4 berbagai institusi di perairan Jakarta, wilayah perairan yang padat tangkap dan
terkena polusi baik dari limbah sampah maupun kimia yang berasal dari industri.
1.2 Perumusan Masalah
Pembangunan kelautan dan perikanan tahun 2010-1014 mengacu pada konsep Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN tahun 2010-
2014, dengan visi KKP adalah “Indonesia Penghasil Produk Kelautan dan Perikanan Terbesar 2015” dan misi KKP adalah “Menyejahterakan Masyarakat
Kelautan dan Perikanan”. Untuk melaksanakan misi tersebut KKP mempunyai grand strategy pembangunan kelautan dan perikanan dalam kebijakan yang
dinamakan The Blue Revolution Policies sebagai berikut : DKP 2009a 1 Memperkuat kelembagaan dan SDM secara terintegrasi
2 Mengelola sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan 3 Meningkatkan produktivitas dan daya saing berbasis pengetahuan
4 Memperluas akses pasar domestik dan internasional Sebagai kelanjutan dari pembangunan lima tahun kabinet Indonesia bersatu
tahun 2004-2009 untuk merevitalisasi sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang ada serta menciptakan sumber-sumber pertumbuhan ekonomi baru, sumber
pertumbuhan ekonomi yang sepatutnya dikembangkan adalah yang berbasis keunggulan komparatif bangsa DKP 2005a. Oleh karena itu, sektor perikanan
dan kelautan memegang peranan penting dalam mendukung cita-cita pembangunan nasional. Salah satu sektor di bidang perikanan dan kelautan
adalah bidang perikanan tangkap, mengemban misi yang cukup berat yaitu dapat menjamin pemanfaatan sumberdaya ikan secara optimal dan berkelanjutan,
sehingga kesejahteraan masyarakat meningkat tanpa menimbulkan terjadinya kerusakan lingkungan yang dapat merugikan masyarakat dan kelangsungan hidup
generasi yang akan datang. Dalam upaya pengelolaan perikanan yang berkelanjutan, penulis
mencermati pengelolaan perikanan tangkap tidak terbatas pada pengertian usaha
5 perikanan tangkap terpadu sebagaimana termaktub dalam Peraturan Menteri
Kelautan dan Perikanan No. 5 tahun 2008, bahwa definisi usaha perikanan tangkap terpadu adalah kegiatan penangkapan ikan yang dilakukan secara terpadu
sekurang-kurangnya dengan kegiatan pengolahan ikan DKP 2008b, tetapi penulis memberikan gambaran pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan yang
diharmonisasi dengan kesesuaian ruang. Penulis berpendapat bahwa diperlukan penelitian yang menghasilkan opsi
kebijakan yang aplikatif dan workable di perairan Jakarta untuk suatu pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan, mengingat kondisi perairan dikategorikan
tercemar, degradasi lingkungan dan tangkap lebih, namun dimanfaatkan multi fungsi berlokasi strategis karena merupakan perairan ibu kota negara. Tidak kalah
penting, bahwa perairan Jakarta merupakan sumber kehidupan masyarakat pesisir
di Jakarta Utara maupun Kepulauan Seribu.
Pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta khususnya, tidak terlepas dari pengelolaan berbagai aspek yang berpengaruh dan
mempengaruhi perikanan tangkap itu sendiri, baik itu aspek yang mempengaruhi wilayah perairan maupun aspek wilayah daratan khususnya lahan yang terletak di
wilayah pesisir. Permasalahan yang ada di perairan Jakarta adalah sebagai berikut:
1 Polusi dan degradasi. Berdasarkan data dari Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Bapedal DKI Jakarta, tingkat pencemaran di Teluk
Jakarta hingga Kepulauan Seribu dalam kondisi sangat kronis. Akibat sampah, 83 dari 13 daerah anak sungai dan sembilan kawasan muara sungai
termasuk dalam kategori tercemar berat Sonari 2009. 2 Produksi perikanan tangkap menurun. Sejak tahun 2002, produksi ikan
nelayan di perairan Jakarta menurun hingga 38 persen Sonari 2009. 3 Konflik antar stakeholder pengguna lahan wilayah pesisir Jakarta Utara,
akibat dari penggunaan lahan yang tidak rasional Rudianto 2004. 4 Tumpang tindih peraturan antar sektor dalam pemanfaatan tata ruang di
wilayah pesisir Jakarta Utara dan perairan Jakarta.
