Pertumbuhan tenaga kerja di wilayah

154 dapat menjadi basis pengembangan alat tangkap bubu dan muro ami. Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ 1, yaitu masing-masing 1,20 dan 1,19. Pengembangan kedua alat tangkap ini di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan cukup realistis disamping karena sebagian besar nelayan setempat banyak mengembangkan bubu dan muro ami dalam penangkapan, juga di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdapat PPI Pulau Pramuka. Keberadaan PPI Pulau Pramuka dapat mendukung distribusi dan pemasaran hasil tangkapan nelayan. Dengan kontribusi nelayan bubu 764 orang dan nelayan muro ami 2943 orang, maka pertumbuhan ekonomi wilayah lebih dapat ditingkatkan. Nelayan bubu dan muro ami merupakan 70 dari total jumlah nelayan yang terdapat di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan 5268 orang.

6.5.2 Pertumbuhan tenaga kerja di wilayah

Pertumbuhan tenaga kerja perlu diketahui untuk mengukur tingkat pertumbuhan ekonomi di wilayah bila sektor basis yang dikembangkan. Pertumbuhan tenaga kerja ini merupakan tindak lanjut dari diketahuinya nilai LQ dan nilai pengganda tenaga kerja K untuk memprediksi perkembangan usaha perikanan ke depan di wilayah basisnya sebagai indikasi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan tenaga kerja di wilayah Kecamatan Penjaringan kontribusi sektor perikanan payang, bagan perahu, rawai berturut-turut adalah 502 orangtahun, 468 orangtahun, 424 orangtahun. Pertumbuhan tenaga kerja di wilayah Kecamatan Pademangan kontribusi sektor perikanan rawai adalah 20 orangtahun. Pertumbuhan tenaga kerja di wilayah Kecamatan Koja kontribusi sektor perikanan bubu 4 orangtahun. Sedangkan pertumbuhan tenaga kerja di wilayah Kecamatan Cilincing kontribusi sektor jaring insang hanyut dan bubu adalah 401 orangtahun dan 388 orangtahun. Pertumbuhan tenaga kerja tersebut merupakan cerminan dari kontribusi sektor perikanan dalam memacu pertumbuhan wilayah di Jakarta Utara. Pada Bab 5, nilai pengganda tenaga kerja K untuk payang di Kecamatan Penjaringan termasuk paling tinggi, dan hal ini menyebabkan pertumbuhan tenaga kerja sektor tersebut paling besar di wilayah Jakarta Utara. 155 Secara umum, pertumbuhan tenaga kerja setiap alat tangkap cukup tinggi, kecuali alat tangkap rawai di kecamatan Pademangan dan bubu di Kecamatan Koja. Rendahnya pertumbuhan ini lebih disebabkan oleh minimnya kegiatan perikanan di kedua kecamatan tersebut sehingga tidak memacu pertumbuhan komponen penopang. Hal ini terlihat dari total jumlah tenaga kerja nelayan di Kecamatan Pademangan dan Kecamatan Koja yang masing-masing hanya 491 orang dan 130 orang sampai tahun 2008. Terkait dengan ini, maka pemilihan rawai dan bubu sebagai pengembangan alat potensial di kedua kecamatan tersebut dapat diabaikan. Kecamatan Penjaringan telah menjadi wilayah basis rawai dan Kecamatan Cilincing menjadi wilayah basis bubu, dimana pertumbuhan tenaga kerjanya dikedua wilayah tersebut lebih mendukung pengembangan kedua alat tangkap tersebut. Untuk Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, nilai pengganda tenaga kerja mempengaruhi pertumbuhan tenaga kerja di kedua wilayah kecamatan tersebut. Pertumbuhan tenaga kerja di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, dengan alat tangkap payang adalah 286 orangtahun, dan pertumbuhan tenaga kerja di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan dengan alat tangkap muro ami dan bubu adalah 385 orangtahun dan 485 orangtahun. Pertumbuhan tenaga kerja tersebut cukup tinggi, sehingga memberi ruang untuk pengembangannya. Terkait dengan ketersediaan tenaga kerja tersebut, maka bila alat tangkap tersebut dikembangkan pada wilayah yang sesuai, yaitu payang di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, serta muroami dan bubu di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan, akan mendukung pertumbuhan ekonomi masyarakat di kedua wilayah tersebut. Dalam penerapan kebijakan ini, sebaiknya dilakukan secara menyeluruh mulai dari penyiapan alat produksi perikanan tangkap termasuk armada penangkapan, fasilitas pendukung logistik, BBM, sarana dan prasarana pelabuhan serta unit pemasaran yang mendukung distribusi dan penjualan produk ke pasar strategis. 156

6.6 Interpretasi Strategi Kebijakan Perikanan Tangkap Berkelanjutan