Kebijakan Kota Hijau di Kota Lisbon, Portugal

permukaan kota, serta topografi. Penataan kota Lisbon adalah sebagai berikut : 1 Mencegah peningkatan lahan terbangun di area lembah, 2 Rasio antara tinggi H bangunan dengan lebar W jalan tidak lebih dari 1, 3 Memaksimalkan pengembangan ruang terbuka hijau termasuk taman atap, 4 Apabila melakukan renovasi bangunan diusahakan menggunakan warna terang serta bahan bangunan dengan absorbsi termal yang rendah, 5 membangun jalur ventilasi berupa jalur hijau di sepanjang jalan raya serta di sekeliling batas kota 6 mencegah pendirian bangunan tinggi yang paralel dengan pantai karena menahan pendinginan udara oleh penetrasi aliran udara dari arah pantai. Secara umum kebijakan Pemerintah Daerah Kota Lisbon dapat disimpulkan bahwa pengelolaan lingkungan untuk mengatasi UHI dan stagnasi aliran udara dapat dilakukan dengan : 1 Mempertahankan ruang terbuka hijau yang telah ada, 2 Membangun ruang terbuka hijau semaksimal mungkin dengan memanfaatkan ruang kosong yang ada, 3 ruang terbuka hijau yang dibangun sebaiknya terdiri dari vegetasi yang beraneka ragam keanekaragaman hayati tinggi serta memepertimbangkan kondisi biofisik, sosial dan budaya, 4 sebaiknya memperhatikan struktur ruang terbuka hijau kolam, hamparan rumput, tanaman semak, pohon tinggi. Pengelolaan lingkungan demikian akan menciptakan kondisi iklim mikro yang baik serta memperbaiki kondisi atmosfer kota.

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Penelitian dilakukan dari tahun 2009 hingga tahun 2011. Penelitian dibagi menjadi tiga wilayah berdasarkan perbedaan kepadatan penduduk, persentase luas lahan terbangun dan ruang terbuka hijau. Kepadatan penduduk di Wilayah I adalah 82 orangha, persentase lahan terbangun 60 dan persentase ruang terbuka hijau 29. Wilayah II mempunyai kepadatan penduduk 31 orangha, persentase lahan terbangun 40, dan persentase ruang terbuka hijau 45. Sedangkan Wilayah III memiliki kepadatan penduduk 57 orangha, dengan persentase lahan terbangun 37 dan ruang terbuka hijau 52. Sesuai dengan pembagian wilayah administratif kecamatan, masing- masing wilayah penelitian dikelompokkan menjadi : a. Wiayah I terdiri dari Kec. Margaasih, Kec. Margahayu, Kec.Dayeuhkolot, Kec. Bojongsoang dan Kec. Cileunyi. b. Wilayah II terdiri dari Kec. Soreang, Kec. Katapang, Kec. Pemeungpeuk, Kec. Baleendah, Kec. Cangkuang dan Kec. Banjaran. c. Wilayah III terdiri dari Kec. Ciparay, Kec. Majalaya, Kec. Solokan Jeruk dan Kec. Rancaekek. Gambar 5 Tiga wilayah penelitian di Kabupaten Bandung. Ciwidey Pasirjambu Cimaung Pacet Ibun

3.2. Bahan dan Peralatan

Bahan dan peralatan penelitian yang diperlukan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Bahan dan peralatan penelitian No. Bahan dan Peralatan Keterangan 1. Citra Landsat ETM pathrow 122065 dengan tanggal akuisisi 6 Mei 2003 dan citra landsat ETM pathrow 121062 tanggal akuisisi 11 Juli 2008 serta citra landsat ETM pathrow 122062 dengan tanggal akuisisi 2 Juli 2008. Bahan analisis spasial pembuatan peta penutupan lahan, dan peta distribusi suhu udara. 2. Termometer air raksa Alat ukur suhu udara 3. Termometer bola kering dan termometer bola basah Alat ukur kelembaban udara 4. Hemiphericalview Alat untuk memotret dan mengukur kerapatan tajuk 5. GPS Untuk menentukan posisi geografis titik-titik penelitian 6. Komputer, program Stella Untuk menyusun dan melakukan simulasi model 3.3. Metode dan Analisis Penelitian 3.3.1. Jenis Data Penelitian Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data tersebut disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Data primer dan sekunder penelitian No. Data Penelitian Data Primer 1. Data iklim mikro suhu dan kelembaban udara di beberapa jenis penutupan lahan hutan, kebun campur, sawah, permukiman, pertokoan, jalan raya, area industri 2. Data iklim mikro di beberapa bentuk dan struktur hutan kota 3. Data iklim mikro di beberapa kerapatan tajuk yang berbeda. 4. Jumlah kendaraan bermotor 5. Data luas jenis penutupan lahan 6. Kerapatan tajuk hutan kota 7. Data persepsi dan sikap masyarakat Kabupaten Bandung terhadap kondisi lingkungan mereka. Data Sekunder 1. Data jumlah, kepadatan dan pertumbuhan penduduk dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung. 2. Data jumlah industri dari Dinas Perindustrian Kabupaten Bandung. 3. Data iklim curah hujan, suhu dan kelembaban udara, kecepatan dan arah angin sepuluh tahun terakhir tahun 1999 sampai dengan 2008 dari Badan Meteorologi dan Geofisika. 4. Data luas ruang terbuka hijau dari Dinas Perumahan Penataan Ruang dan Kebersihan 5. Data jumlah kendaraan dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung 6. Rencana tata ruang wilayah, rencana pembangunan jangka menengah dan jangka panjang Kabupaten Bandung dari BAPPEDA, serta kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.