Efektivitas Diri Guru dalam Mengajar PLH

69 Subskala ini secara keseluruhan menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi positif terhadap kemampuannya mengajar PLH secara efektif pada 10 pernyataan lebih dari 50 guru setuju dengan derajat kesetujuan berbeda, dan persepsi negatif pada 3 pernyataan total lebih dari 50 guru yang menyatakan ragu, tidak setuju dan sangat tidak setuju. Kecenderungan persepsi negatif dinyatakan guru berkaitan dengan kemampuan guru untuk melakukan monitoring secara efektif, kemampuan untuk menjelaskan relevansi metode dengan materi yang diajarkan, dan penguasaan keterampilan yang diperlukan untuk mengajar PLH secara efektif. Sebagian besar guru menyatakan akan terus berusaha keras menemukan cara yang lebih baik dalam mengajar PLH, guru percaya akan dapat mengajar PLH sebaik pada mata ajaran lainnya jika berusaha keras, guru percaya dirinya mengetahui langkah-langkah yang diperlukan untuk mengajar PLH secara efektif dan secara umum dapat mengajar PLH secara efektif, guru percaya bahwa dirinya memahami PLH dengan cukup baik sehingga dapat mengajar PLH secara efektif, dapat menjawab pertanyaan siswa tentang PLH, dapat membantu siswa memahami suatu konsep PLH, memberikan kesempatan bertanya kepada siswa dan tahu apa yang harus dilakukan untuk menarik minat siswa pada PLH. Namun demikian guru mengakui bahwa dirinya kurang menguasai kemampuan untuk melakukan monitoring, kemampuan untuk menjelaskan relevansi metode dengan materi yang diajarkan dan kurang menguasai keterampilan yang diperlukan untuk mengajar PLH secara efektif. Sia 1992 menemukan bahwa calon guru memiliki persepsi rendah persepsi positif hanya pada 3 pernyataan dari 13 pernyataan terhadap kemampuannya mengajar PLH. Moseley et al. 2002 menemukan hal yang berlawanan, yaitu bahwa calon guru memiliki persepsi tinggi terhadap kemampuannya mengajar PLH self-efficacy di luar kelas sebelum dan setelah program pengajaran PLH di luar kelas, namun persepsi tersebut menurun saat diukur 7 minggu setelah program pengajaran yang diduga disebabkan oleh evaluasi ulang yang dilakukan calon guru terhadap kemampuannya mengajar PLH sejalan dengan pembelajaran yang didapat calon guru tersebut mengenai metode pengajaran. 70 Hasil temuan dalam penelitian ini sejalan dengan Moseley et al. 2002 dalam hal guru memiliki persepsi tinggipositif terhadap efektivitas dirinya dalam mengajar PLH secara umum. Temuan dalam penelitian ini juga sejalan dengan temuan Sia 1992 dalam hal persepsi rendahnegatif yang dimiliki guru berkaitan dengan penguasaan keterampilan, monitoring dan kemampuan menjelaskan relevansi metode dan materi yang dimiliki oleh guru. Persepsi guru yang rendahnegatif terhadap kemampuan dirinya dalam ketiga hal tersebut menunjukkan bahwa guru membutuhkan peningkatan kemampuan berkaitan dengan ketiga hal tersebut, yang bisa dilakukan melalui berbagai kegiatan.

