5.1.4. Distribusi Suhu Udara
Berdasarkan peta distribusi suhu udara tahun 2008 di wilayah penelitian, diketahui bahwa di area perkotaan dengan persentase luas lahan terbangun tinggi dan
persentase luas ruang terbuka hijau rendah, menyebabkan suhu udara lebih tinggi dibandingkan dengan area yang masih banyak tertutup tumbuhan. Wilayah dengan
suhu tinggi di area penelitian di Kabupaten Bandung tersebut terdapat di Kecamatan Margahayu, Margaasih, Dayeuhkolot, Baleendah, Bojongsoang, Rancaekek, Cileunyi,
Pameungpeuk dan Majalaya. Sebaliknya, berdasarkan peta distribusi suhu udara juga diketahui bahwa wilayah dengan tumbuhan yang masih rapat dan luas suhu udaranya
relatif rendah. Area suhu rendah terdapat di wilayah Kabupaten Bandung bagian
selatan yaitu di Kecamatan Ciwidey dan Pasir Jambu. Area suhu rendah juga terdapat di sebagian wilayah Kecamatan Pengalengan, Kertasari, Pacet, Ibun, Cimaung,
Banjaran dan Arjasari. Peta distribusi suhu udara disajikan pada Gambar 14.
Gambar 14 Distribusi suhu udara tahun 2008 di Kabupaten Bandung.
Selain Mather 1974, penelitian yang mendukung akan pentingnya pengendalian lahan terbangun dan pulau bahang kota, yaitu dilakukan oleh Weng dan
Yang 2004. Weng dan Yang 2004 menganalisis dampak dari percepatan pembangunan kota di Guangzhou terhadap perluasan pulau bahang kota. Berdasarkan
hasil penelitian tersebut, disimpulkan bahwa efek termal dari pembangunan perkotaan yang dilakukan sejak tahun 1960 sampai dengan tahun 1997, menyebabkan luas pulau
bahang kota meningkat sebesar enam kali lipat. Penelitian tersebut juga menjelaskan
bahwa tumbuhan mempunyai peran penting dalam menurunkan radiasi termal yang dipancarkan ke atmosfer sehingga suhu udara menjadi rendah. Tumbuhan berupa
pohon dapat menurunkan suhu udara 2,1 ºC. Penanaman pohon-pohonan di kiri kanan jalan dapat menurunkan suhu 0,9 ºC.
Berdasarkan penelitian ini serta berdasar pada penelitian Mather 1974 serta Weng dan Yang 2004, maka pengendalian laju pertumbuhan lahan terbangun di
perkotaan harus menjadi perhatian agar tidak terjadi perluasan pulau bahang kota serta peningkatan suhu udara. Selain itu, untuk mengatasi pulau bahang kota agar
dapat mewujudkan kota hijau di Kabupaten Bandung, maka perlu dilakukan pembangunan ruang terbuka hijau khususnya hutan kota di kecamatan-kecamatan
dengan suhu udara tinggi agar terjadi penurunan suhu udara sehingga terjadi ameliorasi
perbaikan kondisi iklim di area tersebut.
5.1.5. Peran Ruang Terbuka Hijau dalam Mengatasi Pulau Bahang Kota 5.1.5.1. Ruang Terbuka Hijau di Kabupaten Bandung
Luas total kawasan perkotaan di area penelitian yaitu 29.512 ha. Di kawasan perkotaan ini memiliki ruang terbuka hijau 42. Hal ini sudah memenuhi syarat
minimal ruang terbuka hijau. Distribusi ruang terbuka hijau belum merata di semua kawasan perkotaan. Ruang terbuka hijau di Wilayah I baru mencapai 29 . Ruang
terbuka hijau di Kabupaten Bandung meskipun telah memenuhi syarat perundang- undangan, tetapi karena distribusinya tidak merata dan jenis ruang terbuka hijau
berupa pohon hutan kota sangat kurang, maka tidak efektif dalam menurunkan efek pulau bahang. Ruang terbuka hijau berupa taman kota dan taman pulau jalan, tidak
efektif dalam mengabsorbsi CO
2
, menurunkan suhu udara, serta tidak efektif dalam meningkatan kelembaban udara.
