3 mengembangkan potensi positif anaksiswa dan menjaga agar anaksiswa tidak
berkembang ke arah negatif. Muntasib et al. 2009 menguraikan bahwa ada lima faktor kunci dalam
model pendidikan hutan dan lingkungan PHL di sekolah pendidikan hutan dan lingkungan merupakan bagian dari PLH yang dikembangkan oleh Fakultas
Kehutanan Institut Pertanian Bogor dengan materi pembelajaran yang lebih
difokuskan pada hutan, yaitu kepala sekolah, guru, siswa, orangtua dan sarana
pendidikan. Meskipun paradigma pendidikan telah mengalami pergeseran dari pendidikan yang berpusat pada guru menjadi berpusat pada siswa, namun tidak
dapat dipungkiri bahwa guru masih memegang peranan yang sangat penting dalam dunia pendidikan. Guru merupakan pribadi yang menjadi model dan
teladan bagi para siswanya. Siagian 2004 menyatakan bahwa peran guru terhadap sikap seorang anak merupakan pengaruh yang paling kuat, karena masa
sekolah merupakan masa peletakan dasar bagi pengembangan kepribadian, nilai, dan sikap seseorang yang akan dianut sepanjang hidupnya. Guru sebagai
motivator, inisiator, dinaminator, fasilitator serta transformator pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik merupakan salah satu unsur penting yang
menentukan berhasil-tidaknya penyelenggaraan program pendidikan, termasuk PLH, sehingga wawasan dan kesiapan guru perlu mendapat perhatian Muntasib
2002. KLH 2004 mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi permasalahan
dalam pelaksanaan PLH di Indonesia terkait dengan pelaku pendidikan guru, antara lain kurangnya pemahaman para pelaku pendidikan mengenai PLH,
kurangnya komitmen pelaku pendidikan dalam memberikan PLH, penggunaan materi dan metode yang kurang memadai, serta sarana dan prasarana yang kurang
memadai yang menjadi faktor penghambat motivasi dalam pelaksanaan pendidikan lingkungan hidup. Keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan
memang dirasakan oleh guru sebagai masalah yang menjadi faktor penghambat dalam pelaksanaan PLH di sekolah. Namun penelitian Muntasib et al. 2009
menunjukkan bahwa faktor sarana dan prasarana tampaknya tidak menjadi penghambat bagi guru di SDN Gunung Bunder 04 dengan kondisi fisik dan
ketersediaan sarana dan prasarana pendidikan yang minim dibandingkan sekolah
4 contoh lainnya, yang ditunjukkan oleh metode pengajaran yang digunakan guru
dan respon siswa yang lebih baik. Lebih lanjut Muntasib et al. 2009 menyatakan bahwa guru dengan persepsi dan motivasi yang baik terhadap
pendidikan hutan dan lingkungan sebagai bagian dari PLH yang dikembangkan oleh Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor, serta memiliki penguasaan
terhadap materi dan keterampilan mengajar yang memadai, akan dapat menyampaikan materi dengan baik kepada siswa.
Keterbatasan sarana dan prasarana pendidikan semestinya tidak menjadi penghambat bagi guru dalam melaksanakan PLH di sekolah. Persepsi guru
tentang penyelenggaraan PLH yang lebih berperan dalam mempengaruhi praktek pengajaran PLH oleh guru kepada siswa dan pada akhirnya mempengaruhi respon
siswa. Guru juga meneruskan persepsi mereka kepada siswanya di sekolah, sehingga persepsipemahaman guru mengenai lingkungan menjadi hal yang
penting untuk diidentifikasi Desjean-Perotta et al. 2008. Persepsi guru tentang lingkungan akan diteruskan kepada siswanya, sedangkan persepsi guru tentang
penyelenggaraan PLH akan mempengaruhi praktek pengajaran PLH oleh guru kepada siswa, sehingga akan diteliti mengenai persepsi guru tentang lingkungan
dan persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH.
1.2 Perumusan Masalah
Pendidikan Lingkungan Hidup PLH pada dasarnya bertujuan untuk merubah perilaku individu menjadi perilaku yang positif terhadap lingkungan
perilaku ramah lingkungan. Kenyataannya upaya pelaksanaan PLH di sekolah- sekolah secara umum baru sampai pada tahap peningkatan pengetahuan, belum
mampu mendorong terjadinya perubahan perilaku siswa menjadi lebih ramah lingkungan.
