampu membuat perencanaan dan melaksanakan PLH, dapat membantu pembelajaran, dan memiliki pengetahuan, kemampuan dan komitmen untuk melakukan penilaian dan evaluasi. Agar guru dapat memenuhi kriteria sebagai seorang tenaga pendidik lingkungan hidup yang berkualitas, maka perlu dilakukan peningkatan persepsi guru yang berarti peningkatan kapasitas guru berkaitan dengan PLH. Peningkatan kapasitas guru dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan dalam jalur pendidikan formal maupun non formal. Guru perlu diberikan kesempatan dan dukungan untuk dapat meningkatkan kompetensinya melalui PLH formal di perguruan tinggi, ataupun berbagai kegiatan PLH non formal. Kenney et al. 2003 menguraikan bahwa ada beberapa unsur kunci yang perlu diperhatikan agar program pelatihanpendidikan bagi guru efektif sehingga guru bisa mengaplikasikan hasil dari program tersebut kepada siswanya di sekolah, antara lain: 1. Pendidikan bagi guru sebaiknya didesain secara spesifik agar sesuai dengan karakteristik dan isu-isu lingkungan lokal, dan dapat memenuhi kurikulum sekolah dan standar PLH yang ditetapkan. 81 2. Materi yang diberikan mencakup materi-materi mengenai lingkungan hidup dan praktek-praktek instruksionalpengajaran yang efektif, termasuk cara mengajar di luar kelas. Guru diberi materi mengenai berbagai strategi pengajaran di luar kelas, seperti strategi mengendalikan perilaku siswa, melakukan peralihan antara satu kegiatan ke kegiatan lainnya, menjaga fokus pada tujuan pembelajaran, serta menjadi fleksibellentur dan kreatif pada kondisi luar kelas yang terus menerus berubah. 3. Model pelatihan on-the-job terbukti efektif dalam membangun kepercayaan diri guru untuk melaksanakan pengajaran PLH. Model ini memungkinkan guru mempelajari pola pengajaran PLH yang efektif dengan mengamati instruktur PLH berpengalaman dan kemudian mengambil alih praktek pengajaran dengan bimbingan instruktur tersebut. Dengan demikian guru tidak perlu meninggalkan kelas, mencurahkan waktu yang lama setelah selesai kegiatan di sekolah, atau menggunakan waktu yang biasanya diperuntukkan untuk membuat perencanaan kegiatan belajar mengajar di rumah untuk mengikuti pelatihan, dan pihak administrasi sekolah juga tidak perlu mencarikan guru pengganti untuk mengajar selama guru tersebut mengikuti pelatihan. 4. Lokakarya untuk memperkenalkan materi dan membahas berbagai proses terkait misalnya, cara membantu siswa menemukan tempat untuk eksplorasi di luar kelas harus dilakukan terlebih dahulu sebelum guru mengikuti kegiatan pengamatan dan praktek pengajaran. 5. Guru diakrabkan dengan lingkungan sekolah dan sekitarnya dengan cara mengajak guru mengikuti kegiatan jalan-jalan singkat secara periodik dengan dipandu oleh instruktur berpengalaman. Program-program pendidikan dan pelatihan yang diperuntukkan bagi guru dengan demikian seharusnya didesain tidak hanya memasukkan materi-materi lingkungan hidup yang spesifik sesuai lingkungan lokal guru ke dalam kurikulumnya, namun juga materi mengenai strategi pengajaran dan metode instruksional yang efektif untuk mengajarkan PLH, khususnya strategi pengajaran di luar kelas, sehingga guru dapat melaksanakan pengajaran PLH secara efektif. Program-program PLH untuk guru sebaiknya juga didesain untuk memberikan 82 kesempatan kepada guru agar dapat berinteraksi langsung dengan lingkungan sekitar sehingga dapat meningkatkan pengalaman guru dengan hutan yang lebih lanjut diharapkan dapat meningkatkan kepekaan guru terhadap hutan dan permasalahannya. Secara khusus pada sekolah sekitar hutan, peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan yang spesifik sesuai lingkungan lokal artinya meningkatkan pengetahuan dan sikap guru mengenai hutan, konservasi hutan dan berbagai permasalahan terkait, serta peningkatan keterampilan untuk melakukan upaya- upaya konservasi. Sebagai contoh, guru perlu dibekali pengetahuan mengenai cara melakukan penyelamatan terhadap satwa langka, sehingga dapat mengarahkan siswanya untuk melakukan tindakan yang tepat jika menemukan satwa langka yang perlu