Interpretasi terkait kestabilan prioritas kebijakan

162 Dari kelima dimensi pengelolaan yang ada, kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK mengakomodir sangat tinggi dimensi biologi, yaitu lebih baiktinggi sekitar 1,80 dibandingkan kebijakan penyuluhan nelayan PN dan lebih baiktinggi sekitar 2,00 dibandingkan kebijakan peningkatan pengawasan melekat PPM. Hal ini karena standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK secara langsung lebih mendukung sifat ramah terhadap lingkungan penangkapan melindungi unsur biologi perairan, sedangkan penyuluhan dan pengawasan melekat tidak secara langsung berpengaruh terhadap unsur biologi.

6.6.2 Interpretasi terkait kestabilan prioritas kebijakan

Untuk mengetahui kestabilan alternatif dan sifat sensitivitasnya terhadap berbagai kemungkinan perubahan nyata, kebijakan perikanan tangkap yang menjadi prioritas guna mendukung pengelolaan dari semua kriteriadimensi yang ada perlu dilakukan uji sensitivitas sebagaimana dilakukan Malanesia et al. 2008 dalam penelitian di Kabupaten Lampung Selatan, agar dalam implementasinya dapat mendukung pengelolaan dari semua kriteriadimensi yang ada. Menurut Malanesia et al. 2008, sensitivitas opsi kebijakan pengembangan perikanan tangkap terkait kriteria pengelolaan yang ada sangat dibutuhkan untuk memberi arahan bagi implementasinya di lokasi dimaksud. Hal ini selain untuk memberi kepastian bagi pelaku perikanan terutama nelayan kecil, juga untuk efisiensi pembiayaan program. Terdapat lima kriteriadimensi yang perlu diakomodir untuk mendukung pengelolaan perikanan terpadu, yaitu dimensi ekologi, biologi, ekonomi, sosial, maupun teknologi. Stabil tidaknya kebijakan tersebut dapat dilihat perilaku alternatif kebijakan prioritas tersebut tetap bertahan di posisi puncak atau tidak bila perhatian atau rasio kepentingan dari kriteriadimensi yang perlu diakomodir tersebut diubah-ubah. 163 Tabel 26 Hasil uji sensitivitas terhadap alternatif kebijakan pengelolaan perikanan tangkap terpilih prioritas I No. KriteriaDimensi Rasio Kepentingan RK Awal Hasil Uji Sensitivitas Range Stabil Range Sensitif 1 Ekologi 0,362 0 – 0,396 0,396 - 1 2 Biologi 0,199 0 – 1 Tidak ada 3 Ekonomi 0,206 0 - 0,596 0,596 – 1 4 Sosial 0,098 0 - 0,782 0,782 – 1 5 Teknologi 0,135 0 - 0,591 0,591 – 1 Berdasarkan Tabel 26, RK range sensitif kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK terhadap dimensi ekologi berada pada kisaran 0,396 – 1. Hal ini mengandung pengertian bahwa jika kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK diimplementasikan, maka tidak akan terpengaruh oleh kepentingan dimensi ekologi perairan Jakarta selama rasio kepentingan tersebut tidak melebihi 39,6 . Gambar 33 Tingkat sensitivitas kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK dengan perhatian pada dimensi ekologi. 164 Gambar 33 memperlihatkan tingkat sensitivitas kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK yang tidak lagi menjadi prioritas pertama dengan berubahnya perhatian rasio kepentingan dari dimensi ekologi RK ekologi = 0,396. Setiap perubahan rasio kepentingan dimensi ekologi diubah-ubah, maka rasio kepentingan empat dimensi lainnya juga berubah secara proporsional, demikian sebaliknya. Bila melihat rasio kepentingan dimensi ekologi awal sekitar 0,362, berarti sudah mendekati range sensitif. Oleh karena itu, maka implementasi kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK harus benar- benar memperhatikan perubahan yang terjadi pada dimensi ekologi perairan Jakarta. Gambar 34 Tingkat sensitivitas kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK dengan perhatian pada dimensi biologi. Tingkat sensitivitas kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK dengan perhatian pada dimensi biologi disajikan pada Gambar 34. Berdasarkan Gambar 34, RK range sensitif alternatif kebijakan terpilih terhadap dimensi biologi tidak ada. Hal ini