1
1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sektor perikanan dan kelautan merupakan salah satu prioritas pembangunan di negara-negara kepulauan termasuk Indonesia. Sektor ini dapat
menjadi sumber pertumbuhan ekonomi bagi negara kepulauan sekaligus berperan sebagai penjamin kebutuhan sumber pangan dunia. Sehubungan dengan hal
tersebut, maka pemanfaatan sumberdaya perikanan di perairan dunia harus dikelola secara bertanggung jawab sesuai dengan daya dukungnya. Menurut FAO
2005a, sekitar 23 sumberdaya perikanan dunia berada pada tingkat pemanfaatan moderat, 52 pada tingkat pemanfaatan penuh fully-exploited,
16 sudah pada tingkat melampaui batas optimum pemanfaatan over- exploited, 7 pada status deplesi atau penurunan produksi yang terus menerus,
dan hanya 1 yang mengalami pembaharuan atau terkena program konservasi. Dengan kata lain bahwa sumberdaya perikanan dunia yang status pemanfaatannya
di bawah tingkat optimum hanya sebesar 24 , dan sisanya 76 sudah dimanfaatkan secara berlebihan.
Sesuai dengan hasil pengkajian stok pada tahun 2001 yang dilakukan oleh Pusat Riset Perikanan Tangkap, BRKP DKP, bahwa jumlah potensi lestari sumber
daya ikan SDI adalah sebesar 6,4 juta tontahun Barani 2005, sedangkan jumlah produksi perikanan tangkap tahun 2008 mencapai 4,8 juta ton DJPT-
DKP 2009a, yang berarti tingkat pemanfaatan sudah mencapai 75 . Jenis ikan potensial seperti pelagis kecil di Laut Jawa, pelagis besar di Samudera Hindia,
Sulawesi dan Samudera Pasifik sudah dimanfaatkan secara penuh sejak tahun 2000. Untuk jenis udang dan ikan demersal di Laut Arafura, berdasarkan hasil
evaluasi BRKP tahun 2001, pemanfatannya sudah mencapai 98,43. Pada tahun yang sama Tim Pengkajian Sumberdaya Ikan Demersal menyatakan bahwa
pemanfaatan stok ikan demersal telah cenderung penuh dan pemanfaatan stok udang sudah cenderung berlebih Barani 2006.
2 Pemanfaatan sumberdaya ikan secara berlebihan, ditambah lagi dengan
pengrusakan ekosistem laut antara lain terumbu karang, hutan bakau dan ekosistem laut lainnya menjadi salah satu sebab menipisnya stok sumberdaya
ikan. Jika terjadi demikian, akan memerlukan upaya pemulihan yang memerlukan waktu dan biaya, dimana seharusnya biaya tersebut dapat digunakan untuk
peningkatan kesejahteraan rakyat. Kondisi seperti itu, terjadi di perairan Jakarta yang termasuk didalamnya Teluk Jakarta dan perairan Kepulauan Seribu,
merupakan salah satu perairan yang dikategorikan padat tangkap dan multi fungsi pemanfaatannya di Indonesia. Idealnya, pembangunan di sektor perikanan dan
kelautan di perairan Jakarta dapat dikelola secara berkelanjutan, diharmonisasi dengan potensi dan peruntukkan tata ruang yang sesuai. Potret permasalahan di
perairan Jakarta dan pemanfaatan ruang di pesisir Teluk Jakarta dapat dilihat pada Lampiran 1.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 31 Tahun 2004 pasal 3 tentang Perikanan, dari sembilan tujuan pengelolaan perikanan, dua
diantaranya adalah : 1 meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan; dan 2 menjamin kelestarian sumberdaya ikan, lahan
pembudidaya ikan dan tata ruang. Sedangkan secara khusus berkaitan dengan perikanan tangkap, pembangunan di sektor perikanan tangkap bertujuan : 1
tercapainya produksi perikanan tangkap sebesar 5,472 juta ton; 2 meningkatnya pendapatan nelayan rata-rata menjadi Rp. 1,5 jutabulan; 3 meningkatnya nilai
ekspor hasil perikanan menjadi US 5,5 milyar; 4 meningkatnya konsumsi dalam negeri menjadi 30 kgkapitatahun; dan 5 penyerapan tenaga kerja
perikanan tangkap termasuk nelayan sekitar 4 juta orang DKP 2005a. Tujuan pembangunan perikanan tangkap tersebut sangat optimis dan memungkinkan
untuk dicapai apabila dilakukan pengelolaan berdasarkan daya dukung yang ada dan semua pihak berkomitmen dalam menjalankan program selama kegiatan
pemanfaatan berlangsung. Dalam hal pengelolaan perikanan, pemerintah daerah diharapkan berperan sebagai motor penggerak pengelolaan perikanan yang
bertanggung jawab dan berkelanjutan. Sehubungan dengan prinsip pengelolaan perikanan yang bertanggung
jawab dan berkelanjutan, di era otonomi daerah yang berkaitan dengan upaya
3 daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah PAD hendaknya dihindari
pengelolaan yang cenderung mengakibatkan tekanan pemanfaatan yang besar terhadap sumberdaya alam. Kebijakan pengelolaan perikanan berkelanjutan dalam
koordinasi pemerintah daerah maupun pemerintah pusat diharapkan mampu menjadi sebuah kesepakatan bersama dan dijadikan pedoman dalam mengatur,
mengarahkan serta mengendalikan berbagai aktivitas masyarakat dalam upaya pemanfaatan sumberdaya perikanan terutama di perairan yang padat tangkap dan
mempunyai multi fungsi seperti di perairan Jakarta. Perairan Jakarta merupakan wilayah perairan yang mencakup wilayah
administratif Kota Jakarta Utara dan Kabupaten Kepulauan Seribu. Sebagai perairan yang padat tangkap dan multi fungsi, pemanfaatan sumberdaya ikan di
perairan Jakarta membutuhkan pengelolaan yang terpadu dan kearifan dari pemerintah baik pusat maupun daerah, nelayan, pengusaha, masyarakat, maupun
pengguna kawasan pesisir yang berkaitan dengan lingkungan perairan Jakarta. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan suatu arahan pengelolaan
perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta yang tepat dan aplikatif guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan perikanan yang termaktub di dalam
UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan jo. UU No. 45 tahun 2009. Dalam perspektif sejarah dan geografis, perairan Jakarta mempunyai
posisi yang strategis sebagai wilayah perairan Ibukota Negara Indonesia. Kota Jakarta sebagai pusat pemerintahan dan bisnis, memiliki infrastruktur yang
memadai untuk menunjang aktivitas ekonomi dan merupakan pasar yang potensial bagi berbagai kegiatan usaha termasuk usaha perikanan tangkap, baik
sebagai daerah penangkapan ikan maupun sebagai basis usaha, mulai dari skala usaha mikro, kecil, menengah hingga skala usaha besar. Potensi sumber daya
ikan dan daya dukung yang dimiliki serta peluang usaha di bidang perikanan di wilayah perairan Jakarta mempengaruhi pertumbuhan usaha perikanan tangkap di
wilayah tersebut. Pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta yang dihasilkan dan direkomendasikan dari penelitian ini diharapkan mampu
menjawab tantangan masa mendatang untuk mengelola wilayah perairan yang menghadapi berbagai masalah, antara lain tumpang tindihnya peraturan dari
4 berbagai institusi di perairan Jakarta, wilayah perairan yang padat tangkap dan
terkena polusi baik dari limbah sampah maupun kimia yang berasal dari industri.
1.2 Perumusan Masalah