diselamatkan, seperti apa yang harus dilakukan, siapa yang harus dihubungi, dan sebagainya. Guru SD sekitar hutan perlu dibekali keterampilan untuk dapat memanfaatkan kawasan hutan sebagai sarana dan media pembelajaran konservasi hutan bagi siswanya, seperti cara menemukan lokasi yang tepat untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar sesuai dengan topik bahasan. Guru juga perlu dibekali keterampilan mengajar di hutan, seperti cara untuk mengendalikan perilaku siswa di hutan, bersikap fleksibel dalam menghadapi kondisi hutan yang selalu berubah, menjaga fokus pembelajaran pada tujuan dari topik bahasan yang sedang dipelajari, dan sebagainya. Kemampuan guru untuk melakukan monitoringpemantauan dan evaluasi terhadap kegiatan belajar mengajar KBM yang diasuhnya juga perlu ditingkatkan. Evaluasi untuk materi-materi konservasi hutan mestinya tidak hanya diarahkan pada ranah kognitif saja. Evaluasi juga perlu dilakukan untuk melihat pencapaian ranah afektif dan psikomotorik, misalnya melalui pengamatan perilaku siswa sehari-hari di sekolah ataupun di rumah dengan melibatkan keluarga dan masyarakat sekitar. Peningkatan kompetensi guru akan meningkatkan persepsi guru tentang kompetensi dan efektivitas dirinya dalam penyelenggaraan PLH, khususnya dalam mengajarkan berbagai materi tentang konservasi hutan. Hal tersebut akan mengarah pada terwujudnya pola pengajaran PLH yang lebih terpusat pada siswa, 83 melibatkan siswa sebagai peserta didik yang aktif dalam kegiatan belajar mengajar PLH di sekolah, sehingga akan terwujud pengajaran PLH yang efektif Pada SD sekitar hutan, pengajaran PLH yang efektif, dengan fokus materi tentang konservasi hutan, akan dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa terkait berbagai permasalahan hutan dan konservasinya, serta menanamkan sikap dan motivasi untuk ikut serta dalam berbagai kegiatan konservasi hutan sesuai tahapan perkembangan siswa tersebut. 6 SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Penelitian ini berangkat dari hipotesis bahwa guru yang memahami kondisi lingkungan hidup di sekitarnya memiliki persepsi lingkungan yang utuh, memiliki atribut individu positif, dan mengajar pada sekolah yang: berada di sekitar hutan, memiliki kurikulum PLH, serta kondisi lingkungan dan sosial sekolah yang menunjang, akan membuahkan guru dengan persepsi PLH yang tinggi. Hasil studi menunjukkan bahwa: 1. Guru pada SD sekitar hutan memiliki persepsi lingkungan yang terbatas berdasarkan hasil analisa dengan menggunakan rubrik Draw-An- Environment-Test DAET. Hal tersebut diduga karena guru kurang memiliki kemampuan untuk mengekspresikan pemikiran dalam bentuk gambar maupun tulisan. Penggunaan gambar dan tulisan sebagai bentuk ekspresi pemikiran memang belum membudaya sebagai sebuah perilaku yang penting dalam pendidikan di masyarakat Indonesia, sehingga instrumen DAET yang digunakan perlu lebih disesuaikan dengan budaya masyarakat Indonesia. 2. Hasil Analisis Faktor menunjukkan bahwa persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH dibangun dari tiga faktor utama, yaitu efektivitas pengajaran PLH, manfaat PLH dan luaran pengajaran PLH. Faktor pertama – efektivitas pengajaran PLH – dibentuk dari empat peubah, yaitu kompetensi, efektivitas-diri, bebantekanan, dan pilihan. Analisis lebih lanjut menunjukkan bahwa guru seringkali memandang dirinya memiliki kompetensi dan efektivitas diri yang rendah dalam mengajar PLH yang dipengaruhi oleh PLH formal dan tingkat pendidikan yang dimiliki guru. Faktor kedua – manfaat PLH – dibentuk oleh tiga peubah, yaitu minatkesenangan, upayaarti penting, dan nilaimanfaat PLH. Uji Kruskal- Wallis menunjukkan bahwa faktor manfaat PLH ditentukan oleh PLH non formal yang diterima oleh guru, tingkat kelas yang diajar, dan pengalaman yang dimiliki oleh guru dalam organisasi yang kegiatannya berfokus pada alam. Faktor ketiga – luaran pengajaran PLH– terbentuk dari satu peubah, 86 yaitu luaran pengajaran PLH yang diharapkan oleh guru. Guru berpendapat bahwa pengajaran PLH yang efektif dapat memberikan respon positif dari siswa hasil belajar tinggi. Analisis statistik lebih lanjut tidak menunjukkan ada nilai yang berbeda nyata, sehingga faktor yang mempengaruhi persepsi guru tentang luaran pengajaran PLH tidak dapat ditentukan. 