9
2.1.2 Peran Guru dalam Penerapan PLH
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menempatkan guru sebagai pendidik, yaitu tenaga professional yang bertugas merencanakan dan
melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada
masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi. Pasal 40 ayat 2 UU Sisdiknas tersebut menguraikan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan
berkewajiban untuk a menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis dan dialogis
, b mempunyai komitmen
secara professional untuk meningkatkan mutu pendidikan, dan c memberi
teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan
kepercayaan yang diberikan kepadanya. Guru adalah orang yang menterjemahkan filosofi dan tujuan pendidikan
menjadi pengetahuan dan keterampilan dan mentransfernya kepada siswa Ofoegbu 2004. Muntasib 2002 menyebutkan bahwa guru sebagai motivator,
inisiator, dinaminator, fasilitator serta transformator pengetahuan, keterampilan dan sikap peserta didik merupakan salah satu unsur penting yang menentukan
berhasil-tidaknya penyelenggaraan program pendidikan, termasuk PLH, sehingga wawasan dan kesiapan guru perlu mendapat perhatian.
Guru memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam membentuk sikap anak sebagai siswanya, karena masa sekolah merupakan masa peletakkan dasar-dasar
yang kuat bagi pengembangan kepribadian, nilai dan sikap seseorang Siagian 2004. Muntasib et al. 2009 menyatakan bahwa guru merupakan salah satu
faktor kunci dalam penerapan PLH melalui jalur formal di sekolah Muntasib et al. 2009. Kurangnya tenaga guru yang terlatih merupakan salah satu hal yang
menghambat pelaksanaan PLH di sekolah pada Negara-negara Asia Pasifik Nirarita 2003, sedangkan pelaksanaan PLH di sekolah sangat dipengaruhi oleh
keterampilan dan komitmen guru serta dukungan yang didapat guru dari kepala sekolah dan sesama rekan guru. Sedemikian besar peran guru dalam penerapan
PLH di sekolah sehingga guru perlu mendapatkan perhatian besar, terutama dalam hal peningkatan kemampuan guru untuk menerapkan PLH.
10
2.2 Persepsi Guru dalam Penerapan PLH
2.2.1 Definisi dan Proses Pembentukan Persepsi
Persepsi berhubungan dengan pendapat dan penilaian individu terhadap suatu stimulus, baik berupa benda, isyarat, informasi maupun situasi dan kondisi
tertentu, yang akan berakibat terhadap motivasi, kemauan, dan perasaan individu terhadap stimulus tersebut Langevelt 1966 diacu dalam Harihanto 2001.
Persepsi dapat dipahami dengan melihatnya sebagai suatu proses aktif yang dilakukan seseorang untuk memberikan makna tertentu kepada lingkungannya
manusia, obyek, peristiwa, situasi dan fenomena-fenomena lainnya dengan memilih, mengorganisasikan dan menginterpretasikan lingkungan tersebut
Robbins 2003; Siagian 2004; Robbins 2005; Wood 2007. Proses aktif tersebut terdiri dari tiga proses yang kontinyu dan saling berpadu, yaitu seleksipemilihan,
pengorganisasian, dan interpretasi stimulasi terhadap sensoriindera sehingga menjadi suatu gambaran dunia yang bermakna dan koheren Berelson dan Steiner
1964 diacu dalam Severin dan Tankard 1979; Wood 2007.
Gambar 1 Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi Robbins 2003. Faktor Situasi:
Waktu SuasanaKondisi kerja
Kondisi Sosial Faktor Individu:
Sikap Motif
Minatkeinginan Pengalaman
Harapan
Persepsi
Faktor ObyekSasaran: KebaharuanNovelty
Pergerakan Suara
Ukuran Latarbelakang
Kedekatan Kemiripan
11 Persepsi kognisipandangan terbentuk saat seseorang melihat obyek yang
terorganisasi dan mengenalinya sebagai obyek yang bermakna, memilih obyek, dan memilih karakteristik obyek yang sesuai dengan konsepsinya mengenai dunia
Krech et al. 1965. Severin dan Tankard 1979 menyatakan bahwa persepsi dipengaruhi sejumlah faktor psikologis yang meliputi asumsi-asumsi berdasarkan
pengalaman masa lalu yang seringkali bekerja pada suatu tingkatan yang hampir tidak disadari, harapan-harapan budaya, motivasi kebutuhan, moodsuasana hati,
dan sikap. Robbins 2003, 2005 dan Siagian 2004 menguraikan bahwa persepsi dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang terkait dengan karakteristik individu,
obyek atau sasaran, dan situasi Gambar 1. Wood 2007 menjelaskan bahwa individu-individu berbeda dalam menangkap suatu situasi dan orang, dan
perbedaan tersebut antara lain dipengaruhi oleh faktor fisiologis kemampuan alat indera dan kondisi fisiologis, umur dan pengalaman, budaya, peran dalam
masyarakat pengaruh sosial, kemampuan kognitif, dan kepribadian individu. Dengan demikian, semua persepsi selalu parsial dan subyektif; parsial karena
individu tidak mampu menangkap semua hal, dan subyektif karena persepsi dipengaruhi oleh berbagai faktor tersebut.
Guru membawa dua persepsi dalam dirinya di dalam penerapan PLH di sekolah, yaitu persepsi guru tentang lingkungan dan persepsi guru tentang
penyelenggaraan PLH sebagai sebuah program pengajaran. Persepsi guru tentang lingkungan akan diteruskan kepada siswanya, sedangkan persepsi guru tentang
penyelenggaraan PLH sebagai sebuah program pengajaran akan mempengaruhi guru dalam memilih metode dan media untuk menyampaikan materi kepada
siswa, yang selanjutnya akan mempengaruhi hasil belajar siswa.
2.2.2 Persepsi Guru tentang Lingkungan dan Pengukurannya
Ilmu lingkungan mengenal konsep “persepsi mengenai lingkungan
environmental perception ”, yang didefinisikan sebagai cerminan penglihatan,
kekaguman, kepuasan, serta harapan individu terhadap lingkungan Edmund dan Letey 1973 diacu dalam Harihanto 2001. Haryadi dan Setiawan 1995 diacu
dalam Harihanto 2001 menguraikan persepsi tentang lingkungan adalah interpretasi tentang suatu seting lingkungan oleh individu, yang didasarkan pada
latar belakang budaya, nalar dan pengalaman, sehingga setiap individu dapat