Pemantauan Deskripsi dan Evaluasi Kebijakan

warga kabupaten Bandung, baik pemerintah daerah, pengusaha serta masyarakat Kabupaten Bandung. Tahapan analisis kebijakan yang lain menurut Parson 2001 juga sama dengan analisis kebijakan Dunn 2003 yang merupakan rekomendasi, monitoring dan evaluasi untuk pebaikan kebijakan. Informasi dan advokasi kebijakan menurut Parson 2001 sudah tercakup didalam tahapan analisis kebijakan Dunn 2003 yaitu pada tahap rekomendasi, monitoring dan evaluasi kebijakan.

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Pulau bahang kota urban heat island telah terjadi di wilayah perkotaan Kabupaten Bandung. Pulau bahang kota diakibatkan oleh tingginya emisi CO 2 tahun 2008 mencapai 1.081.176 ton dan disebabkan oleh tingginya persen- tase lahan terbangun rata-rata 46, bahkan di Wilayah I 60. Terbentuknya pulau bahang kota, mengakibatkan perbedaan suhu udara di pusat perkotaan dengan perdesaan mencapai 7 °C. 2. Karakteristik lingkungan perkotaan menentukan kondisi efek pulau bahang, hal ditunjukkan dengan berbedanya persentase luas suhu udara tinggi pada tiga wilayah penelitian. Secara berurutan persentase luas area suhu udara tinggi suhu udara ≥ 27 °C di Wilayah I, II dan III adalah 2,4; 0,95; dan 0,91. Karakteristik lingkungan Wilayah I, dengan persentase lahan terbangun tertinggi dibanding dengan Wilayah II dan III, ruang terbuka hijau terendah, jumlah penduduk terbanyak, dan jumlah unit industri juga tinggi menyebabkan persentase luas area bersuhu tinggi paling tinggi. 3. Model kota hijau dapat digunakan untuk mengatasi pulau bahang kota, dengan cara menurunkan laju peningkatan emisi CO 2 dari kurva berbentuk logistik eksponensial menuju kurva sigmoid dengan cara mengatur beberapa variabel yaitu menurunkan laju pertumbuhan penduduk dari 1,95tahun menjadi 1tahun; laju peningkatan kendaraan bermotor roda empat dari 4,3tahun menjadi 2tahun; kendaraan roda dua dari 23tahun menjadi 10tahun. Selain itu, pulau bahang kota juga diatasi dengan menurunkan laju lahan terbangun dari 7tahun menjadi 4tahun, meningkatkan laju penambahan ruang terbuka hijau dari 0 menjadi 100 ha per tahun, serta mencegah penurunan jumlah industri dari -3,5tahun menjadi 0tahun. Model kota hijau dapat mempertahankan suhu udara 30 °C sampai tahun 2046. 4. Karakteristik lingkungan perkotaan yang terlanjur didominasi oleh lahan terbangun disertai emisi CO 2 tinggi, menyebabkan penanganan pulau bahang kota tidak dapat dilaksanakan secara maksimal, sehingga pembangunan harus dilaksanakan secara hati-hati dari awal. 5. Ruang terbuka hijau minimal 30, berupa hutan kota, berbentuk me- ngelompok, berstrata banyak, dan terletak di area suhu udara tinggi, lebih efektif mengatasi pulau bahang kota karena dapat menurunkan suhu udara sampai 6,3 °C.

