36 menyederhanakan dan mempercepat pengambilan keputusan. Pada dasarnya
metode AHP memecah suatu situasi yang kompleks dan tidak terstruktur ke dalam bagian komponennya, menata bagian atau variabel ini dalam suatu susunan
hierarki, memberi pertimbangan numerik pada pertimbangan subyektif tentang relatif pentingnya setiap variabel dan mensintesa berbagai pertimbangan untuk
menetapkan variabel yang memiliki prioritas relatif yang lebih tinggi Saaty 1991.
Penetapan prioritas berarti membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya
Mulyono 1991. Langkah pertama untuk menyusun prioritas adalah membandingkan kepentingan relatif dari masing-masing unsur dan menduga
prioritas untuk sub faktornya. Sintesis prioritas dilakukan untuk mendapatkan prioritas menyeluruh subsektor dan langkah berikutnya.
2.12 Penelitian Terdahulu di Perairan Jakarta
Telah banyak penelitian terdahulu di bidang perikanan yang menjadikan perairan Jakarta sebagai obyek maupun wilayah studi, sebagai gambaran
penelitian terdahulu, dalam Tabel 3 dapat dilihat masing-masing tujuan dari setiap penelitian serta gasir besar hasil penelitian.
37 Tabel 3 Matriks penelitian terdahulu di perairan Jakarta
PenelitiTahunJudul Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian
Anna. 2003. Model Embedded Dinamik
Ekonomi Interaksi Perikanan– Pencemaran
Membangun model embedded dinamik ekonomi
interaksi perikanan- pencemaran
Model paling fit untuk interaksi perikanan-
pencemaran adalah model Gompertz
Menghitung pengaruh
aktivitas produksi terhadap nilai biomass, produksi dan
rente sumberdaya perikanan pada kondisi aktual, lestari
dan optimum. Perairan Teluk Jakarta
mengalami overfishing untuk perikanan demersal baik
secara biologi maupun ekonomi
Menghitung depresiasi
sumberdaya ikan SDI akibat kegiatan produksi dan
non-produksi pencemaran. Telah terjadi depresiasi SDI
di perairan Teluk Jakarta yang cukup signifikan, yaitu
dengan nilai Rp 1,903 milyar per tahun untuk kondisi
baseline dan Rp 4,605 milyar per tahun untuk kondisi
pencemaran
Menghitung besar dampak kegiatan non-produksi
pencemaran terhadap total benefit kesejahteraan yang
dirasakan masyarakat. Kondisi pencemaran
menyebabkan penurunan total benefit sekitar Rp 691,46 juta
per tahun
Menghitung laju degradasi depresiasi sumberdaya ikan.
Terjadi degradasi ikan demersal sebesar 18 per
tahun untuk kondisi baseline dan 21 per tahun untuk
kondisi pencemaran
Menganalisis efisiensi dari perbaikan kerusakan
sumberdaya ikan terhadap peningkatan upaya effort
pemanfaatan dari tahun ke tahun
Potensi perbaikan dari efisiensi Decision Making
Unit menunjukkan tidak ada ruang untuk peningkatan
effort dari tahun ke tahun
Menganalisis implikasi
kebijakan pengelolaan sumberdaya perikanan yang
optimal berkaitan dengan tangkap lebih dan pencemaran
perairan. Diperlukan kebijakan
lingkungan terpadu dengan perikanan envo-fishery yang
ditunjang oleh institutional policy dan green fishery
policy.
38 Tabel 3 lanjutan
PenelitiTahunJudul Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian
Rudianto. 2004. Analisis Konflik
Pemanfaatan Lahan Wilayah Pesisir studi
Kasus Pantai Utara Jakarta
Mengkaji konflik pemanfaatan lahan antara squatter pemukim
liar dan pemilik lahan berdasarkan pendekatan lokasi
pemukiman squatter Konflik pemanfaatan lahan
yang ada mencakup penyerobotan lahan secara
illegal dengan cara a pembayar preman, b
membayar kepada pemilik lama, c mendirikan
bangunan tanpa ijin. Berdasarkan tempatnya,
konflik terjadi dalam bentuk pemanfaatan lahan di sungai,
rawa, pemanfaatan yang belum termanfaatkan,
pemanfataan lahan reklamasi, lahan konservasi,
pemanfaatan lahan sepanjang jalan kereta api, dan lahn
sepanjang jetty.
Mengkaji tipologi
konflik pemanfaatan lahan antara
squatter dan pemilik lahan secara sosial ekonomi
Hasil kajian secara sosial ekonomi menunjukkan bahwa
ada konflik yang menyebabkan lahan harus
dipertahankan, harus dikurangi, dan perlu
ditambah squatternya. Lahan yang perlu dikurangi
squatternya mencakup Kapuk Muara, Penjaringan, Pluit I,
Ancol, Tanjung Priok, dan Tugu Selatan. Lahan yang
perlu ditambah squatternya mencakup Pluit II, Kalibaru,
Marunda, Kamal Muara, dan Cilincing.