3. Guru membutuhkan peningkatanpenguatan kapasitas, motivasi, kompetensi dan efektivitas diri melalui berbagai kegiatan PLH agar dapat melakukan pengajaran PLH yang efektif. Kegiatan PLH bagi guru sebaiknya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan guru akan materi yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya hutan dan konservasinya, tetapi juga sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk melakukan upaya pengelolaan lingkungan dan konservasi hutan, meningkatkan penguasaan guru akan metode pengajaran di luar kelas, dan meningkatkan kepekaan guru terhadap lingkunganhutan dan permasalahannya. Hasil penelitian tidak sepenuhnya mendukung hipotesis, karena guru yang mengajar pada sekolah di sekitar hutan memiliki persepsi lingkungan yang terbatas berdasarkan instrumen DAET, namun memiliki persepsi yang tinggi tentang PLH. Persepsi tentang PLH lebih dipengaruhi oleh atribut individu positif yang dimiliki oleh guru, yaitu tingkat pendidikan, pengalaman guru dalam mengikuti PLH formal dan non formal, pengalaman guru dalam mengikuti organisasi alam, serta pengalaman mengajar pada berbagai tingkat kelas berbeda. Guru yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi dan memiliki berbagai pengalaman tersebut memiliki persepsi tentang PLH yang lebih tinggi pada ketiga faktor persepsi. Namun kajian mengenai persepsi lingkungan guru perlu dilakukan dengan menggunakan instrumen lain untuk mendapatkan gambaran yang lebih baik mengenai persepsi guru tentang lingkungan.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan peningkatan kapasitas guru pada SD sekitar hutan berkaitan dengan PLH, sehingga guru dapat memenuhi standar pengetahuan dan kemampuan yang dibutuhkan untuk dapat mengajar PLH secara efektif. Peningkatan kapasitas berkaitan dengan penguasaan terhadap pengetahuan mengenai materi konservasi hutan, baik teoritis maupun praktis, keterampilan 87 untuk melakukan upaya konservasi hutan, serta keterampilan mengajar dengan menggunakan kawasan hutan sebagai mediasarana pembelajaran. Peningkatan kapasitas guru akan meningkatkan persepsi guru, yang juga berarti meningkatkan sikap dan motivasi intrinsik guru dalam mengajar PLH, sehingga akan dapat dibentuk SDM yang memiliki kemampuan, motivasi dan peran serta dalam upaya penyelesaian permasalahan lingkungan, khususnya upaya konservasi hutan. 2. Peningkatan kapasitas guru membutuhkan dukunganfasilitasi dari berbagai instansi terkait, seperti Kementerian Pendidikan Nasional dan Dinas Pendidikan, Kementerian Kehutanan dan Dinas Kehutanan, serta pengelola kawasan hutan misalnya pada lokasi penelitian pengelola kawasan hutan adalah Taman Nasional Gunung Halimun Salak dan Perum Perhutani, Perguruan Tinggi, berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat yang bergerak dalam bidang PLH, serta para pelaku PLH lainnya. 3. Materi-materi mengenai lingkungan hidup dan praktek pengajaranmetode instruksional yang efektif untuk mengajarkan materi tersebut seharusnya diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan pada perguruan tinggi yang mempersiapkan para calon guru. 4. Faktor-faktor yang dapat membangun motivasi guru untuk secara mandiri mengembangkan kompetensi dirinya perlu diperhatikan dan ditelaah lebih lanjut, sehingga guru akan mampu menggunakan kesempatan yang ada dan bahkan mencari sendiri kesempatan untuk melakukan pengembangan diri. 5. Penggunaan instrumen DAET perlu disesuaikan, khususnya pada rubrik yang digunakan untuk melakukan penilaian scoring terhadap gambar. Salah satu langkah penyesuaian yang dapat dilakukan adalah dengan memasukkan komponen gambar dan definisi sebagai satu kesatuan yang diberi skor. DAFTAR PUSTAKA Azwar S. 1995. