28 9 Pengangkutan hasil tangkapan ke pelabuhan
10 Fasilitas pelabuhan yang menjadi tempat pendaratan ikan 4 Aspek organisasi dan manajemen yang meliputi :
1 Aspek legal perusahaan 2 Aspek legal proyek
3 Struktur organisasi yang ada 4 Struktur manajemen per komponen
5 Uraian tanggung jawab dan kewenangan 6 Uraian tugas setiap personel
7 Rencana struktur organisasi proyek 8 Kaitan dengan perusahaan, instansi dan lembaga lain
9 Kualifikasi dan pengalaman karyawan yang ada 10 Kualifikasi dan sumber personel yang akan direkrut.
11 Pendapatan dan insentif karyawan dan ABK armada penangkapan ikan 12 Fasilitas bagi karyawan dan ABK
5 Analisis kepekaan yang mencakup : 1 Penurunan produksi 5 – 25 tergantung lama musim pacekelik, kondisi
fisik daerah penangkapan yang tidak mendukung. 2 Peningkatan produksi tergantung lama musim puncak dan peningkatan
hasil tangkapan per satuan upaya CPUE.
2.5 Landasan Hukum Pemanfaatan Sumberdaya Ikan
Di dalam
Code of Conduct Responsible Fisheries CCRF, perairan laut merupakan sumberdaya yang bersifat common property atau milik bersama,
artinya siapa pun dapat memanfaatkan sumberdaya hayati yang terkandung di dalam suatu perairan laut. Oleh karena itu, agar tidak terjadi konflik di antara
pemanfaat laut, maka dibuat undang-undang dan atau peraturan-peraturan perikanan, baik yang berlaku secara lokal, nasional, regional maupun
internasional, sekaligus menjadi perangkat hukum pengendali pemanfaatan. Masyarakat pengguna laut harus mematuhi aturan main yang berlaku. Di
29 Indonesia, perangkat hukum tersebut dapat berupa undang-undang, peraturan
pemerintah, keputusan presiden, surat keputusan menteri, dan peraturan daerah. Beberapa perangkat hukum terkait dengan pemanfaatan sumberdaya ikan
di Indonesia diantaranya adalah : 1 Undang-Undang Dasar 1945, pasal 25A dan pasal 33
2 Undang-Undang No. 5 tahun 1983 tentang Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia ZEEI
3 Undang-Undang No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan jo. UU No. 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-undang No. 31 tahun 2004
tentang Perikanan 4 Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1984 tentang Pengelolaan
Sumberdaya Alam Hayati di ZEEI 5 Peraturan Pemerintah No. 15 Tahun 1990 tentang Usaha Perikanan
6 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 39 Tahun 1980 tentang Pelarangan Penggunaan Pukat Harimau Trawl
7 Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 85 Tahun 1982 tentang Penggunaan Pukat Udang
8 Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 607KptsUM91976 tentang Jalur-jalur Penangkapan Ikan jo. SK Mentan No. 392 tahun 1999
9 Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia No. PER.05MEN2008 tentang Usaha Perikanan Tangkap
10Peraturan lain yang telah diterbitkan oleh pemerintah daerah setempat
2.6 Pemanfaatan Ruang untuk Kegiatan Perikanan
Ruang wilayah pesisir dan laut umumnya selalu berubah-berubah seriring terjadi pasang surut di wilayah pantai. Hal ini terkadang menyulitkan terutama
untuk justifikasi batas wilayah administrasi daerah. Untuk kepentingan pengelolaan, batas wilayah pesisir dibagi dua macam, yaitu batas wilayah
perencanaan planning zone dan batas wilayah pengaturan regulation zone atau pengelolaan keseharian day-today management. Wilayah perencanaan dapat
meliputi seluruh daratan apabila terdapat aktivitas ekonomi yang dilakukan oleh
30 manusia yang secara nyata dapat menimbulkan dampak terhadap lingkungan dan
sumberdaya pesisir serta masih memungkinkan untuk dikembangkan. Untuk wilayah keseharian, pemerintah mempunyai kewenangan yang dapat menetapkan
beberapa peraturan terkait dengan aktivitas ekonomi atau pembangunan yang dilakukan oleh manusia.