b. Harapan Guru terhadap Hasil Pengajaran PLH

Harapan guru terhadap hasil pengajaran PLH diukur dengan menggunakan subskala EE teaching outcome expectancy ETOE. Outcome expectancy adalah harapan seseorang bahwa perilaku tertentu akan menghasilkan luaran yang diinginkan Sia 1992. Subskala ETOE diwakili oleh 10 pernyataan, yaitu pernyataan nomor 1, 4, 7, 9, 10, 11, 13, 14, 15, dan 16. Persentase guru yang mendapatkan skor 5 dan 4 pada sembilan pernyataan 1, 4, 7, 9, 11, 13, 14, 15 dan 16 lebih besar daripada guru yang mendapatkan skor 3 serta skor 2 dan 1 Tabel 19. Persentase guru yang mendapatkan skor 3 ragu-ragu pada salah satu dari kesembilan pernyataan tersebut pernyataan nomor 7 sebesar 25,81. Persentase yang cukup besar, sehingga jika ditotalkan persentase guru yang mendapatkan skor 3, 2 dan 1 menjadi sebesar 51,61. Dengan demikian pada pernyataan ini guru dapat dikelompokkan memiliki persepsi negatif atau rendah. Pada pernyataan nomor 10 persentase guru yang mendapatkan skor 5 dan 4 sama dengan persentase guru yang mendapatkan skor 2 dan 1. Artinya pada pernyataan tersebut jumlah guru yang setuju dengan pernyataan tersebut sama dengan jumlah guru yang tidak setuju, dan dengan adanya guru yang ragu akan pernyataan tersebut, maka persepsi guru pada pernyataan tersebut digolongkan kedalam persepsi negatif. Jadi pada subskala ini, guru memiliki persepsi negatif pada dua pernyataan, yaitu pernyataan nomor 7 dan 10. 71 Tabel 19 Persentase guru berdasarkan perolehan skor pada masing-masing pernyataan dalam subskala EE teaching outcome expectancy ETOE No. Pernyataan Skor 5 4 3 2 1 1 Saat siswa menunjukkan hasil yang lebih baik dalam PLH dibandingkan biasanya, seringkali karena gurunya telah melakukan upaya lebih dalam mengajar. 45,16 54,84 0,00 0,00 0,00 4 Saat hasil belajar PLH siswa meningkat, seringkali karena gurunya telah menemukan cara mengajar yang lebih efektif 48,39 48,39 0,00 0,00 3,23 7 Jika siswa tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran PLH, kemungkinan karena pengajaran PLHnya tidak efektif 9,68 38,71 25,81 19,35 6,45 9 Kurangnya latarbelakang PLH siswa dapat diatasi dengan pengajaran yang baik 32,26 45,16 16,13 3,23 3,23 10 Guru tidak dapat disalahkan atas rendahnya hasil belajar sebagian siswanya. 9,68 32,26 16,13 32,26 9,68 11 Jika seorang siswa yang hasil belajarnya rendah menunjukkan kemajuan belajar dalam PLH, biasanya disebabkan perhatian ekstra yang diberikan oleh gurunya. 12,90 51,61 12,90 19,35 3,23 13 Peningkatan upaya pengajaran PLH hanya menghasilkan sedikit perubahan pada hasil belajar sebagian siswa. 9,68 64,52 12,90 12,90 0,00 14 Secara umum guru bertanggung jawab terhadap hasil belajar siswa dalam PLH. 32,26 51,61 0,00 16,13 0,00 15 Hasil belajar siswa dalam PLH berhubungan langsung dengan efektivitas gurunya dalam pengajaran PLH 32,26 64,52 0,00 3,23 0,00 16 Jika orangtua berkomentar bahwa anaknya menunjukkan minat yang lebih terhadap PLH di sekolah, hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh kinerja gurunya. 22,58 70,97 3,23 3,23 0,00 Rata-rata 25,48 52,26 8,71 10,97 2,58 Pernyataan nomor 7 terkait dengan pandangan guru bahwa pengajaran PLH yang tidak efektif sebagai penyebab siswa tidak dapat mencapai tujuan pembelajaran. Sebesar 25,81 guru menyatakan ragu-ragu, 19,35 guru menyatakan tidak setuju dan 6,45 guru menyatakan sangat tidak setuju. 72 Pernyataan nomor 10 berkaitan dengan kesalahan guru atas rendahnya hasil belajar sebagian siswa. Persentase guru yang merasa bahwa rendahnya hasil belajar siswa merupakan kesalahan guru seimbang dengan persentase guru yang merasa bahwa guru tidak dapat disalahkan atas rendahnya hasil belajar sebagian siswa, dan ada 16,13 guru yang menyatakan keraguannya akan pernyataan tersebut. Persentase guru yang menyatakan kesetujuan dengan derajat kesetujuan masing-masing pada 8 pernyataan lainnya lebih besar dari pada guru yang menyatakan ketidak setujuan. Persentase guru yang menyatakan kesetujuan berkisar antara 9,68 sampai 48,39 skor 5 dan 32,26 sampai 70,97 skor 4, sedangkan guru yang menyatakan ragu-ragu skor 3 berkisar antara 0,00 sampai 16,13, tidak setuju skor 2 berkisar antara 0,00 - 19,35, dan sangat tidak setuju berkisar antara 0,00 sampai 3,23. Hasil tersebut menunjukkan guru percaya bahwa hasil belajar siswa dalam PLH dapat ditingkatkan dengan pengajaran PLH yang efektif, namun merasa bahwa hasil belajar siswa yang rendah bukan sepenuhnya kesalahan guru maupun pengajaran PLH yang tidak efektif. Persepsi guru tentang penyelenggaraan PLH yang diukur menggunakan subskala PETE dan ETOE menunjukkan bahwa guru memiliki persepsi tinggi terhadap efektivitas dirinya persepsi positif pada 10 dari 13 pernyataan, serta persepsi tinggi terhadap luaran yang diharapkannya persepsi positif pada 8 dari 10 pernyataan. Guru menyadari bahwa kemampuannya terkait monitoring, keterampilan mengajar PLH serta penguasaan metode dan materi PLH rendah persepsi negatif pada 3 pernyataan dalam subskala PETE, namun guru percaya bahwa pengajaran PLH yang efektif dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam PLH persepsi positif pada subskala ETOE. Paduan persepsi tersebut semakin menegaskan adanya kebutuhan guru akan peningkatan kapasitas guru dalam pengajaran PLH. Hal tersebut juga berimplikasi pada kesediaan dan kesiapan guru untuk menerima berbagai program kegiatan untuk meningkatkan kapasitasnya. 73