Ruang terbuka hijau di wilayah Kabupaten Bandung mempunyai berbagai jenis dan kondisi yang bervariasi. Jenis ruang terbuka hijau berupa hutan kota, persawahan,
kebun campur, dan hutan. Jenis ruang terbuka hijau berupa hutan terletak di area yang relatif jauh dari pusat kegiatan perdagangan, industri dan jasa. Ruang terbuka
hijau di Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 10.
Tabel 10 Kondisi fisik ruang terbuka hijau di Kabupaten Bandung
No Lokasi Jenis RTH
Jenis Tumbuhan Diame-
ter cm
Tinggi m
ILD Bentuk
Hutan Kota Kondisi
Tumbuhan
1. PT Unilon
Hutan Kota Mahoni
26-113 11-15
0,778 Jalur
Sehat, 2.
Kopo Sayati Hutan Kota
Kamboja, palem -
2,5-3 -
Jalur Jarang
- 3.
Kawah Putih Hutan
Eucalyptus 11-42
13-18 0,419
Mengelom- pok
Sehat 4.
Kec. Pasir Jambu
Kebun campuran
Sawo walanda, waru, sengon
2-12 4-12
0,076 Mengelom-
pok dan tersebar
Sehat 5.
Perumahan Griya Prima
Asri Hutan Kota
Angsana, jambu biji, jambu air, krey
payung, karet kerbau, mahkota dewa
7-35 2-8
0,891 Jalur,
tersebar Sehat
6. Pemda
Bandung Soreang
Hutan Kota Bungur, mahoni,
angsana, asam kranji, asam kawak, kersen,
ketapang, krey payung, palem raja,
glodogan tiang, beringin, akasia
10-31 6-17
0,644 Mengelom-
pok, tersebar Sehat
7. Depan Hotel
Antik Banjaran
Sawah Padi, pisang, kelapa
- 3-10
0,000 -
Sehat
Keterangan : ILD = indeks luas daun
Ruang terbuka hijau berupa hutan kota berbentuk jalur terdapat di kawasan industri dengan jenis tumbuhan mahoni dewasa yang ditanam di jalur kanan kiri jalan.
Penggunaan jenis tumbuhan mahoni ditujukan untuk dapat menciptakan kenyamanan iklim mikro bagi para pekerja. Hal ini berbeda dengan jenis tumbuhan yang
dikembangkan di kompleks pertokoan Kopo Sayati, yang lebih menekankan pada fungsi keindahan yaitu penanaman dengan jenis kamboja dan palem. Di Kopo Sayati,
komplek pertokoan sudah padat serta bahu jalan juga digunakan untuk pejalan kaki sehingga tumbuhan sudah tidak ada tempat lagi. Tumbuhan di area ini sangat kurang.
Kebun campuran merupakan ruang terbuka hijau yang dikembangkan oleh masyarakat di sekitar rumah, terutama untuk daerah yang agak jauh dari pusat kota.
Fungsi tumbuhan yang dikembangkan, selain berperan dalam ameliorasi iklim juga diharapkan dapat memberikan manfaat ekonomi, tanaman yang dikembangkan pada
kebun campur biasanya berupa tumbuhan pangan dan buah-buahan. Ruang terbuka hijau di kompleks perumahan, terutama berupa hutan kota tipe
pemukiman yang bertujuan untuk menciptakan kenyamanan bagi penghuninya. Jenis tumbuhan yang dikembangkan mempunyai fungsi kombinasi antara keindahan dan
kenyamanan. Untuk lahan publik seperti di Kompleks Kantor Pemda, jenis ruang
terbuka hijau yang dikembangkan berupa hutan kota yang mempunyai fungsi dalam menciptakan iklim mikro dan juga diharapkan dapat berfungsi sebagai fasilitas sosial
untuk rekreasi outdoor recreation. Pemerintah Kabupaten Bandung telah mengembangkan ruang terbuka hijau
berupa taman-taman kota. Taman kota ini dapat berupa jalur hijau yang mengikuti jalan, kompleks perkantoran, area pusat kota seperti tercantum pada Tabel 11.
