142 muro ami harus dapat memberikan keuntungan minimal sama dengan yang ada
saat ini. Dengan demikian, model linear goal programming mengoptimalkan keuntungan pada penentuan alokasi alat tangkap potensial adalah :
DB8+78750000X1+336000000X2+248500000X3+171500000X4+14000000 X5+126000000X6 = 302312872750
Hasil analisis LINDO sofware linear goal programming pada Bab 5 menunjukkan nilai DB8 bernilai 0 nol. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran
mengoptimalkan keuntungan bila alokasi payang, jaring insang hanyut, bagan perahu, rawai, bubu, dan muro ami berturut-turut 7 unit, 98 unit, 23 unit, 18 unit,
8547 unit, dan 798 unit skenario II adalah terpenuhi.
6.3.9 Mengoptimalkan frekuensi penyuluhan konservasi
Sasaran mengoptimalkan frekuensi penyuluhan konservasi termasuk sasaran kelompok I prioritas yang perlu dipenuhi terkait penentuan alokasi
optimum alat tangkap potensial. Hal ini karena penyuluhan tersebut sangat penting untuk menyadarkan nelayan sehingga selalu menangkap secara arif dan
bijaksana serta tetap mengedepankan kelestarian sumberdaya hayati dari pada keuntungan semata. Penyuluhan konservasi tersebut tentu sangat mendukung bagi
tetap terlaksananya fungsi konservasi yang melekat di perairan Jakarta. Hasil analisis data lapang menunjukkan nelayan DKI Jakarta umumnya pernah
mengikuti penyuluhan, pelatihan, bimbingan, dan sejenisnya terkait pelestarian SDI dan penangkapan ramah lingkungan. Nelayan payang, jaring insang hanyut,
bubu, dan muro ami rata-rata pernah mengikutinya 1 kali, 1 kali, 1 kali, dan 2 kali dalam setahun. Sedangkan nelayan bagan perahu dan rawai belum pernah
mengikuti penyuluhan mengenai konservasi. Untuk mendukung fungsi konservasi di perairan Kepulauan Seribu, maka
setiap alat tangkap perlu ada perwakilan minimal nakhodanya untuk mengikuti penyuluhan tersebut dan sejenisnya minimal 1 kali setiap tahun. Menurut Dinas
Kelautan dan Pertanian Propinsi DKI Jakarta 2009, jumlah alat tangkap di DKI Jakarta sebanyak 17.917 unit, sehingga jumlah perwakilan nelayan yang
mendapat penyuluhan setiap tahunnya minimal 17.917 orang. Dengan demikian,
143 model linear goal programming mengoptimalkan frekuensi penyuluhan
konservasi terkait penentuan alokasi optimal alat tangkap potensial adalah : DB9+1X1+1X4+2X5+1X6 = 17917
Berdasarkan hasil analisis LINDO, sasaran mengoptimalkan frekuensi penyuluhan konservasi bila alokasi payang sekitar 7 unit, jaring insang hanyut 98
unit, bubu 8547 unit, dan muro ami 798 unit adalah terpenuhi. Hal ini ditandai oleh nilai DB9 = 0 pada hasil analisis LINDO skenario II pada Bab 5.
6.3.10 Mengoptimalkan pengurangan pencemaran oleh umpan ke perairan
Sasaran mengoptimalkan pengurangan pencemaran oleh umpan ke perairan termasuk sasaran kelompok II terkait penentuan alokasi optimal alat
tangkap potensial. Sasaran hanya termasuk kelompok II karena volumenya tidak banyak dan hanya digunakan secara efektif oleh rawai. Hasil analisis data lapang
menunjukkan bahwa dalam operasi rawai digunakan umpan rata-rata 75 kg per trip operasi 14 hari dikali rata-rata triptahun sebanyak 20 trip sehingga
pemakaian umpan rata-rata sebanyak 1500 kgtahun. Sedangkan penggunaan umpan asli tersebut pernah dapat disubsitusi dengan umpan buatan pada kurun
tahun 1999 – 2005 dan nelayan rawai hampir tidak pernah menggunakan umpan asli rata-rata penggunaannya hanya 9,37 kgtahun per alat tangkap atau 26440
kgtahun untuk semua alat tangkap rawai. Oleh karena tidak menimbulkan pencemaran pada perairan, tentunya pilihan umpan tersebut lebih dianjurkan,
meskipun hasil tangkapannya sedikit berkurang. Dengan demikian, model linear goal programming
mengoptimalkan pengurangan pencemaran oleh umpan ke
perairan terkait penentuan alokasi optimal alat tangkap potensial adalah :
DB10+1500X4 = 26440 Hasil analisis LINDO pada Bab 5 menunjukkan nilai DB10 bernilai 0
nol. Hal ini menunjukkan bahwa sasaran mengoptimalkan pengurangan pencemaran oleh umpan ke perairan bila alokasi payang, jaring insang hanyut,
bagan perahu, rawai, bubu, dan muro ami berturut-turut 7 unit, 98 unit, 23 unit, 18 unit, 8547 unit, dan 798 unit skenario II adalah terpenuhi.
144
6.4 Kesesuaian Ruang Untuk Kegiatan Perikanan