6 5 Koordinasi yang lemah dan tidak terintegrasi antara pengembangan wilayah
pesisir Teluk Jakarta dengan pengembangan sektor perikanan di perairan Jakarta.
Masalah tersebut di atas disebabkan antara lain : 1 Selain sampah, sumber pencemaran berasal dari tumpahan minyak Pemkab.
Kep. Seribu. 2009 yang berasal dari aktivitas pengeboran minyak lepas pantai serta kapal-kapal tanker. Bahkan seluruh perairan Jakarta, terutama
daerah penangkapan ikan di bagian dalam Teluk Jakarta telah tercemar logam berat Hg dan Pb akibat buangan limbah dari industri yang tidak sesuai dengan
baku mutu yang telah ditetapkan Diniah 1995. Akibat tingginya tingkat pencemaran tersebut mengakibatkan pengurangan kawasan bakau dan
terumbu karang di Teluk Jakarta dan perairan Kepulauan Seribu Sonari 2009. Untuk wilayah perairan dengan jarak kurang dari 15 km dari pantai,
terumbu karang hanya tersisa kurang dari lima persen, untuk jarak 15 – 20 km dari pantai, terumbu karang tersisa 5 -10 persen sedangkan pada jarak 20 km
lebih dari pantai, terumbu karang tinggal 20 – 30 persen Sonari 2009. 2
Pencemaran, pengurangan kawasan bakau dan terumbu karang yang merupakan faktor lingkungan penting bagi sumberdaya perikanan, menjadi
penyebab penurunan jumlah stok ikan di wilayah perairan Jakarta. Pemanfaatan sumber daya ikan SDI yang sudah berlebih overfishing juga
merupakan penyebab, sebagaimana kondisi overfishing telah dinyatakan oleh Subdin Peternakan, Perikanan dan Kelautan Jakarta Utara pada tahun 2002.
3 Kerjasama serta koordinasi antara stakeholders dalam pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta belum harmonis, sehingga sering terjadi konflik.
4 Sebagai upaya untuk meningkatkan hasil tangkapan, cukup banyak nelayan atau pengusaha perikanan tangkap yang beralih kepada penggunaan unit
penangkapan tertentu secara berlebihan bahkan tidak ramah lingkungan. 5 Informasi kondisi faktual, potensi perikanan tangkap terkini dan faktor
internal maupun eksternal yang mempengaruhi pengelolaan wilayah perairan untuk usaha perikanan tangkap belum dirumuskan dengan baik. Begitu pula
berbagai tindakkan pemanfaatan sumber daya ikan tidak dapat dikontrol
7 dengan baik karena belum ada rambu-rambu yang jelas tentang daya dukung
sumberdaya dan lingkungan sekitarnya. 6 Ketidaksesuaian penggunaan tata ruang baik di wilayah pesisir maupun di
wilayah perairan yang berkaitan dengan pemanfaatan sumberdaya perikanan diakibatkan oleh tidak konsistennya penggunaan lahan dengan
peruntukkannya. 7 Arahan kebijakan yang aplikatif dan tepat guna belum tersedia, yaitu yang
mengakomodasi kepentingan kelestarian sumberdaya pro sustainability dan pemanfaatannya dengan tidak mengesampingkan kepentingan stakeholders
perikanan tangkap.
Dari permasalahan-permasalahan yang ada di perairan Jakarta, di bawah ini beberapa reasearch questions yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah :
1 Pihak mana saja yang berkaitan dengan kegiatan perikanan tangkap di
perairan Jakarta serta bagaimanakah keterkaitannya dalam sistem perikanan tangkap?
2 Faktor internal dan eksternal apa saja yang mempengaruhi kegiatan
pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta agar pengelolaan dapat dilakukan secara tepat?
3 Bagaimana status keberlanjutan kebijakan pengelolaan perikanan
tangkap di perairan Jakarta? 4
Alat tangkap apa saja yang ada sekarang dan berpotensi untuk dikembangkan? Bagaimana alokasi optimum dari alat tangkap tersebut
untuk mendukung pengelolaan perikanan tangkap yang berkelanjutan di perairan Jakarta? Wilayah mana saja yang menjadi basis pengembangan
alat tangkap potensial tersebut? 5
Apakah pemanfaatan ruang di perairan Jakarta yang ada terutama untuk perikanan tangkap sudah sesuai dengan peruntukkan tata ruangnya?
6 Bagaimana kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan
yang dapat mengakomodasi secara optimal kriteria dan pembatas pengelolaan yang ada?
8
1.3 Tujuan Penelitian