Menurut Dahuri 2001, wilayah pesisir merupakan ruang dimana terjadi pertemuan antara daratan dan lautan. Ruang ke arah daratan meliputi bagian
daratan baik kering maupun terendam air yang masih dipengaruhi oleh sifat-sifat laut seperti pasang surut, angin laut, dan perembesan air asin, sedangkan ruang ke
arah lautan terdiri dari bagian laut yang masih dipengaruhi oleh proses-proses alami yang terjadi di daratan seperti aliran air tawar dan sedimentasi. Ruang ke
arah laut ini didiami oleh berbagai jenis ikan, terumbu karang, rumput laut, dan biota laut lainnya.
Karakterisktik wilayah pesisir dan laut terutama yang kaya dengan sumberdaya alamnya tentu membutuhkan perhatian khusus dari pihak-pihak
terkait. Beberapa alasan perlunya pengelolaan wilayah pesisir dan laut dengan perhatian khusus adalah :
1 Pemanfaatan ruang pesisir secara monokultur sangat rentan terhadap perubahan baik yang bersifat internal maupun eksternal, sehingga menjurus
pada kegagalan bila diusahakan. Hal ini karena selain karena pemanfaatan secara monokultur dapat mengeksploitasi komponen tanah atau air, juga
karena struktural tanah maupun aliran air di wilayah pesisir yang secara alami lembek atau tidak kuat.
2 Di wilayah pesisir dan laut yang padat, biasanya kegiatan ekonomi berkembang dengan pesat baik yang mengarah ke daratan maupun
mengarah ke lautan, seperti transportasi, pasar produk, pariwisata, pertambakan, budidaya rumput laut, penangkapan ikan dan lainnya.
Akibatnya, tekanan terhadap wilayah pesisir dan laut tersebut semakin meningkat, apalagi semua limbah kegiatan bermuara ke wilayah sekitar.
3 Di wilayah pesisir dan laut hidup berbagai jenis biota baik dari jenis tumbuhan maupun hewan darat dan laut. Biota tersebut mempunyai
31 manfaat banyak bagi kehidupan seperti pelindung terhadap abrasi, bahan
obat-obatan, pengontrol suhu perairan dan daratan sekitar, serta manfaat lainnya.
4 Wilayah pesisir dan laut merupakan sumberdaya yang menjadi milik bersama common property resources, sehingga banyak yang bergantung
kepada wilayah tersebut. Dengan demikian, kerusakan terhadap wilayah ini akan memberi dampak luas pada kehidupan masyarakat.
Wilayah pesisir dan laut selama ini banyak dipergunakan untuk berbagai kegiatan masyarakat seperti untuk kegiatan industri, perdagangan, perkantoran,
pemukiman, pengembangan kegiatan perikanan, rekreasi, sumber energi, kegiatan militer, perlindungan alam bahkan pembuangan limbah dari aktivitas manusia.
Kondisi ini memang cukup dilematis, dimana aktivitas yang bertolakbelakangpun dampaknya dapat terjadi di wilayah ini. Hal ini dapat dipahami karena wilayah
pesisir dan laut ini merupakan penghubung aktivitas di darat dan laut, aktivitas antar pulau, dan secara geografis berada di wilayah ruang yang rendah sehingga
menyebabkan beberapa aliran sungai bermuara di ruangwilayah pesisir dan laut tersebut termasuk yang membawa berbagai jenis limbah di daratan. Terkait
dengan ini, maka pemanfaatan wilayah pesisir dan laut terutama untuk kegiatan perikanan harus diatur dengan baik. Kegiatan perikanan merupakan kegiatan
produksi yang menghasilkan bahan pangan bagi kehidupan manusia, sehingga perlu diberi ruang aktivitas yang tepat untuk dihasilkannya produk perikanan yang
aman bagi kehidupan manusia.
2.7 Analisis SWOT