Tabel 11 Taman-taman kota yang terdapat di Kabupaten Bandung
No. Kecamatan
KelurahanDesa Lokasi
Luas m
2
1. Soreang
Desa Soreang Green Strip Soreang
6.056,00 Desa Pamekaran
Taman Kota Komplek Pemda
5.000,00 Desa Pamekaran
Taman Alun - alun Soreang
5.625,00 2
Ciwidey Ds. Ciwidey
Taman Kota Ciwidey 11.136,00
3 Katapang
Ds. Cingcin Taman Segitiga Warung
lobak II 349,00
4 Cangkuang
Ds. Ciluncat Taman Segitiga Warung
lobak I 132,00
5 Baleendah
Kel. Baleendah Taman Kota Baleendah
4.602,00 Taman Tugu Juang
Baleendah 312,00
Green Strip Baleendah 600,00
6 Banjaran
Desa Banjaran Taman Alun - Alun
Banjaran 5.000,00
TOTAL 38.812,00
5.1.5.2. Peran Ruang Terbuka Hijau dalam Perbaikan Iklim Mikro Iklim Mikro Berbagai Jenis Ruang Terbuka Hijau
Peran ruang terbuka hijau dalam menurunkan suhu udara dapat diketahui dengan membandingkan suhu udara pada berbagai jenis penutupan lahan sehingga
dapat diketahui perbedaan suhu udara di area bervegetasi dengan area yang didominasi oleh lahan terbangun. Suhu udara pada berbagai jenis penutupan lahan
disajikan pada Gambar 15. Berdasarkan Gambar 15, diketahui bahwa suhu udara tertinggi terdapat di Jalan Raya Kopo-Sayati yaitu sebesar 30,6 °C. Jalan Raya Kopo-
Sayati didominasi oleh lahan terbangun. Suhu udara berikutnya yaitu di area pertokoan 29,5 °C, selanjutnya area industri 29,2 °C, permukiman 28,2 °C,
sawah 27,7 °C, kebun campur 26,8 °C, hutan kota Pemda Kabupaten Bandung 23,3 °C, dan suhu udara terendah terukur di area hutan 19,1 °C. Berdasarkan hasil
pengukuran suhu udara ini terlihat bahwa ruang terbuka hijau sangat berperan dalam menurunkan suhu udara karena tajuk tumbuhan pada ruang terbuka hijau berperan
mengintersepsi radiasi surya sehingga radiasi yang sampai permukaan menurun.
Berkurangnya radiasi yang sampai permukaan, menyebabkan pemanasan permukaan dan pemanasan lapisan udara di atasnya juga menurun Trewartha Horn 1980.
Gambar 15 Suhu udara di beberapa jenis penutupan lahan di Kabupaten
Bandung. Peran ruang terbuka hijau dalam mengameliorasi memperbaiki iklim, selain
melalui penurunan suhu udara, juga perannya dalam meningkatkan kelembaban udara. Berdasarkan pengukuran kelembaban udara secara serentak di beberapa jenis
penutupan lahan, diketahui bahwa kelembaban udara dari yang terendah sampai yang tertinggi secara berurutan adalah sebagai berikut : yaitu di sawah 50, jalan raya
Kopo-Sayati 62, pertokoan 64, industri 64, permukiman 68, kebun campur 70, hutan kota Pemda Kabupaten Bandung 82, dan tertinggi di hutan
Ciwidey 89. Hasil pengukuran kelembaban udara disajikan pada Gambar 16. Tumbuhan dapat mengurangi radiasi yang lolos sampai permukaan tanah
melalui intersepsi radiasi oleh tajuk. Selain itu tumbuhan juga mempunyai nilai albedo
antara 0,15 – 0,18 sehingga radiasi surya yang datang akan mengalami refleksi
pemantulan sebesar 15 –18. Pemanasan udara dipengaruhi oleh pemanfaatan
radiasi neto. Radiasi neto pada area tertutup vegetasi akan banyak digunakan untuk penguapan tanah evaporasi maupun penguapan tumbuhan transpirasi, serta
fotosintesis sehingga energi yang digunakan untuk memanaskan udara rendah. Kondisi ini mengakibatkan suhu udara di area bervegetasi lebih rendah dibandingkan
area dengan jenis penutupan lahan lainnya. Hal ini didukung oleh penelitian Blennow 1998 yang menyatakan bahwa area berhutan dengan kerapatan tinggi, suhu
udaranya lebih rendah dibandingkan area tanpa tumbuhan dengan perbedaan suhu udara mencapai 10 ºC.
