2.4.4. Manfaat Ruang Terbuka Hijau
Manfaat dari ruang terbuka hijau menurut Brack 2002 yaitu dapat menjaga kondisi iklim ekstrim perkotaan, menanggulangi pulau bahang kota, meningkatkan
kenyamanan, kesehatan, keindahan, kualitas udara, mengurangi konsumsi listrik untuk pemanasan dan pendinginan, meningkatkan nilai properti, mempunyai nilai
ekonomi, serta dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat perkotaan. Brack 2002 melakukan penelitian mengenai manfaat hutan kota di dataran Canberra,
Australia. Pembangunan hutan kota di dataran Canberra dengan penanaman secara besar-besaran yang dilakukan sejak tahun 1911 yang sebelumnya merupakan area
terbuka akibat pembukaan lahan untuk ternak domba, telah memberikan manfaat meningkatkan nilai estetika dan memperbaiki kondisi iklim ekstrem. Brack 2002
menghitung nilai ekonomi pohon dengan mengestimasi ukuran pohon selama Komitmen Kyoto periode 5 tahun ke depan dengan menggunakan metode Decision
Information System for Managing Urban Trees DISMUT. Dari perhitungan tersebut
diperkirakan 400.000 pohon di area tersebut mempunyai nilai karbon sebesar US 20-67 juta selama periode 2008-2012 atau 66 - 223penduduk.
2.5. Kondisi Sosial Ekonomi Masyarakat
Manusia sebagai bagian dari ekosistem sangat menentukan kondisi keseimbangan ekosistem perkotaan. Hal ini dijelaskan oleh Chiras 1985 yang
menyatakan bahwa kondisi lingkungan ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya : jumlah penduduk, konsumsi perkapita sumberdaya alam, teknologi, sosial, ekonomi,
politik dan kebijakan. Kondisi sosial ekonomi masyarakat sangat menentukan kondisi lingkungan. Kondisi sosial dan tingkat ekonomi yang tinggi disertai pola konsumsi
modern yang boros mengakibatkan masalah lingkungan lebih berat. Kearifan tradisional yang menempatkan manusia sebagai bagian dari ekosistem sudah bukan
menjadi budaya masyarakat perkotaan. Hal ini mengakibatkan berbagai aktivitas manusia
hanya terfokus
pada pemanfaatan
sumberdaya alam
tanpa mempertimbangkan kelestarian fungs dan manfaatnya.
Chiras 1985 juga menyatakan bahwa kondisi sosial ekonomi masyarakat mempengaruhi permintaan demand akan sumberdaya alam termasuk kebutuhan
akan energi bahan bakar fosil batubara, minyak, gas. Semakin tinggi kondisi sosial ekonomi masyarakat cenderung akan semakin meningkatkan kebutuhan perkapita
akan sumberdaya alam serta meningkatkan limbah dan pencemaran lingkungan.
Untuk mewujudkan sebuah kota menjadi kota hijau, harus diselaraskan antara peningkatan kondisi sosial ekonomi masyarakat dengan lingkungan. Oleh karena itu
dibutuhkan pemahaman, persepsi dan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kondisi lingkungan.
Pernyataan Chiras 1985 ini didukung oleh Tashiro 2009 yang menyatakan bahwa untuk mewujudkan kota hijau perlu kerjasama dengan membuat jaringan yang
baik dengan melibatkan masyarakat serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi, budaya, estetika serta aspek mental msayarakat. Hal ini berarti bahwa dalam
pelaksanaannya perlu mendengar masukan serta peran masyarakat agar kota hijau dapat terlaksana dengan baik.
2.6. Kebijakan Kota Hijau 2.6.1. Analisis Kebijakan