CO
2
, laju peningkatan lahan terbangun serta melalui peningkatan laju penambahan ruang terbuka hijau. Laju peningkatan jumlah kendaraan roda empat diusahakan
diturunkan dari 4,3tahun menjadi 2tahun, sedangkan laju peningkatan kendaraan roda dua diturunkan dari 23tahun menjadi 10tahun. Laju pertumbuhan penduduk
ditekan dari 1,95tahun menjadi 1tahun. Pertumbuhan luas lahan terbangun diturunkan dari 7tahun menjadi 4tahun. Ruang terbuka hijau perlu ditingkatkan
dengan laju 1000 ha per tahun. Sedangkan unit industri yang terus menurun 3,5tahun, diusahakan tidak mengalami penurunan. Pengendalian jumlah unit
industri meskipun merupakan salah satu faktor yang dapat meningkatkan emisi CO
2
dan efek pulau bahang, tetapi diusahakan untuk tidak terus menurun berdasarkan pertimbangan pentingnya aspek ekonomi dalam peningkatan kesejahteraan
masyarakat.
5.4.3.3. Rekomendasi Berdasarkan Hasil Analisis Sosial Ekonomi
Pola pikir dan sikap masyarakat Kabupaten Bandung akan pentingnya perbaikan lingkungan khususnya dengan adanya peningkatan suhu udara serta kenyamanan yang
terus menurun merupakan potensi positif untuk mendukung kebijakan dalam mengatasi pulau bahang. Tetapi pola pikir dan sikap masyarakat apabila kondisi
ekonominya membaik masih cenderung berakibat meningkatkan emisi CO
2
serta meningkatkan luas lahan terbangun. Chiras 1985 menyatakan bahwa kondisi sosial
ekonomi masyarakat mempengaruhi permintaan demand akan sumberdaya alam termasuk permintaan akan bahan bakar fosil batubara, minyak, gas. Semakin tinggi
kondisi sosial ekonomi masyarakat cenderung akan semakin meningkatkan kebutuhan perkapita akan sumberdaya alam serta meningkatkan limbah dan pencemaran
lingkungan. Pola pikir dan kecenderungan perilaku masyarakat yang berkaitan dengan efek pulau bahang harus menjadi pertimbangan dalam menentukan kebijakan
dan pengambilan keputusan agar kebijakan yang dibuat efisien dan efektif. Agar pola pikir serta sikap masyarakat Kabupaten Bandung berubah dan peduli
terhadap lingkungan mereka, maka diperlukan pemberdayaan masyarakat serta pelibatan masyarakat dalam mengatasi pulau bahang kota sehingga dapat membantu
mewujudkan kota hijau. Pemahaman dan peningkatan kesadaran terhadap lingkungan hidup dapat dilaksanakan melalui sosialisasi atau pendidikan lingkungan.
Hambatan lain dalam penanganan pulau bahang kota di Kabupaten Bandung adalah karena aspek lingkungan masih belum menjadi prioritas penting untuk segera
ditangani. Aspek ekonomi masih menjadi prioritas utama kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung. Oleh karena itu perlu dilakukan perubahan mindset pada
para pengambil kebijakan daerah dengan melibatkan akademisi, NGO, politisi, dan para pemerhati lingkungan hidup untuk dapat bersama-sama memberikan evaluasi
dan masukan perbaikan kebijakan. Model pelibatan masyarakat ini dapat mengadopsi model yang telah dilakukan di kota-kota di Swedia Stockholm, Goteborg, Malmo,
dan Orebro yang disampaikan pada hasil penelitian Elander dan Lundgren 2005.
5.4.4. Pemantauan Deskripsi dan Evaluasi Kebijakan
Pemantauan dan evaluasi kebijakan merupakan tahapan analisis kebijakan ketika kebijakan tersebut dilaksanakan. Pelibatan masyarakat, para ahli, NGO, serta para
pemerhati lingkungan dalam pemantauan dan evaluasi kebijakan merupakan bagian dari konsep pembangunan kota hijau berbasis green growth WWF dan PWC 2011
dalam rangka menurunkan efek pulau bahang akibat tingginya emisi gas CO
2
, perbaikan kondisi sosial ekonomi masyarakat, serta untuk meningkatkan
kemamapuan adaptasi masyarakat terhadap perubahan iklim terutama iklim perkotaan yang terjadi.
Elander dan Lundgren 2005 menyatakan bahwa pemerintah daerah
kota-kota di Swedia memberikan kesempatan kepada para ahli ekologi untuk ikut berperan dalam
perumusan masalah, peramalan, rekomendasi, pemantauan, dan evaluasi kebijakan. Alcoforado et al. 2009 menambahkan bahwa untuk menciptakan pembangunan kota
berkelanjutan kota hijau, selain ahli ekologi, juga diperlukan ahli iklim dalam proses penyusunan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi kebijakan
pembangunan kota. Ahli iklim dapat memberikan masukan dan rekomendasi dalam penanganan masalah pulau bahang kota serta penataan ventilasi dan penanganan
stagnasi udara di perkotaan yang berkaitan dengan penataan kota serta penentuan hutan kota kota.
Analisis kebijakan menurut Parson 2001 terdiri dari analisis determinasi, analisis isi kebijakan, monitoring dan evaluasi, informasi untuk kebijakan dan
advokasi kebijakan. Pada dasarnya analisis kebijakan Parson 2001 hampir sama dengan tahapan analisis kebijakan Dunn 2003. Determinasi kebijakan menurut
Parson 2001 dalam hal permasalahan yang dihadapi Kabupaten Bandung adalah terdiri dari analisis perumusan masalah terjadinya pulau bahang kota yang saat ini
terjadi serta penyusunan dan pelaksanaan kebijakan yang ditujukan untuk semua