15 20
25 30
Hutan Hutan Kota
Jl. Kopo Sayati Permukiman
Suhu Rata-Rata
°C
Lokasi Suhu Udara
Rata-Rata ºC
40 50
60 70
80 90
100
Hutan Hutan Kota
Jl. Kopo Sayati Permukiman
Kelembaban Rata-Rata
Lokasi
Gambar 16 Kelembaban udara di beberapa jenis penutupan lahan.
Berdasarkan penelitian Weng dan Yang 2004, diketahui bahwa suhu udara rata-rata di berbagai jenis penutupan lahan berturut-turut dari jenis lahan terbangun,
tanah gundul tanah terbuka, pertanian hortikultura dan hutan adalah 27,07 °C; 26,06 °C; 25,52 °C; dan 23,82 °C. Dari berbagai jenis penutupan lahan, hutan
mempunyai peran yang signifikan dalam menurunkan suhu udara. Sebaliknya, dari hasil penelitian Weng dan Yang 2004 juga menyatakan bahwa lahan terbangun
menciptakan suhu udara yang tinggi. Berdasarkan analisis kondisi ruang terbuka hijau serta perannya dalam
meningkatkan kualitas lingkungan khususnya iklim mikro suhu dan kelembaban udara, maka penanganan efek pulau bahang akan lebih efisien dan efektif dengan
cara melakukan pembangunan hutan kota terutama di area-area dengan konsentrasi CO
2
serta suhu udara tinggi. Adapun bentuk dan struktur hutan kota dapat disesuaikan dengan kondisi lahan yang ada. Lahan sempit di kiri kanan jalan dapat dibangun hutan
kota berbentuk jalur, sedangkan area dengan lahan yang kurang luas tetapi banyak tersebar di beberapa tempat, dapat dibangun hutan kota berbentuk menyebar dengan
strata dua maupun strata banyak. Apabila lahan yang tersedia luas, maka dapat dibangun hutan kota dengan bentuk mengelompok dan berstrata banyak.
Rekittke 2009 menyatakan bahwa tumbuhan berupa pohon lebih efektif dalam menangani permasalahan urban heat island di perkotaan, oleh karena itu menyarankan
pembangunan perkotaan berbasis kota hijau dapat diarahkan menjadi kota hutan urban jungle khususnya untuk kota-kota yang berbatasan dengan kawasan
Kelembaban Udara Rata-
Rata Kelembaban
Udara Rata- Rata
konservasi. Rekittke 2009 juga mempunyai pemikiran kota kebun garden city menuju kota di dalam kebun city in the garden dimana tumbuhan berupa pohon
menyebar di area perkotaan dan di sekeliling perkotaan agar iklim mikro perkotaan lebih baik.
Berdasarkan penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka hijau berupa pohon-pohonan lebih efektif mengatasi efek pulau bahang dan dapat
menurunkan suhu udara serta meningkatkan kelembaban udara. Meskipun persentase ruang terbuka hijau di perkotaan sudah cukup tinggi, tetapi apabila terdiri dari
lapangan rumput, semak dan kebun, taman kota, taman pulau jalan, tidak akan efektif dalam menangani pulau bahang kota, dan tidak efektif dalam menurunkan suhu udara.
Berdasarkan hasil pengukuran dan analisis iklim mikro di beberapa jenis penutupan lahan serta di beberapa bentuk dan strata hutan kota, serta didukung oleh
penelitian Weng dan Yang 2004, Rekittke 2009 serta Blennow 1998, dapat disimpulkan bahwa ruang terbuka hijau berupa pohon-pohonan lebih efektif dalam
menangani efek pulau bahang dan dapat memperbaiki kondisi iklim mikro.