Memformulasikan resolusi
konflik pemanfaatan lahan berdasarkan optimasi lahan
Formulaprogram resolusi yang diperoleh mencakup
program pulang kampung, program pemberdayaan
squatter, program konsolidasi lahan, dan program
pembangunan rumah susun
39 Tabel 3 lanjutan
PenelitiTahunJudul Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian
Saksono. 2008. Kajian Pembangunan
Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu Berbasis Industri
Perikanan. Menguji dan menganalisis
interaksi antarfaktor pembangunan perikanan dalam
pembangunan kabupaten danatau kota yang berbasis
industri perikanan Beberapa komponen utama
yang saling berinteraksi dan berkorelasi secara signifikan
positif dalam pembangunan Kabupaten Administrasi
Kepulauan Seribu, yaitu: antara implementasi
kewenangan bagi Pemerintah KBP dan kewenangan bagi
Pemerintah Daerah Otonom KBO dengan lingkup usaha
perikanan LUP maupun terhadap kegiatan usaha
perikanan yang berkembang berupa kegiatan perikanan
tangkap TKP, perikanan budidaya BDY, dan
pengolahan hasil perikanan PROS. Keadaan ini
memberikan efek ganda terhadap tujuan pembangunan
perikanan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di
Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu.
Merancang suatu model pembangunan bagi Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu berbasis industri perikanan.
Secara umum, model pembangunan Kabupaten
Administrasi Kepulauan Seribu mencakup dua aksi
penting, yaitu 1 Perlu segera mengkaji kembali berbagai
kebijakan pembangunannya agar lebih berorientasi pada
pemanfaatan potensi laut yang berbasis industri perikanan,
terutama pada wilayah yang juga berfungsi sebagai
kawasan konservasi, sehingga terwujud sinkronisasi dan
harmoninasi antara kegiatan pembangunan wilayah dengan
terjaminnya kelestarian fungsi lindung wilayah.
40 Tabel 3 lanjutan
PenelitiTahunJudul Tujuan Penelitian
Hasil Penelitian
2 Pelaku bisnis perikanan dalam pengembangan
kegiatan industri perikanan perlu mengembangkan
rencana bisnisnya yang bertanggung jawab baik
dalam penerapan fungsi lindung dan penerapan
prinsip kehati-hatian dalam pemanfaatannya. Hal ini
penting supaya pengelolaan wilayah pesisir dan lautan
dapat bermanfaat secara optimal dan berkelanjutan,
demi peningkatan kesejahteraan masyarakat
tanpa menimbulkan kerusakan lingkungan dan terjaminnya
kelangsungan hidup generasi yang akan datang.
Sumber : Anna 2003, Rudianto 2004 dan Saksono 2008 Bila hasil penelitian-penelitian tersebut dibandingkan dengan apa yang
diteliti dalam disertasi ini, maka aspek yang diteliti dalam disertasi ini merupakan hal baru dan belum pernah diteliti pada kegiatan penelitian terdahulu di perairan
Jakarta, yang mencakup Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu. Secara umum, penelitian dalam disertasi ini bertujuan untuk menyusun strategi kebijakan
pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta, Provinsi DKI Jakarta. Tujuan umum ini sangat bersesuaian dan mendukung penelitian
sebelumnya yang pernah ada terutama penelitian Anna 2003 dalam pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan menganggap perlunya kebijakan envo-fishery
yaitu kebijakan yang memadukan lingkungan dan perikanan, yang salah satu penunjangnya adalah green fishery policy yaitu kebijakan yang mengarah kepada
pengendalian output dengan pengendalian eksternalitas antara lain pencemaran perairan.
Tujuan khusus penelitian dalam disertasi ini adalah 1 mengevaluasi tingkat keberlanjutan pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta, 2
menentukan alokasi optimum dari berbagai jenis alat tangkap potensial di perairan Jakarta dan wilayah basis pengembangannya, 3 Menganalisis kesesuaian ruang
41 untuk aktivitas perikanan di perairan Jakarta berdasarkan rencana tata ruang
wilayah, dan 4 menganalisis faktor internal dan eksternal dalam rangka menyusun strategi pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan
Jakarta. Keempat tujuan secara khusus tersebut diatas belum pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan pertama dan kedua dari penelitian ini dapat melengkapi
penelitian tentang tangkap lebih overfishing dan efisiensi dari perbaikan kerusakan sumberdaya ikan terhadap peningkatan upaya pemanfaatan potensi
perikanan yang dilakukan Anna 2003. Tujuan ketiga dari penelitian ini membantu mempertegas upaya
pemecahan konflik pemanfaatan lahanwilayah dalam penelitian Rudianto 2004 dan potensi perikanan yang mengundang ketertarikan masyarakat termasuk
squatter yang terlibat pada kegiatan perikanan. Tujuan ketiga ini pula menyempurnakan penelitian Saksono 2008 tentang pembangunan daerah
Kepulauan Seribu yang berbasis industri perikanan, yaitu sebagai tambahan rujukan pengembangan daerah berdasarkan kesesuaian ruang dan penentuan
wilayah basis alat tangkap potensial. Tujuan keempat penelitian ini merumuskan lebih aplikatif tentang
strategi pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta dan sebelumnya belum pernah dilakukan di lokasi. Namun tujuan keempat ini dapat
menjadi rujukan implementatif bagi model pembangunan berbasis industri perikanan yang dilakukan Saksono 2008.
42
3 METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian