3.2. Bahan dan Peralatan
Bahan dan peralatan penelitian yang diperlukan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1 Bahan dan peralatan penelitian
No. Bahan dan Peralatan
Keterangan
1. Citra Landsat ETM pathrow 122065 dengan
tanggal akuisisi 6 Mei 2003 dan citra landsat ETM pathrow 121062 tanggal akuisisi 11 Juli
2008 serta citra landsat ETM pathrow 122062 dengan tanggal akuisisi 2 Juli 2008.
Bahan analisis spasial pembuatan peta penutupan
lahan, dan peta distribusi suhu udara.
2. Termometer air raksa
Alat ukur suhu udara 3.
Termometer bola kering dan termometer bola basah
Alat ukur kelembaban udara 4.
Hemiphericalview Alat untuk memotret dan
mengukur kerapatan tajuk 5.
GPS Untuk menentukan posisi
geografis titik-titik penelitian 6.
Komputer, program Stella Untuk menyusun dan
melakukan simulasi model
3.3. Metode dan Analisis Penelitian 3.3.1. Jenis Data Penelitian
Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data tersebut disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Data primer dan sekunder penelitian
No. Data Penelitian
Data Primer 1.
Data iklim mikro suhu dan kelembaban udara di beberapa jenis penutupan lahan hutan, kebun campur, sawah, permukiman, pertokoan, jalan raya, area industri
2. Data iklim mikro di beberapa bentuk dan struktur hutan kota
3. Data iklim mikro di beberapa kerapatan tajuk yang berbeda.
4. Jumlah kendaraan bermotor
5. Data luas jenis penutupan lahan
6. Kerapatan tajuk hutan kota
7. Data persepsi dan sikap masyarakat Kabupaten Bandung terhadap kondisi lingkungan
mereka.
Data Sekunder 1.
Data jumlah, kepadatan dan pertumbuhan penduduk dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Bandung.
2. Data jumlah industri dari Dinas Perindustrian Kabupaten Bandung.
3. Data iklim curah hujan, suhu dan kelembaban udara, kecepatan dan arah angin
sepuluh tahun terakhir tahun 1999 sampai dengan 2008 dari Badan Meteorologi dan Geofisika.
4. Data luas ruang terbuka hijau dari Dinas Perumahan Penataan Ruang dan Kebersihan
5. Data jumlah kendaraan dari Dinas Perhubungan Kabupaten Bandung
6. Rencana tata ruang wilayah, rencana pembangunan jangka menengah dan jangka
panjang Kabupaten Bandung dari BAPPEDA, serta kebijakan Pemerintah Daerah Kabupaten Bandung.
3.3.2. Metode dan
Analisis Pulau Bahang Kota
Faktor penyebab terjadinya efek pulau bahang dikaji dari sumber transportasi, industri, konsumsi energi domestik, dan sampah domestik. Beberapa aktivitas tersebut
mengemisikan gas rumah kaca ke atmosfer dan menyebabkan terbentuknya pulau bahang kota.
3.3.2.1. Sumber Emisi Gas Rumah Kaca Transportasi
Data jumlah kendaraan bermotor baik kendaraan roda dua maupun roda empat dari tahun 2003 hingga tahun 2008, digunakan untuk menghitung laju pertumbuhan
jumlah kendaraan bermotor. Jumlah dan kepadatan kendaraan bermotor juga dihitung secara langsung di jalan raya Jalan Kopo-Sayati yang merupakan salah satu jalan
raya terpadat di Kabupaten Bandung. Penghitungan dilakukan pada pagi hari pukul 06.00
– 07.00 WIB, siang hari pukul 12.00–13.00 WIB dan pukul 16.00 - 17.00 WIB. Penghitungan dilakukan dengan menggunakan counter dan parameter yang
diukur adalah : jumlah kendaraan roda dua, kendaraan roda empat, bus, dan truk.
Industri
Data jumlah unit industri baik industri besar maupun industri sedang yang ada di Kabupaten Bandung dari tahun 2003 hingga tahun 2008, diambil dari data Kabupaten
Bandung dalam Angka. Klasifikasi industri berdasarkan jumlah tenaga kerja, yang dimaksud dengan industri sedang adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja
20 sampai 99 orang. Sedangkan industri besar adalah industri yang memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. Data jumlah industri sedang dan besar dianalisis
untuk menentukan kecenderungan peningkatan atau penurunan jumlah unit industri.
Kajian Data Kependudukan
Data yang diambil yaitu jumlah dan kepadatan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk dihitung dengan menghitung pertambahan penduduk per tahun di
Kabupaten Bandung. Data kependudukan ini sangat penting karena erat kaitannya dengan potensi konsumsi energi rumah tangga, sampah domestik, serta potensi
perubahan lahan dari jenis penutupan lahan berupa ruang terbuka hijau menjadi lahan terbangun.