Iklim Mikro pada Beberapa Bentuk dan Struktur Hutan Kota
Iklim mikro suhu udara dan kelembaban udara juga diukur pada beberapa bentuk dan struktur hutan kota. Hasil pengukuran iklim mikro disajikan pada Tabel
12. Suhu udara di dalam hutan kota pada hutan kota berbentuk jalur, menyebar maupun bergerombol, terukur lebih rendah dibandingkan dengan suhu udara di luar
hutan kota. Sedangkan kelembaban udara di dalam hutan kota pada hutan kota berbentuk jalur, menyebar maupun bergerombol, terukur lebih tinggi dibandingkan
dengan di luar hutan kota. Hal ini menunjukkan bahwa hutan kota mempunyai fungsi memperbaiki kondisi iklim mikro khususnya dalam penurunan suhu udara dan
peningkatan kelembaban udara. Tabel 12 Suhu dan kelembaban udara di beberapa bentuk dan struktur hutan
kota
Struktur Hutan Kota Suhu Udara °C
Kelembaban Udara Di Dalam
Di Luar Di Dalam
Di Luar
Bentuk Hutan Kota : Jalur
29,9 30,1
65 64
Menyebar 24,3
24.9 80
79 Bergerombol
23,6 24,3
82 80
Struktur Hutan Kota : Strata Dua
28,2 29,2
68 67
Strata Banyak 23,7
24,5 81
79
Suhu udara terendah dari ketiga bentuk hutan kota, adalah yang terukur di hutan kota berbentuk bergerombol, disusul bentuk menyebar, dan suhu udara tertinggi
terdapat di hutan kota berbentuk jalur. Hal ini sesuai dengan penelitian Irwan 2005 yang menunjukkan bahwa hutan kota bergerombol menciptakan suhu udara yang
lebih rendah dibandingkan bentuk jalur dan menyebar. Berbeda dengan suhu udara, kelembaban udara terendah terukur pada hutan kota berbentuk jalur, disusul hutan
kota berbentuk menyebar dan kelembaban udara tertinggi terukur pada hutan kota berbentuk bergerombol. Suhu udara hutan kota berstrata banyak lebih rendah
dibandingkan dengan hutan kota berstrata dua. Sebaliknya, kelembaban udara di hutan kota berstrata banyak lebih tinggi dibandingkan hutan kota berstrata dua.
Kaitan antara Indeks Luas Daun dengan Suhu Udara
Tingkat kerindangan tumbuhan ditunjukkan dengan nilai Indeks Luas Daun ILD. Kerindangan tumbuhan sangat menentukan suhu udara di sekitarnya. Semakin
rindang, maka semakin banyak radiasi yang diintersepsi sehingga radiasi yang sampai permukaan tanah semakin rendah. Berkurangnya radiasi yang sampai permukaan
tanah, menyebabkan pemanasan permukaan dan pemanasan lapisan udara di atasnya juga menurunn sehingga suhu udara di sekitar pohon menjadi rendah. Beberapa
contoh hasil pemotretan ILD dengan menggunakan alat hemivericleview disajikan pada Gambar 17, 18 dan Gambar 19. Indeks luas daun 0,076; 0,419; 0,644; 0,778 dan
0,891 menghasilkan kondisi iklim mikro khususnya suhu udara berturut-turut 29,9 ºC; 28,2 ºC; 24,3 ºC; 23,6 ºC; dan 23,6 ºC. Semakin rapat dan rindang, menyebabkan
semakin rendah suhu udara di sekitarnya. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Hardin dan Jensen 2007 mengenai kaitan antara ILD dengan suhu permukaan
perkotaan. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa suhu udara di area tanpa tumbuhan ILD mendekati 0 adalah 39,2 ºC. Sedangkan pada ILD lebih besar yaitu
0,45; suhu udara menurun menjadi 32,1 ºC. Hardin dan Jensen 2007 menyimpulkan bahwa peningkatan ILD akan meningkatkan intersepsi radiasi, pertukaran CO
2
dan
menurunkan suhu udara. Oleh karena itu pulau bahang kota dapat diatasi dengan
membangun ruang terbuka hijau khususnya hutan kota dengan kerindangan tinggi ILD tinggi agar efektif dalam menurunkan suhu udara.
a Hutan Kawah Putih Ciwidey b Hutan kota di area industri
Gambar 17 Kerindangan tajuk di Hutan Kawah Putih dan Hutan Kota Pemda Kabupaten Bandung.
a Kebun campur b Hutan kota di permukiman
Gambar 18 Kerindangan tajuk tumbuhan kebun campur dan hutan kota permukiman.
a Hutan Kota Pemda b Hutan Kota Pemda
Gambar 19 Kerindangan tajuk tumbuhan Hutan Kota.