Para guru umumnya merasa bahwa keterbatasan sarana dan prasarana, seperti fasilitas pendidikan dan buku sumberajar mengenai PLH, menjadi faktor
yang menghambat pelaksanaan PLH di sekolah, sehingga pelaksanaan PLH di sekolah menjadi terbatas pada materi yang ada pada mata ajaran inti. Metode
yang digunakan oleh guru juga masih terbatas pada metode ceramah dan diskusi. Namun demikian penelitian yang dilakukan oleh Muntasib et al. 2009
menunjukkan bahwa pada sekolah-sekolah, ada guru yang dapat melaksanakan
5 PLH dengan baik dalam kondisi sekolah yang serba terbatas, yang telah
menggunakan berbagai metode dan media untuk mengajarkan PLH kepada siswanya, melalui kegiatan observasi lapang dengan interaksi yang intensif
dengan alam sekitar, serta menuangkannya dalam nyanyian tentang alam tersebut. Perbedaan praktek pengajaran guru tersebut menunjukkan adanya pengaruh suatu
faktor dalam diri guru. Beberapa penelitian lain menunjukkan adanya pengaruh persepsi guru
tentang praktek pengajaran dan peran serta guru dalam kegiatan pengajaran. Smith-Sebasto 2007 menunjukkan bahwa peran serta guru dalam program PLH
residensial, yaitu program PLH menginap yang memberikan kesempatan kepada peserta untuk berinteraksi dengan alam, dipengaruhi oleh persepsi guru bahwa
program PLH residensial tersebut memberikan pengaruh positif bagi siswanya. Hardre dan Sullivan 2008 telah merangkum dari berbagai penelitian bahwa
perbedaan individu dan persepsi guru dapat mempengaruhi cara guru mengajar dan memotivasi siswa sehingga mempengaruhi respon siswa. Desjean-Perrotta et
al. 2008 menyatakan bahwa konsepsi yang dimiliki oleh calon guru mengenai lingkungan
akan mempengaruhi
pengajarannya mengenai
lingkungan. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa praktek dan peran serta guru dalam
pengajaran PLH di sekolah dipengaruhi oleh persepsi guru tentang lingkungan dan penyelenggaraan PLH.
Kondisi tersebut menimbulkan pemikiran bahwa pelaksanaanpenerapan PLH di sekolah saat ini masih belum dapat mendorong timbulnya perilaku ramah
lingkungan pada siswa karena sebetulnya guru belum memiliki persepsi yang baiktinggi tentang lingkungan maupun penyelenggaraan PLH, bukan semata-
mata karena keterbatasan sarana prasarana seperti yang selama ini banyak dijadikan alasan. Penelitian mengenai persepsi guru tentang lingkungan dan
penyelenggaraan PLH masih sangat terbatas, terutama pada sekolah-sekolah dasar
yang terletak di sekitar hutan. Pertanyaan tentang bagaimana sesungguhnya persepsi guru tentang lingkungan dan penyelenggaraan PLH
masih belum terjawab, sedangkan upaya penerapan PLH di sekolah tentunya perlu
dioptimalkan agar dapat membentuk generasi penerus berkualitas, yang memiliki kesadaran, pengetahuan, sikap dan keterampilan memadai untuk mengelola
6 lingkungan dan melakukan upaya konservasi hutan, serta memiliki motivasi dan
peran serta dalam pengelolaan lingkungan dan konservasi hutan. Persepsi guru SD di sekitar hutan tentang lingkungan dan penyelenggaraan
PLH perlu diketahui untuk dapat menentukan upaya pengembangan profesionalitas yang dibutuhkan guru agar dapat menerapkan PLH secara optimal,
sehingga dapat menghasilkan siswa yang memiliki motivasi tinggi untuk ikut serta dalam upaya konservasi hutan. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi
persepsi guru dalam penerapan PLH di sekolah dasar sekitar hutan sebagai salah satu upaya awal untuk mengoptimalkan penyelenggaraan PLH di Indonesia dan
mempersiapkan SDM yang memiliki kemampuan dan motivasi untuk ikut serta dalam upaya konservasi hutan.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi persepsi guru sekolah dasar di sekitar hutan kawasan Gunung Salak Endah Kabupaten Bogor dalam penerapan
Pendidikan Lingkungan Hidup. Secara rinci penelitian ini dilakukan untuk: 1. Mengidentifikasi
faktor obyeksasaran, situasi dan individu
yang mempengaruhi persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH,
2. Mengidentifikasi persepsi guru tentang lingkungan, 3. Mengidentifikasi persepsi guru tentang penerapanpenyelenggaraan PLH.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian akan dapat memberikan masukan dalam membangun persepsi
guru tentang
lingkungan dan
penyelenggaraan PLH
untuk penyempurnaan penerapanpenyelenggaraan PLH di sekolah, sehingga dapat
membentuk SDM yang tidak hanya memiliki kemampuan, namun juga motivasi untuk ikut serta dalam penyelesaian berbagai permasalahan lingkungan,
khususnya upaya konservasi hutan.