sampah per orang adalah 0,6 kghari atau 214 kgtahun. Per kg sampah menghasilkan 235 L methana CH
4
, sedangkan 0,5 juta ton methana setara dengan 12,8 juta ton CO
2
. Dengan jumlah penduduk sebanyak 3.127.008 orang, maka produksi sampah diperkirakan sebanyak 684.815 ton yang menghasilkan gas rumah kaca setara CO
2
sebanyak 1.753.126 ton. Berdasarkan data jumlah kendaraan roda dua dan roda empat, jumlah penduduk, jumlah konsumsi bahan bakar industri dan produksi sampah,
diperkirakan emisi CO
2
total Kabupaten Bandung sebanyak 4.563.174 tontahun. Berdasarkan hasil analisis potensi emisi gas CO
2
, maka untuk mengendalikan pulau bahang kota adalah dengan cara mengendalikan emisi CO
2
dari beberapa faktor yaitu pengendalian jumlah penduduk, jumlah kendaraan bermotor, konsumsi bahan
bakar fosil untuk aktivitas rumah tangga, serta pengendalian produksi sampah dengan minimisasi limbah.
5.1.2. Penutupan Lahan
Pulau bahang kota selain dipengaruhi oleh konsentrasi CO
2
juga dipengaruhi oleh jenis penutupan lahan. Hasil analisis penutupan lahan dengan menggunakan citra
landsat tahun 2003 dan tahun 2008, diketahui bahwa beberapa jenis penutupan lahan mengalami peningkatan diantaranya adalah lahan terbuka 1,4, dan lahan
terbangun 130. Sedangkan jenis penutupan lahan yang berkurang adalah hutan 49,15, dan lahan pertanian 3,23. Peta penutupan lahan Kabupaten Bandung
tahun 2003 dan tahun 2008, disajikan pada Gambar 12 dan Gambar 13.
Gambar 12 Penutupan lahan Kabupaten Bandung tahun 2003.
Gambar 13 Penutupan lahan Kabupaten Bandung tahun 2008.
Jenis penutupan lahan yang mengalami penurunan luas, yaitu hutan dan lahan pertanian. Luas hutan di Kabupaten Bandung pada tahun 2003 yaitu 59.893,82 ha,
sedangkan lahan pertanian seluas 96.841,14 ha. Lima tahun kemudian kedua jenis penutupan lahan ini menurun, luas hutan menjadi 30.454,10 ha, sedangkan lahan
pertanian menjadi 93.709,87 ha. Jenis penutupan lahan yang mengalami peningkatan yaitu lahan terbangun dan lahan terbuka. Luas lahan terbangun tahun 2003 yaitu
15.950,97 ha, meningkat menjadi 36.688,95 ha pada tahun 2008. Lahan terbuka meningkat dari 3.552,73 ha pada tahun 2003, menjadi 8.524,09 ha pada tahun 2008.
Secara umum di Kabupaten Bandung mengalami penurunan ruang terbuka hijau hutan, lahan pertanian, sedangkan lahan terbangun cenderung meningkat. Perubahan
penutupan wilayah Kabupaten Bandung disajikan pada Tabel 8.
Tabel 8 Luas jenis penutupan lahan tahun 2003 dan 2008
Jenis Penutupan Lahan 2003 ha
2008 ha
Hutan 59.893,82
30.454,10 Lahan pertanian
96.841,14 93.709,87
Lahan terbangun 15.950,97
36.688,95 lahan terbuka
3.552,73 8.524,09
Setiap jenis penutupan lahan mempunyai nilai albedo yang berbeda. Albedo lahan terbangun sebesar 0,12; albedo tanah terbuka 0,17; albedo hutan 0,15 Akbari
2008. Nilai albedo masing-masing jenis penutupan lahan menentukan proses absorbsi dan refleksi pantulan radiasi. Pada jenis penutupan lahan yang sama
misalnya jenis lahan terbangun, maka semakin tinggi nilai albedo, akan semakin tinggi pula radiasi yang direfleksikan ke atmosfer sehingga nilai radiasi neto akan
rendah. Radiasi neto yang rendah akan menyebabkan suhu udara juga rendah. Sebaliknya semakin rendah nilai albedo, maka semakin sedikit radiasi yang
direfleksikan ke atmosfer, sehingga radiasi neto tinggi. Energi radiasi neto yang tinggi menyebabkan suhu udara menjadi tinggi. Jenis penutupan lahan ruang terbuka hijau
berupa lapangan rumput dengan hutan akan memiliki albedo berbeda. Tinggi rendahnya suhu udara tidak hanya ditentukan oleh nilai albedo, tetapi
juga ditentukan oleh neraca energi radiasi neto Arya 2001. Meskipun albedo tanah terbuka 0,17 lebih besar dibandingkan hutan 0,15, tetapi suhu udara di dalam
hutan lebih rendah dibandingkan suhu udara tanah terbuka. Radiasi yang direfleksikan lapangan tanah terbuka lebih besar dan menyebabkan radiasi neto lebih kecil, tetapi
karena nilai ΔH
S
penggunaan energi untuk fotosintesis dan H
L
energi yang digunakan untuk evapotranspirasi lapangan rumput lebih kecil bahkan mungkin 0,
maka energi radiasi neto di tanah terbuka banyak digunakan untuk H
G
memanaskan permukaan dan H memanaskan udara sehingga suhu udara di lapangan rumput
lebih tinggi dibandingkan hutan. Sebaliknya, energi radiasi neto di hutan lebih banyak digunakan untuk
ΔH
S
dan H
L
sehingga nilai H pemanasan udara lebih kecil. Hal ini menyebabkan suhu udara di hutan lebih rendah Arya 2001.
Masing-masing jenis ruang terbuka hijau mempunyai albedo dan neraca radiasi serta neraca energi yang berbeda sehingga akan menghasilkan suhu udara yang
berbeda juga. Pada intensitas radiasi surya yang sama, apabila jatuh di area ruang terbuka hijau, maka suhu udaranya akan lebih rendah dibandingkan dengan area
dengan penutupan lahan berupa beton dan aspal. Fungsi ruang terbuka hijau dalam menurunkan suhu udara sangat penting. Hal ini didukung oleh penelitian Mather
1974 yang melakukan pengukuran suhu udara di beberapa jenis permukaan. Secara berurutan suhu udara dari yang terendah sampai suhu udara tertinggi adalah sebagai
berikut : hamparan pohon oak 27 ºC, lapangan rumput 31 ºC, dan jalan beton tanpa peneduh tumbuhan 35 ºC. Kecenderungan terjadinya penurunan ruang terbuka hijau,
dan meningkatnya lahan terbangun serta tanah terbuka di Kabupaten Bandung berpotensi meningkatkan suhu udara.
5.1.3. Kondisi Pulau Bahang Kota di Wilayah Penelitian