Peran Hutan Kota dalam Perbaikan Iklim
Luas hutan kota di Kabupaten Bandung belum memenuhi peraturan perundangan khususnya Peraturan Pemerintah No.63 Tahun 2002 tentang hutan kota, yang
mengharuskan luas hutan kota di wilayah perkotaan sekurang-kurangnya 10 dari luas kota. Luas hutan kota di Kabupaten Bandung yaitu seluas 17.000 ha 9 . Selain
belum memenuhi persyaratan minimal, distribusi hutan kota di Kabupaten Bandung juga belum merata. Luas dan persentase hutan kota di Wilayah I yaitu 297 ha 4,5,
Wilayah II seluas 1202 ha 8,7, dan Wilayah III belum mempunyai hutan kota. Pemerintah daerah masih lebih fokus pada pembangunan taman kota. Bahkan sejak
tahun 2007 taman kotapun belum mengalami penambahan. Taman kota di Kabupaten Bandung saat ini terdapat di Kecamatan Soreang, Ciwidey, Katapang, Cangkuang,
Baleendah, dan Banjaran. Total luas taman kota adalah 38.812 m
2
. Penanganan efek pulau bahang akan lebih efektif apabila dilakukan dengan
pembangunan hutan kota meskipun perlu juga dilakukan pembangunan taman-taman kota agar nilai estetika kota meningkat. Hutan kota sebaiknya dibangun terutama di
area perkotaan dengan emisi CO
2
tinggi dan suhu udara tinggi. Menurut Bernatzky 1978, satu hektar areal yang ditanami pohon, semak dan rumput dengan luas daun
kurang lebih 5 hektar, dapat menyerap 900 kg CO
2
dari udara dan melepaskan 600 O
2
dalam waktu 2 jam. Penelitian Weng dan Yang 2004, lebih spesifik membandingkan peran taman kota dan hutan kota dalam meningkatkan kualitas lingkungan.
Berdasarkan penelitian Weng dan Yang 2004, diketahui bahwa pembangunan taman-taman kota kurang efektif dalam menangani efek buruk termal dari
pembangunan perkotaan dibandingkan dengan hutan kota.
Pemilihan Jenis Tumbuhan
Pemilihan jenis tumbuhan khususnya untuk pembangunan hutan kota harus disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada yaitu kondisi tanah dan iklim
Kabupaten Bandung. Selain itu, pemilihan jenis juga harus mempertimbangkan tujuan pembangunan hutan kota. Agar CO
2
ambien dapat diabsorbsi oleh tumbuhan, maka perlu dilakukan pemilihan jenis tumbuhan dengan daya rosot gas CO
2
tinggi. Daya rosot CO
2
beberapa jenis tumbuhan yang dapat dikembangkan di Kabupaten Bandung disajikan pada Lampiran 26.
Selain daya rosot CO
2
, yang harus menjadi pertimbangan apabila akan membangun hutan kota berbentuk jalur di kanan kiri jalan raya, maka harus dipilih
jenis tumbuhan yang perakarannya tidak merusak aspal jalan, cabang dan dahannya kuat, dan bukan jenis tumbuhan yang menggugurkan daun pada musim kemarau.
Jenis tumbuhan hutan kota untuk jalan tol, dapat dipilih jenis-jenis tumbuhan yang tahan terhadap polutan CO, NO
x
, partikulat, Pb, dan SO
x
. Hutan kota di jalan tol selain berfungsi untuk mengabsorbsi polutan udara, juga merupakan peredam
kebisingan dan untuk menambah keindahan. Agar hutan kota dapat meredam kebisingan, maka penataan tumbuhan sebaiknya berstrata banyak dari strata paling
bawah berupa rumput, kemudian tumbuhan semak dapat berupa bunga-bungaan, dan pohon.
