2.4. Ruang Terbuka Hijau 2.4.1. Pengertian Ruang Terbuka Hijau
Ruang  terbuka  hijau  sangat  menentukan  kondisi  pulau  bahang  kota,  terutama berperan  dalam  mengurangi  gas  CO
2
melalui  proses  fotosintesis,  serta  dalam  proses evapotranspirasi  yang  mempunyai  pengaruh  positif  dalam  menurunkan  suhu  udara
perkotaan. Pengertian ruang terbuka hijau berdasarkan UU Republik Indonesia No. 26 Tahun  2007  tentang  Penataan  Ruang,  adalah  area  memanjangjalur  danatau
mengelompok,  yang  penggunaannya  lebih  bersifat  terbuka,  tempat  tumbuh  tanaman, baik  yang  tumbuh  secara  alamiah  maupun  yang  sengaja  ditanam.  Berdasarkan  PP
Republik  Indonesia  Nomor  26  Tahun  2008,  dijelaskan  bahwa  salah  satu  strategi pengendalian  perkembangan  kegiatan  budidaya  agar  tidak  melampaui  daya  dukung
adalah  dengan  penetapan  ruang  terbuka  hijau  minimal  30  dari  luas  kawasan perkotaan. Sedangkan kawasan perkotaan menurut UU RI No. 26 Tahun 2007 adalah
wilayah  yang  mempunyai  kegiatan  utama  bukan  pertanian  dengan  susunan  fungsi kawasan sebagai tempat  permukiman perkotaan,  pemusatan dan distribusi pelayanan
jasa pemerintahan, pelayanan sosial, dan kegiatan ekonomi.
2.4.2. Hutan Kota sebagai Bagian dari Ruang Terbuka Hijau
Hutan  kota  adalah  bagian  dari  ruang  terbuka  hijau.  Hutan  kota  menurut Irwan
2008  adalah  komunitas  vegetasi  berupa  pohon  dan  asosiasinya  yang  tumbuh  di lahan  kota  atau  sekitar  kota,  berbentuk  jalur,  menyebar,  atau  bergerombol
menumpuk  dengan  struktur  menyerupai  hutan  alam,  membentuk  habitat  yang memungkinkan  kehidupan  bagi  satwa  dan  menimbulkan  lingkungan  sehat,  nyaman
dan  estetis.  Sedangkan  Grey  dan  Deneke  1978,  hutan  kota  merupakan  kawasan vegetasi  berkayu  yang  luas,  terbuka  bagi  masyarakat  umum,  mudah  dijangkau  oleh
penduduk  kota,  dan  dapat  memenuhi  fungsi  perlindungan  kelestarian  tanah,  tata  air, ameliorasi  iklim,  penangkal  polusi  udara,  kebisingan  dan  lain-lain.  Peraturan
Pemerintah  No.63  Tahun  2002  tentang  hutan  kota,  dinyatakan  bahwa  luasan  hutan kota sekurang-kurangnya 10 dari luas kota.
Menurut  Dahlan  1992,  hutan  kota  mempunyai  fungsi  dan  peranan  sebagai sebagai  identitas  kota,  pelestarian  plasma  nutfah,  penahan  dan  penyaring  partikel
padat dari udara, penyerap dan penjerap partikel timbal, penyerap dan penjerap debu, peredam  kebisingan,  mengurangi  bahaya  hujan  asam,  penyerap  karbon  monoksida,
penyerap  karbon  dioksida  dan  penghasil  oksigen,  penahan  angin,  penyerap  dan
penapis  bau,  mengatasi  penggenangan,  mengatasi  intrusi  air  laut,  ameliorasi  iklim, pengelolaan  sampah  sebagai  penyerap  dan  penyekat  bau,  pelindung  tanah  dari
dekomposisi  sampah,  penyerap  zat  berbahaya,  pelestarian  air  tanah,  penapis  cahaya silau.  Selain itu hutan kota berperan dalam meningkatkan keindahan, sebagai habitat
burung,  mengurangi  stres,  mengamankan  pantai  terhadap  abrasi,  meningkatkan industri pariwisata dan sebagai hobi dan pengisi waktu luang.
Bentuk dan Struktur Hutan Kota
Hutan  kota  dapat  dikelompokkan  berdasarkan  bentuk  dan  strukturnya.  Bentuk hutan  kota  dibedakan  berdasarkan  bentuk  sebarannya  yaitu  bergerombol,  menyebar,
dan  memanjang  jalur.  Menurut  Irwan  2008,  berdasarkan  bentuknya  hutan  kota dibedakan menjadi tiga yaitu :
1.  Bentuk bergerombol atau menumpuk,  yaitu vegetasi  yang terkonsentrasi pada satu areal dengan jarak tanam rapat dan tidak beraturan.
2.  Bentuk menyebar, adalah hutan kota yang tidak mempunyai pola tertentu, vegetasi  tumbuh  menyebar,  terpencar-pencar  dalam  bentuk  rumpun  atau
gerombol-gerombol kecil. 3.  Bentuk jalur, vegetasi tumbuh pada lahan yang berbentuk jalur lurus atau
melengkung  mengikuti  bentukan  sungai,  jalan,  pantai,  saluran  dan sebagainya.
Selain  berdasarkan  bentuknya,  hutan  kota  dikelompokkan  berdasarkan strukturnya  yang  dibedakan  menurut  strata  lapisan  tajuk  Irwan  2008.  Menurut
strukturnya, hutan kota dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : 1.  Hutan kota berstrata dua, yaitu komunitas tumbuh-tumbuhan yang terdiri
dari pepohonan dan rumput atau penutup tanah lain. 2.  Hutan  kota  berstrata  banyak,  komunitas  tumbuh-tumbuhan  yang  terdiri
dari  pepohonan  dan  rumput,  juga  terdapat  semak,  terna,  liana,  epifit, ditumbuhi  banyak  anakan  dan  penutup  tanah,  jarak  tanaman  rapat  tidak
beraturan  dengan  strata,  serta  komposisi  mengarah  meniru  komunitas tumbuh-tumbuhan hutan alam.
Fakuara  1987  memperkirakan  kebutuhan  luas  hutan  kota,  menggunakan metode jumlah  O
2
yang diperlukan oleh manusia dan kendaraan bermotor.  Selain itu kebutuhan luas hutan kota juga diprediksi dari proses fotosintesis yang menghasilkan
O
2
,  sehingga  dengan  menghitung  kemampuan  vegetasi  dalam  menghasilkan  O
2
per satuan  luas,  maka  didapat  kebutuhan  luas  hutan  kota  sesuai  dengan  kebutuhannya
terhadap O
2
. Dahlan  2007  menganalisis  kebutuhan  hutan  kota  berdasarkan  perannya
sebagai sink gas CO
2
anthropogenik dari bahan bakar minyak dan gas di Kota Bogor dengan  pendekatan  sistem  dinamik.    Model  yang  dibuat  didasarkan  pada  emisi  CO
2
yang dihasilkan Kota  Bogor dari tahun ke tahun, dan didasarkan atas daya rosot gas CO
2
vegetasi. Dari model ini Dahlan 2007 dapat memprediksi kebutuhan luas hutan kota  sampai tahun 2100.
2.4.3. Fungsi Ruang Terbuka Hijau