B. Saran

1. Perlu implementasi dan pengawasan yang ketat dari Undang-Undang Republik Indonesia No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang dan PP Nomor I Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan yang mengharuskan kawasan perkotaan memiliki ruang terbuka hijau minimal 30. 2. Perlu implementasi dan pengawasan yang ketat dari Peraturan Pemerintah No.63 Tahun 2002 tentang hutan kota, yang menyatakan bahwa luasan hutan kota sekurang-kurangnya 10 dari luas kota. DAFTAR PUSTAKA Akbari H. 2008. Saving energy and improving air quality in urban heat islands. Berkeley : American Institute of Physics. Alcoforado MJ, Andrade H, Lopes A, Vasconcelos J. 2009. Application of climatic guidelines to urban planning, the example of Lisbon Portugal. Land and Urb Plan 90 : 56 –65. Anand S, Vrat P, Dahiya RP. 2006. Application of a system dynamics approach for assessment and mitigation of CO 2 emissions from the cement industry. Environ Man 79 : 383 –398. Arya SP. 2001. Introduction to Micrometeorology. California : Academic Press. Bernatzky A. 1978. Tree ecology and preservation. Amsterdam : Elsevier Science. 357 hal. Blennow K. 1998. Modelling minimum air temperature in partially and clear felled forests. Agric For Meteorol 91 : 223 – 235. [BMKG] Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 2009. Data Cuaca dan Iklim . Bogor : BMKG. [BPLH] Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung. 2009. Status Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung Tahun 2009. Bandung : Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. [BPS] Badan Pusat Statistik dan [BAPPEDA] Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung. 2003. Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung. Bandung : Badan Pusat Statistik Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. [BPS] Badan Pusat Statistik dan [BAPPEDA] Badan Perencanaan Daerah Kabupaten Bandung. 2008. Data Sosial Ekonomi Masyarakat Kabupaten Bandung. Bandung : Badan Pusat Statistik Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Brack CL. 2002. Pollution mitigation and carbon sequestration by an urban forest. Environ Pollut 116 : 195-200. Chang CR, Li MH, Chang SD. 2007. A preliminary study on the local cool-island intensity of Taipei city parks. Lands Urban Plan 80 : 386-395. Chiras DD. 1985. Environmental Science, a Framework for Decision Making. Sand Hill : The Benjamin Publishing Company. Dahlan EN. 1992. Hutan Kota untuk Pengelolaan dan Peningkatan Kualitas Lingkungan Hidup . Kerjasama Institut Pertanian Bogor dengan Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia. Jakarta. Dahlan EN. 2004. Membangun Kota Kebun Garden City Bernuansa Hutan Kota. IPB Press. Bogor. Dahlan EN. 2007. Analisis kebutuhan luasan hutan kota sebagai sink gas CO 2 antropogenik dari bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor dengan pendekatan sistem dinamik [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Intitut Pertanian Bogor. Dahlan EN. 2008. Jumlah emisi gas CO 2 dan pemilihan jenis tanaman berdaya rosot sangat tinggi : studi kasus di Kota Bogor. Media Konservasi 13 : 85-89. Departemen Kehutanan. 2002. Peraturan Pemerintah No. 63 tentang Hutan Kota. Jakarta. [DEPDAGRI] Departemen Dalam Negeri. 1988. Instruksi Menteri Dalam Negeri No. 14 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau di Wilayah Perkotaan . Jakarta. [DEPDAGRI] Departemen Dalam Negeri. 2007. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang Terbuka Hijau Kawasan Perkotaan. Jakarta : Departemen Dalam Negeri Pemerintah Republik Indonesia. Dunn WN. 2003. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Wibawa S, Asitadani D, Hadna AH, Purwanto EA, penerjemah. Terjemahan dari : Public Policy Analysis. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Effendy S. 2007. Keterkaitan antara ruang terbuka hijau dengan urban heat island wilayah Jabotabek [disertasi]. Bogor : Sekolah Pascasarjana, Intitut Pertanian Bogor. Elander I, Lundgren E, Malbert B, Sandstrom UG. 2005. Biodiversity in urban governance and planning: examples from Swedish Cities. Plan Theor 6 : 283-301 . Emmanuel R. 2005. Thermal comfort implication of urbanization in a warm humid city : the Colombo Metropolitan Region CMR. Build and Environ 40 : 1591-1601. [EPA] Environmental Protection Agency. 2010. Climate Change. United States : Environmental Protection Agency. Fakuara Y. 1987. Konsepsi Pengembangan Hutan Kota. Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Fong WK, Matsumoto H, Lun YF, Kimura R. 2006. System dynamic model for the prediction of urban energy consumption trends. Japan : Toyohashi University and Tohoku University. Geiger R, Aron RH, Todhunter P. 1961. The Climate Near the Ground. America : Harvard University Press. Grey GW and Deneke FJ. 1978. Urban Forestry. New York : J Wiley. Hardin PJ, Jensenb RR. 2007. The effect of urban leaf area on summertime urban surface kinetic temperatures: A Terre Haute case study. Urb For Urb Green 6 : 63-72. Hartrisari. 2007. Sistem Dinamik : Konsep Sistem dan Pemodelan untuk Industri dan Lingkungan . Bogor : SEAMEO BIOTROP Southeast Asian Regional Centre for Tropical Biology. Hidayati R. 1990. Kajian prilaku iklim jakarta. Perubahan dan perbedaan dengan daerah sekitarnya. Bogor : Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007. IPCC fourth assessment report : climate change 2007. Jenewa : UNEP and WMO. [IPCC] Intergovernmental Panel on Climate Change. 2007. Climate change : Greenhouse gas and aerosols. Irwan ZD. 2005. Tantangan lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Center for Information and Development Studies. Jakarta : PT Pustaka CIDESINDO. Irwan ZD. 2008. Tantangan Lingkungan dan Lansekap Hutan Kota. Jakarta : PT Bumi Aksara. Lee YM. 2005. Modelling causes and impacts of greenhouse gas emission in a city. New York : IBM Thomas J. Watson Research Center. Lubis DP et al. 2010. Dasar-Dasar Komunikasi. Hubeis AVS, editor. Bogor : Sains KPM IPB Press. Mather JR. 1974. Climatology : fundamentals and aplications. United State of America : McGraw-Hill Inc. McConnel VD, Scwab RM. 1990. The impact of environmental regulation on industry location decisions : the motor vehicle industry. Land Econ 66. Mori K, Christodoulou A. 2011. Review of sustainability indices and indicators: towards a new City Sustainability Index CSI. J Environ Imp AssRev xxx : 13. Muhammadi, Aminullah E, Soesilo B. 2001. Analisis Sistem Dinamis : Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen. Jakarta : UMJ Press. Nawawi HH. 1991. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Nichol J, Wong MS. 2005. Modelling urban environmental quality in a tropical city. Land Urban Plan 73 : 49-58. Niewolt S. 1975. Tropical climatology, an introduction to the climate low latitude. New York : J Willey. Nowak DJ, McPherson DJ. 1993. Quantifying the impact of trees : the Chicago urban forest climate project. Unasylva 44 : 39-44. Parsons W. 2001. Public Policy : Pengantar Teori dan Praktik Analisis Kebijakan. Santosa TWB, penerjemah. Jakarta : Kencana Prenada Media Group. Terjemahan dari : Public Policy : An Introduction to the Theory and Practice of Policy Analysis. Pemerintah Republik Indonesia. 2007. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Jakarta : Sinar Grafika. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang. Jakarta : CV Citra Utama Media. Purnomo H. 2005. Teori Sistem Komplek, Pemodelan dan Simulasi, untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan . Bogor : Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Rekittke J. 2009. From green city to urban jungle. The International Symposium of Green City; Bogor, IPB Internatinal Convention Center, 10-11 Aug 2009. Roseland M. 1997. Dimensions of the eco-city. Cities 4 : 197-202. Santosa I. 1998. Pulau panas heat island wilayah JABOTABEK. Jurusan Geofisi- ka dan Meteorologi, FMIPA, Institut Pertanian Bogor. Bogor. Sarkar H. 2004. Study of landcover and population density influences on urban heat island in tropical cities by using remote sensing and GIS. A methodological consideration. Jakarta : 3rd FIG Regional Conference. Shen J, Sakata Y, Hashimoto Y. 2009. The influence of environmental deterioration and network improvement on transport model choice. Environ Sci Pol 12 : 338- 346 Soedomo M. 2001. Pencemaran udara. Bandung : Penerbit ITB Bandung. Suprihatin, Indrasti NS, Romli M. 2003. Potensi penurunan emisi gas rumah kaca melalui pengomposan sampah di wilayah Jabotabek. Bogor : Environmental Re- search Center PPLH, Institut Pertanian Bogor. Tashiro Y. 2009. Green Networking as an Appropriate Urban Greening Method to the Green City. The International Symposium of Green City. August 10-11, 2009. IPB Internatinal Convenstion Center. Bogor Trewartha GT, Horn LH. 1980. Pengantar Iklim. Andani S, penerjemah; Srigandono, editor. United State of America : McGraw-Hill Inc. Terjemahan dari : An introduction to climate. Tursilowati L. 2002. Urban heat island dan kontribusinya pada perubahan iklim dan hubungannya dengan perubahan lahan. Seminar Nasional Pemanasan Global dan Perubahan Global . Fakta, mitigasi, dan adaptasi. Pusat Pemanfaatan Sains Atmosfer dan Iklim LAPAN, ISBN : 978-979-17490-0-8 : 89-96. [USGS] U.S. Geological Survey. 2002. Landsat 7 Science Data User Handbook. Amerika Serikat : Department of the Interior, National Aeronotics and Space Administration. Voogt JA. 2002. Urban heat island : causes and consequences of global environmental change. Chichester : J Wiley. Wang XJ. 2009. Analysis of problems in urban green space system planning in China. J For Res 20 : 79-82. Weng Q, Yang S. 2004. Managing the adverse thermal effects of urban development in a densely populated Chinese city. J Env Man 70 : 145 –156 Wildsmith D. 2009. Green cities eco-architecture. Zain AFM, Syartinilia, editor. The International Symposium of Green City; Internatinal Convenstion Center, Bogor,10-11 Agt 2009. Bogor : Faculty of Agriculture, Bogor Agricultural University IPB. hlm 7-18. [WWF] World Wide Fund for Nature, [PWC] PricewaterhouseCoopers. 2011. Roadmap for a green economy in the Heart of Borneo : a scoping study. Jakarta : PricewaterhouseCoopers LLP. Xiao H, Weng Q. 2007. The impact of land use and land cover changes on land surface temperature in a karst area of China. J Environ Man 85 : 245-257. LAMPIRAN Lampiran 1 Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah kendaraan roda dua dengan suhu udara Lampiran 2 Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah kendaraan roda empat dengan suhu udara. Lampiran 3 Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah industri dengan suhu udara. 5:49 PM Fri, Jun 24, 2011 Page 1 2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00 Y ears 1: 1: 1: 20 30 40 Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 - 5:51 PM Fri, Jun 24, 2011 Page 1 2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00 Y ears 1: 1: 1: 20 30 40 Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 - 5:56 PM Fri, Jun 24, 2011 Page 1 2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00 Y ears 1: 1: 1: 20 30 40 Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 - Lampiran 4 Uji sensitivitas pengaruh perubahan jumlah penduduk dengan suhu udara. Lampiran 5 Uji sensitivitas pengaruh perubahan luas lahan terbangun dengan suhu udara. Lampiran 6 Uji sensitivitas pengaruh perubahan luas ruang terbuka hijau dengan suhu udara 5:54 PM Fri, Jun 24, 2011 Page 1 2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00 Y ears 1: 1: 1: 20 30 40 Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 - 5:53 PM Fri, Jun 24, 2011 Page 1 2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00 Y ears 1: 1: 1: 20 30 40 Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 - 5:58 PM Fri, Jun 24, 2011 Page 1 2008.00 2015.50 2023.00 2030.50 2038.00 Y ears 1: 1: 1: 20 30 40 Suhu Absolut: 1 - 2 - 3 - Lampiran 7 Volume kendaraan bermotor yang beroperasi setiap jamnya di ruas jalan Kabupaten Bandung pada tahun 2006 No NAMA JALAN Pukul