mengandung pengertian bahwa posisi kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK sebagai prioritas pertama pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan tidak terpengaruh oleh perubahan 165 perhatian terhadap dimensi biologi perairan Jakarta meskipun dikurangi menjadi 0 RK = 0 maupun ditambah menjadi 100 RK = 1. Hal ini terjadi karena kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK dapat secara langsung menjaga kondisi biologi perairan, sehingga tidak begitu terpengaruh apakah dimensi biologi perairan yang ada saat ini lebih diperhatikan atau kurang diperhatikan. Gambar 35 Tingkat sensitivitas kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK dengan perhatian pada dimensi ekonomi. RK range sensitif kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK dengan perhatian pada dimensi ekonomi berada pada kisaran 0,596 – 1 Tabel 26. Hal ini mengandung pengertian bahwa bila terjadi perubahan perhatian terhadap kriteria dimensi ekonomi sehingga rasio kepentingannya menjadi 0,596 atau lebih akan menyebabkan kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK tidak lagi menjadi kebijakan prioritas pertama untuk pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan Gambar 35. Terkait dengan ini, maka dalam implementasi kebijakan terpilih tersebut, perhatian kriteriadimensi ekonomi tidak boleh berlebihan sehingga mengabaikan kriteria lainnya. Kegiatan perikanan yang cenderung mengejar keuntungan jangka pendek, tanpa peduli lingkungan sekitar, daya dukung biologi perairan, penggunaan teknologi ramah lingkungan, dan lainnya yang dapat merusak ekosistem harus dihindari di perairan Jakarta. 166 Sebagaimana dikemukakan oleh Brooks 2009 bahwa dalam jangka panjang keuntungan dari perikanan hanya akan diperoleh secara berkelanjutan jika ekosistemnya sehat. Gambar 36 Tingkat sensitivitas kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK dengan perhatian pada dimensi sosial. RK range sensitif kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK dengan perhatian pada dimensi sosial berada pada kisaran 0,782 – 1 Tabel 26. Dengan demikian, maka peningkatan perhatian terhadap kriteriadimensi sosial dapat ditingkatkan dari kondisi yang ada saat ini RK awal = 0,098 namun tidak boleh melebihi 0,782 dan perhatian terhadap kriteria lainnya tidak terlalu menurun. Hal ini agar kondisi yang ditunjukkan pada Gambar 36 tidak akan terjadi. Pada Gambar 36, kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK tidak lagi menjadi kebijakan prioritas pertama dalam mendukung pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan karena perhatian terhadap dimensi sosial berlebihan 78,2 , RK = 0,782, prioritas pertama digantikan oleh kebijakan pemberdayaan SDM. Dalam implementasinya hal ini harus benar-benar diperhatikan supaya kebijakan yang diprogramkan dengan biaya besar tidak mudah berubah hanya karena peningkatan perhatian terhadap kondisi sosial yang ada pada masyarakat. 167 Gambar 37 Tingkat sensitivitas kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK dengan perhatian pada dimensi teknologi. Pada Gambar 37 terlihat kebijakan standardisasi perikanan ukuran kecil SPUK tidak lagi menjadi kebijakan prioritas pertama setelah perhatian atau rasio kepentingan dimensi teknologi ditingkatkan dari 0,135 menjadi 0,591. Hal ini berarti bahwa orientasi modernisasi teknologi penangkapan di perairan Jakarta cenderung mengarah pada peningkatan upaya dalam kegiatan perikanan tangkap, dan kemungkinan memarginalkan kegiatan penangkapan ikan skala kecil. Padahal perikanan ukuran kecil dianggap tepat di perairan Jakarta karena lebih dapat menjaga kondisi perairan yang overfishing dan adanya kawasan konservasi di perairan Jakarta. Dalam upaya modernisasi alat penangkapan ikan di perairan Jakarta perlu selektif dalam pemilihan teknologi agar tidak bertentangan dengan upaya pengembangan perikanan skala kecil.

6.7 Pembahasan Umum