Permasalahan dalam Mewujudkan Kota Hijau

ekonomi sehingga menimbulkan berbagai masalah lingkungan hidup termasuk pemanasan di perkotaan.

c. Pengelolaan Kota dalam Mewujudkan Kota Hijau

Salah satu cara untuk mewujudkan kota hijau adalah dengan melakukan pembangunan berkelanjutan yang saat ini dikenal dengan pembangunan berbasis green growth . World Wide Fund for Nature dan PricewaterhouseCoopers 2011, mendefinisikan green growth sebagai sebuah konsep pembangunan yang dilaksanakan dengan mengupayakan keseimbangan ekonomi, sosial, budaya serta lingkungan hidup. Konsep pembangunan berbasis green growth menurut World Wide Fund for Nature WWF dan PricewaterhouseCoopers PWC, dilaksanakan berdasar pada lima pilar penting berikut : a. Pertumbuhan ekonomi b. Perbaikan kondisi sosial c. Konservasi keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan d. Kemampuan adaptasi terhadap perubahan iklim global e. Penurunan emisi gas rumah kaca. Sektor ekonomi sangat penting dalam menggerakkan pembangunan perkotaan. Ekonomi yang sehat akan meningkatkan kondisi sosial ekonomi dan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalamnya. Pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya harus ditingkatkan. Selain sektor ekonomi dan kondisi sosial masyarakat, yang perlu menjadi perhatian adalah perlunya memberikan harga value tinggi pada sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang ada. Sumberdaya alam termasuk keanekaragaman hayati dan jasa lingkungan berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem perkotaan. Keanekeragaman hayati vegetasi ruang terbuka hijau mempunyai jasa lingkungan melalui perannya dalam mengabsorbsi dan mengadsorbsi berbagai polutan udara, memperbaiki iklim mikro perkotaan, meningkatkan estetika lingkungan, me- ngurangi kebisingan Dahlan 2004. Oleh karena itu perlu dilakukan pemberdayaan masyarakat dalam upaya konservasi sumberdaya alam dan jasa lingkungan serta perbaikan habitat di perkotaan. Agar sebuah kota dapat melakukan pembangunan berkelanjutan, maka selain melakukan perbaikan kondisi sosial, ekonomi, dan lingkungan hidup, juga harus meningkatkan kemampuan adaptasi kota tersebut terhadap perubahan iklim global. Penurunan emisi gas rumah kaca harus dimasukkan dalam perencanaan dan pelaksanaan pembangunan kota berbasis karbon rendah. Konsep pembangunan berkelanjutan atau pembangunan berbasis green growth tersebut disajikan pada Gambar 2. Sumber : WWF dan PWC 2011 Gambar 2 Pembangunan kota hijau berbasis green growth.

2.3. Pulau Bahang Kota Urban Heat Island

2.3.1. Pengertian Pulau Bahang Kota

Tursilowati 2002, Voogt 2002, Hidayati 1990, Santosa 1998 serta Weng dan Yang 2004 menyatakan bahwa pulau bahang kota atau urban heat island atau juga disebut dengan kubah kota terjadi ketika udara di atas perkotaan digambarkan seperti pulau udara dengan permukaan panas yang terpusat di area urban kota, temperaturnya semakin menurun ke arah sub urban dan rural. Irwan 2008 meneliti pulau bahang kota di Jakarta, Tangerang, Bekasi dan Bogor. Berdasarkan penelitian tersebut diketahui bahwa pulau bahang kota yang terjadi di Kota Jakarta menciptakan suhu maksimum di Jakarta Pusat dan Jakarta Utara. Secara bertahap, suhu udara menurun ke arah selatan ke arah Bogor. Irwan 2008 juga menjelaskan bahwa pola pulau panas cenderung melebar ke arah Tangerang dan Bekasi bagian barat. Perbedaan suhu udara maksimum dan minimum antara Kota Jakarta dan Bogor mencapai 1 – 3 °C. Berdasarkan penelitian Effendy 2007, dijelaskan bahwa pulau bahang kota UHI yang terjadi di Jakarta dipicu oleh meningkatnya kepadatan kendaraan 20, penambahan ruang terbangun 19, dan kepadatan populasi 17. Sedangkan pulau Green Growth Emisi gas rumah kaca Pertumbuh-an rendah karbon Adaptasi terhadap perubahan iklim global Ekonomi Keanekaragam- an hayati dan jasa lingkungan Sosial dan pengurang-an kemiskinan Adaptasi dan mitigasi Pertumbuhan berkeseimba- ngan Nilai sumber- daya alam Pember- dayaan masyarakat habitat