06.00 - 07.00

07.00 - 08.00

12.00 - 13.00

13.00 - 14.00

16.00 - 17.00

17.00 - 18.00

1 Jl. Kopo TKI - Sukamenak 1231,30 1378,60 1417,30 1410,50 1779,50 1768,40 2 Jl. Kopo Sukamenak - Citarum 1649,00 2089,40 1819,90 1572,30 1556,90 1831,70 3 Jl. Kopo Citarum - Soreang 1587,10 1830,10 1665,10 1546,10 1623,50 1883,10 4 Soreang - Pasirjambu 491,10 605,70 651,20 565,20 639,10 714,10 5 Ciwidey - Patenggang 310,40 354,40 243,20 299,00 320,00 384,30 6 Jl. Moh. Toha Batas Kota - Dayeuhkolot 919,10 1223,90 992,80 1079,50 1545,80 1300,50 7 Dayeuhkolot - Baleendah 1840,90 1823,90 1370,30 1502,60 1573,00 1174,80 8 Baleendah - Ciparay 1291,10 1318,00 1218,80 1195,90 1094,20 976,40 9 Ciparay - Majalaya 693,30 774,10 619,10 583,20 886,60 599,70 10 Dayeuhkolot - Bojongsoang 831,00 914,80 691,00 715,00 912,70 914,60 11 Bojongsoang - Buahbatu Batas Kota 1257,30 1765,00 1209,90 1224,20 1652,90 1270,20 12 Banjaran - Pameungpeuk 1566,10 1430,50 1233,60 1373,70 1383,60 1236,20 13 Pameungpeuk - Dayeuhkolot 1453,00 1439,10 1072,30 1351,80 1278,00 1346,60 14 Banjaran - Soreang 754,00 596,60 470,10 776,40 721,30 487,90 15 Banjaran - Cimaung Pangalengan 1110,60 882,20 992,80 928,60 1214,00 1157,40 16 CiparayLemburawi - Pacet 520,00 441,90 428,20 432,80 343,40 331,80 17 Derwati - Sapan 429,10 508,70 333,70 342,70 447,00 448,30 18 Majalaya - Sapan 354,90 319,00 244,20 242,90 264,60 308,80 19 Majalaya - Rancaekek 764,60 574,20 465,10 476,60 456,70 476,50 20 Majalaya - Cikancung 465,20 521,00 412,30 448,60 568,60 468,50 21 Cikancung - Cicalengka 500,00 539,40 436,20 430,10 485,20 461,30 22 Soreang - Cipatik 534,20 655,10 585,50 651,90 643,40 635,80 23 Cipatik - Batujajar KOPASSUS 669,40 634,40 524,40 534,70 567,90 533,40 24 Cimareme - Batujajar Pos Disja 917,80 1010,50 757,10 901,90 851,90 735,00 25 Cikalongwetan - Cipeundeuy 225,10 215,90 191,30 201,80 246,50 214,90 26 Cipatik - Cililin 547,00 647,60 640,70 593,00 576,90 440,40 27 Cililin - Sindangkerta 220,90 243,80 209,90 194,10 175,70 83,10 28 Cangkuang - Palasari 375,70 430,60 283,60 439,10 528,30 498,20 29 Cibaduyut - Cangkuang 1193,30 1699,20 1197,80 1549,50 1662,80 1604,10 30 Cangkuang - Sayati 724,80 839,20 657,50 674,10 909,80 1010,30 31 Cangkuang - Sayuran 1106,50 1190,80 603,40 794,50 1017,60 743,40 32 Cikancung - Cijapati 271,30 276,30 238,50 214,70 254,40 199,20 33 