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Ed Ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Brauss JA, Wood D. 1994. Environmental Education in The Schools: Creating a Program that Works. Ohio: North American Association for Environmental Education NAAEE in conjunction with the ERIC Clearinghouse for Science, Mathematics and Environmental Education, the Ohio State University. Darner R. 2009. Self-Determination Theory as a Guide to Fostering Environmental Motivation. The Journal of Environmental Education 40 2:39-49. http:www.proquest.compqdweb [18 Jun 2009] Desjean-Perrotta B, Moseley C, Cantu L . 2008. Preservice Teachers’ Perceptions of the Environment: Does Ethnicity or Dominant Residential Experience Matter? The Journal of Environmental Education 392:21-31. http:www.proquest.compqdweb [20 Juni 2009] Ford PM. 1981. Principles and Practices of OutdoorEnvironmental Education. New York, Chichester, Brisbane, Toronto: John Wiley Sons. Franken RE. 1939. Human Motivation. Monterey, California: BrooksCole Publishing Company. Gravetter FJ, Forzano LA. 2006. Research Methods for The Behavioral Sciences. Ed ke-2. Belmont: Thomson Wadsworth. Hardre PL, Sullivan DW. 2008. Teacher Perceptions and Individual Differences: How They Influence Rural Teachers’ Motivating Strategies. Teaching and Teacher Education 24:2059-2075. http:www.proquest.compqdweb [21 Jul 2009] Harihanto. 2001. Persepsi, Sikap dan Perilaku Masyarakat terhadap Air Sungai: Kasus di DAS Kaligarang, Jawa Tengah [disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Heathcote RL, editor. 1980. Perception on Desertification. Tokyo, Japan: The United Nation University. Henning DH, Pakpahan A. 1991. Pendidikan Lingkungan dan Taman Nasional: Strategi Konservasi Dunia dan Kegiatan Interpretasi Alam. Media Konservasi 32: 1-9. Hollander EP. 1981. Principles and Methods of Social Psychology. Ed ke-4. New York, Oxford: Oxford University Press. 90 Kaplan L. 1965. Foundations of Human Behavior. New York, Evanston and London: Harper Row, Publishers. Kenney JL, Militana HP, Donohue MH. 2003. Helping Teachers to Use Their School’s Backyard as an Outdoor Classroom: A Report on the Watershed Learning Center Program. The Journal of Environmental Education 35 1:18-26. http:www.proquest.compqdweb [18 Jun 2009] [KLH] Kementerian Lingkungan Hidup. 2004. Kebijakan Pendidikan Lingkungan Hidup. Jakarta: Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia. Kiesler CA, Collins BE, Miller N. 1969. Attitude Change: A Critical Analysis of Theoretical Approaches. New York, London, Sydney, Toronto: John Wiley Sons, Inc. Krech D, Crutchfield RS, Ballachey EL. 1962. Individual in Society: A Textbook of Social Psychology. New York, San Francisco, Toronto, London: McGraw-Hill Book Company Inc. Marten GG. 2001. Human Ecology: Basic Concepts for Sustainable Development. London: Earthscan Publication Ltd. Monroe MC, Day BA, Grieser M. 2000. GreenCOM Weaves Four Strands. Di dalam Day BA, Monroe MC, editor. Environmental Education and Communication for A Sustainable World: Handbook for International Practitioners. Washington, DC: Academy for Educational Development. Moseley C, Desjean-Perrotta B. 2010. The Draw-An-Environment Test Rubric DAET- R: Exploring Preservice Teachers’ Mental Model of the Environment. Environmental Education Research 162:189-208. Moseley C, Reinke K, Bookout V. 2002. The Effect of Teaching Outdoor Environmental Education on Preservice Teachers’ Attitudes toward Self- efficacy and Outcome Expectancy. The Journal of Environmental Education 34 1:9-15. http:find.galegroup.comgtxstart.do?prodId=SPJ.SP01userGroupName= ptn003 [22 Des 2009] Moseley C, Utley J. 2008. An Exploratory Study of Preservice Teachers’ Beliefs About the Environment. The Journal of Environmental Education 394:15- 29. http:www.proquest.compqdweb [18 Jun 2009] Muntasib EKSH. 2002. Khasanah Pendidikan Lingkungan Hidup. Makalah disampaikan dalam Magang Pendidikan Lingkungan Hidup untuk Tim BAPEDALDA PAPUA. Bogor: Kelompok Kerja Pendidikan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Lingkungan Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.