5.3.3 Persepsi Guru tentang Penyelenggaraan PLH dan Faktor yang

Mempengaruhinya Ekstraksi dengan analisis faktor terhadap skor yang didapat guru pada enam peubah dari subskala motivasi dan dua peubah dari subskala sikap guru berkaitan dengan PLH menghasilkan tiga faktorvariate baru Lampiran 1. Peubah kompetensi perceived competence, bebantekanan pressuretension, pilihan perceived choice dan efektivitas diri guru dalam pengajaran PLH personal EE teaching efficacyPETE mengelompok pada faktor 1 satu, yang selanjutnya disebut sebagai faktor efektivitas pengajaran PLH. Peubah yang mengelompok pada faktor 2 dua adalah minatkesenangan interestenjoyment, upayaarti penting effortimportance, dan nilaimanfaat valueusefulness yang selanjutnya disebut sebagai faktor manfaat PLH. Faktor 3 tiga hanya terdiri dari satu peubah, yaitu luaran pengajaran PLH yang diharapkan EE teaching outcome expectancyETOE. Faktor 3 tiga selanjutnya disebut sebagai faktor luaran pengajaran PLH yang diharapkan . Analisis korelasi dengan Spearman correlation Lampiran 2, serta uji denganUji Kruskal-Wallis Lampiran 3 dan Uji Mann-Whitney Lampiran 4 dilakukan untuk melihat peubah-peubah dari faktor individu maupun obyeksasaran dan situasi yang mempengaruhi ketiga faktorvariate persepsi tersebut.

a. Persepsi Guru tentang Efektivitas Pengajaran PLH dan Faktor yang

Mempengaruhinya Persepsi guru tentang efektivitas pengajaran PLH faktor 1 dibangun dari 3 peubah motivasi dan 1 peubah sikap, yaitu kompetensi, bebantekanan, pilihan dan efektivitas diri. Guru SD sekitar hutan memiliki persepsi positif tentang efektivitas pengajaran PLH dalam kaitannya dengan bebantekanan dan pilihan. Guru memandang bahwa mereka tidak terbebani ataupun tertekan jika mengajar PLH, dan mereka merasa memiliki pilihan dalam mengajar PLH. Penerapan PLH di sekolah dasar yang sampai saat ini belum diformalisasikan dalam kurikulum baku memberi sumbangan terhadap persepsi guru terhadap PLH tersebut. Kurikulum berimplikasi pada target yang harus dicapai guru yang seringkali bersifat kaku, membebani dan memberikan tekanan pada guru. Kurikulum yang belum dibakukan berarti guru tidak dibebani dengan target yang