Cihideung - Parongpong 132,70 118,10 153,90 174,60 157,70 107,30 34 Cisarua - Lembang 330,10 397,00 302,40 350,60 428,30 405,00 35 Cipatik - Leuwigajah 726,40 870,50 647,00 725,80 788,60 929,50 36 Katapang - Junti 421,80 393,00 296,80 224,60 443,40 314,40 37 Banjaran - Pinggir Sari - Garduh 187,80 241,50 188,80 213,80 180,00 155,80 38 Cicalengka - Nagreg 844,80 884,60 734,10 763,50 727,40 575,40 39 Manglid - Kopo 328,00 437,90 349,60 596,70 455,90 523,40 40 Cijagra - Kopo 412,30 376,80 268,20 326,80 413,40 425,60 Jumlah 30189,000 32893,300 26817,600 28623,400 31776,500 29675,300 Sumber : DLLAJR Kabupaten Bandung 2006 Lampiran 8 Persamaan Model Penutupan Lahan : Lhn_terbangunt = Lhn_terbangunt - dt + out + berkurang1 dtINIT Lhn_terbangun = 27381 INFLOWS: out = 0.5Lhn_terbangunLaju_lhn_terbangun berkurang1 = Lhn_terbangunLaju_lhn_terbangun0.5 RTHt = RTHt - dt + in - out dtINIT RTH = 139000 INFLOWS: in = penghijauan OUTFLOWS: out = 0.5Lhn_terbangunLaju_lhn_terbangun Tnh_terbukat = Tnh_terbukat - dt + - berkurang1 dtINIT Tnh_terbuka = 10012 OUTFLOWS: berkurang1 = Lhn_terbangunLaju_lhn_terbangun0.5 Laju_lhn_terbangun = 0.07 Lhn_terbangun_absolut = if Lhn_terbangun 123678 then Lhn_terbangun else if Lhn_terbangun 123678 then 123678 else 0 LUAS_TOTAL_WILAYAH = RTH_Absolut+Lhn_terbangun_absolut+Tnh_terbuka penghijauan = 0 RTH_Absolut = if RTH 139000 then 139000 else if RTH 52715 then 52715 else RTH Suhut = Suhut - dt + Incrase - Decrease dtINIT Suhu = 24.1 INFLOWS: Incrase = 0.0000001CO20.1+0.2Persen_Albedo_LTB0.45+0.2Persen_Albedo_TB0.45 OUTFLOWS: Decrease = 0.9Persen_Albedo_RTH Albedo_Lhn_terbangun = 0.12Lhn_terbangun_absolut Albedo_LTB_Awal = 3273 Albedo_riil_LTB = Albedo_Lhn_terbangun-Albedo_LTB_Awal Albedo_riil_RTH = Albedo_RTH-Albedo_RTH_Awal Albedo_riil_TB = Albedo_Tanah_Terbuka-Albedo_TB_Awal Albedo_RTH = 0.15RTH_Absolut Albedo_RTH_Awal = 20851 Albedo_Tanah_Terbuka = 0.17Tnh_terbuka Albedo_TB_Awal = 1702.04 Persen_Albedo_LTB = Albedo_riil_LTBAlbedo_LTB_Awal100 Persen_Albedo_RTH = Albedo_riil_RTHAlbedo_RTH_Awal100 Persen_Albedo_TB = Albedo_riil_TBAlbedo_TB_Awal100 Suhu_udara = if Suhu 35 then Suhu else if Suhu 35 then 35 else 0 CO 2 t = CO 2 t - dt + Peningkatan - Penurunan dtINIT CO 2 = 1081176 INFLOWS: Peningkatan = 0.19Total_CO 2 _Kendaraan+0.27Total_CO 2 _Industri_Sdg__Besar+0.54Total_ CO 2 _penduduk