Pemilihan jenis hutan kota berbentuk menyebar dan mengelompok lebih fleksibel. Pemilihan jenis tumbuhan, selain berdasarkan kondisi tanah dan iklim juga
sebaiknya merupakan jenis lokal yang sudah mulai langka. Thomashik 2011 menyatakan bahwa pembangunan berbasis green growth, harus mempertimbangkan
konservasi kenakekaragaman hayati serta jasa lingkungan. Hutan kota yang dibangun dengan jenis tumbuhan lokal yang sudah mulai langka, dapat meningkatkan jasa
lingkungan sekaligus dapat mengkonservasi tumbuhan langka. Elander et al. 2005 menyatakan bahwa salah satu komponen dari green policy
adalah konservasi keanekaragaman hayati. Pembangunan perkotaan yang berkelanjutan
harus mempertimbangkan
keanekaragaman hayati
terutama keanekearagaman hayati yang terancam punah. Pemilihan jenis dalam pengembangan
ruang terbuka hijau termasuk hutan kota selain berdasar pada kondisi lingkungan tanah dan iklim, juga harus mempertimbangkan jenis lokal terutama jenis lokal yang
sudah langka.
Penentuan Lokasi Ruang Hutan Kota
Brack 2002 menyatakan bahwa hutan kota ruang terbuka hijau berfungsi untuk mengurangi polusi udara, mengurangi polusi suara, meningkatkan kualitas
udara, menurunkan suhu udara, estetika, mengontrol silau dan refleksi radiasi, sebagai tempat rekreasi, untuk relaksasi dan peningkatan kesehatan, sebagai habitat satwa,
mengurangi konsumsi energi listrik, dan meningkatkan nilai properti.
Fungsi ruang terbuka hijau khususnya hutan kota akan efektif apabila pembangunan hutan kota tersebut disesuaikan dengan kondisi lingkungan yang ada.
Agar absorbsi polutan udara khususnya CO
2
maksimal maka sebaiknya dibangun di hadap angin, dan terletak diantara sumber emisi polutan dengan permukiman agar
aliran udara yang membawa CO
2
tertahan oleh hutan kota yang berfungsi sebagai windbreak
sehingga setelah melalui area hutan kota, kecepatan angin dan konsentrasi CO
2
sudah menurun. Windbreak hutan kota ini sangat bermanfaat untuk melindungi penduduk yang tinggal di area permukiman dari pencemar udara yang dapat
mengganggu kesehatan. Hasil analisis data kecepatan angin dari tahun 1999 sampai dengan 2008, dapat
digambarkan dengan windrose mawar angin yang disajikan pada Gambar 20.
Berdasarkan hasil analisis kecepatan dan arah angin dalam bentuk windrose tersebut, dapat disimpulkan bahwa arah angin di Kabupaten Bandung lebih banyak
berasal dari arah barat 43,8, kemudian dari arah timur 34,5. Angin yang berasal dari timur laut hanya 8,4, itupun dengan kecepatan rendah maksimum 5,0 kmjam.
Sedangkan angin yang berasal dari barat laut hanya 2,4, juga dengan kecepatan rendah maksimum 5,0 kmjam.
Agar manfaat hutan kota dapat maksimal maka sebaiknya hutan kota yang berfungsi sebagai windbreak sebaiknya dibangun dengan desain sebagai berikut :
NE NW
W E
SW SE
S
Keterangan :
: 0 – 2,5 kmjam
: 2,5 – 5 kmjam
: 5 kmjam
Gambar 20 Windrose Kabupaten Bandung. N
1 Hutan kota dibangun membujur dari arah selatan ke utara dan terletak di sebelah timur dan barat sumber polutan.
2 Hutan kota dibangun melintang dari barat ke timur dengan letak di sebelah selatan sumber polutan.
Berdasarkan kondisi aliran udara di Kabupaten Bandung, dari kedua desain tersebut, maka desain 1 harus lebih menjadi prioritas karena angin dominan di
Kabupaten Bandung berasal dari arah barat dan timur. Desain 1 maupun desain 2 sebaiknya dibangun di Kecamatan Margaasih, Margahayu, Dayeuhkolot, Cileunyi,
Rancaekek, Bojongsoang, Baleendah, Katapang, Banjaran, dan Majalaya.
5.2. Model Kota Hijau