Analisis kesesuaian ruang dengan SIG

54

3.5.5 Analisis kesesuaian ruang dengan SIG

Analisis kesesuaian ruang dengan Sistem Informasi Geografis SIG ini dilakukan untuk mengetahui arealokasi dan luasannya yang digunakan untuk pengembangan kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan lainnya yang bersinergi seperti perikanan budidaya baik itu budidaya ikan dalam karamba jaring apung KJA maupun budidaya rumput laut. Kesesuaian ruang ditentukan berdasarkan kriteria yang dikembangkan oleh Sjafi’i 2000, Hardjowigeno et al. 2001 dan Sunarto et al. 1997 yang kemudian disesuaikan dengan kondisi lapang. Setiap kriteria pemanfaatan ruang yang ada dibuat matriks kesesuaiannya dengan memberikan nilai skor dan bobot. Pemberian nilai skor ditujukan untuk menilai beberapa kriteriafaktor pembatas terhadap satu evaluasi kesesuaian. Pemberian nilai skor adalah pemberian nilai pada masing-masing kelas, dengan kisaran nilai 1 - 3. Bobot untuk setiap kriteria ditentukan berdasarkan dominansi kriteria tersebut untuk suatu peruntukkan. Pemberian nilai bobot merupakan pemberian bobot pada masing-masing peta tematik atau parameter, yang didasarkan pada dominansi tiap parameter terhadap peruntukkan masing-masing pemanfaatan ruang, dengan kisaran nilai 1 - 4. Dari matriks kesesuaian tersebut, maka akan diketahui parameter atau peta tematik yang berguna bagi penelitian. Peta tematik yang diperoleh kemudian dianalisis lanjut untuk disesuaikan dengan kriteria fisik yang ada pada setiap parameter dan diberi skor sesuai dengan kriteria fisiknya. Selanjutnya setiap peta tematik diberi bobot sesuai dengan tingkat pengaruhnya terhadap kriteria kesesuaian untuk suatu pemanfaatan ruang. Peta- peta tematik yang sudah disesuaikan dengan kriteria fisiknya kemudian dianalisis lagi dengan cara padu serasi overlay untuk mendapatkan peta kesesuaian setiap pemanfaatan ruang. Penilaian potensi ruang merupakan penelitian terakhir dalam analisis kesesuaian ruang dengan SIG. Terkait penilaian potensi ini, maka kesesuaian ruang dibagi dalam empat kelas, yaitu sangat sesuai S1, sesuai S2, kurang sesuai S3, dan tidak sesuai N. Adapun makna dari keempat kelas tersebut adalah : 55 1 Kelas S1 : sangat sesuai highly suitable, yaitu ruang tidak mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari, atau hanya mempunyai pembatas yang kurang berarti dan tidak berpengaruh secara nyata terhadap pemanfaatan ruang tersebut dan tidak akan menambah masukan input dari yang biasa dilakukan dalam pengusahaan ruang tersebut. 2 Kelas S2 : sesuai suitable, yaitu ruang mempunyai pembatas agak berat untuk suatu penggunaan tertentu secara lestari. Pembatas tersebut akan mengurangi produktivitas penggunaan ruang, keuntungan, dan menambah masukan input untuk mengusahakan ruang tersebut. 3 Kelas S3 : sesuai bersyarat, yaitu ruang yang mempunyai pembatas sangat berat, namun masih bisa diatasi. Artinya masih dapat dilakukan perbaikan dengan tingkat pengetahuanteknologi yang lebih tinggi atau dapat dilakukan dengan perlakuan tambahan secara rasional. 4 Kelas N : tidak sesuai not suitable, yaitu ruang yang mempunyai pembatas sangat berat dan permanen, sehingga tidak mungkin untuk suatu penggunaan tertentu yang lestari. Selanjutnya dengan menggunakan SIG, hasil kombinasi analisis kesesuaian tersebut akan diperoleh peta tematik yang menggambarkan kesesuaian ruang mendeskripsikan pola penggunaan ruang yang sesuai peruntukkannya. Dalam peta tersebut, akan dideskripsikan ruang-ruang untuk pengembangan kegiatan perikanan tangkap dan kegiatan lainnya yang bersinergi seperti perikanan budidaya baik itu budidaya ikan dalam karamba jaring apung KJA maupun budidaya rumput laut. Arahan pemanfaatan potensi sumberdaya yang disinergikan dengan kesesuaian ruang, perlu memperhatikan kriteria pada Tabel 5. 56 Tabel 5 Kriteria yang diperlukan untuk zonasi kegiatan perikanan tangkap dan budidaya laut Kegiatan Kriteria Perikanan Tangkap 1. Jauh dari zona budidaya 2. Berjarak aman dari kawasan-kawasan lainnya, yang didasarkan atas tipe pasut dan kecepatan arus yang ditentukan 3. Keberadaan font, yaitu pertemuan dua massa air yang berbeda karakteristiknya 4. Kondisi geografis yang sesuai dengan peruntukkannya 5. Karakteristik fisik perairan yang sesuai dengan peruntukkannya 6. Pembangunan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan perikanan di pantai dilaksanakan dengan tidak mengubah kondisi pantai untuk menghindari proses erosi maupun sedimentasi 7. Jauh dari daerah pemijahan spawning ground dan daerah pembesaran nursery ground Budidaya Laut 1. Terlindung dari gelombang dan angin, artinya tidak boleh dilakukan pada perairan yang gelombangnya besar dan anginnya kencang 2. Kualitas air baik, yang mengindikasikan kelayakan kondisi perairan yang dapat dijadikan lokasi budidaya laut. Kelayakan kondisi perairan ini dapat diukur dari parameter fisika kecerahan, kimia DO, COD, BOD, kandungan organik, kandungan klorofil dan biologi plankton 3. Keamanan, merupakan faktor yang mendukung keberhasilan budidaya laut. Masalah yang dihadapi pembudidaya adalah pencurian yang merugikan nelayan dan pengusaha Sumber : Bengen 2002, diacu dalam Soebagio 2004 3.5.6 Analisis hierarki Analisis ini dimaksud untuk menentukan prioritas kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta. Prioritas tersebut sangat dibutuhkan supaya rekomendasi kebijakan yang dikembangkan penelitian dapat diaplikasi secara nyata dengan memperhatikan keterbatasan yang ada, namun tetap mengakomodir kriteria dan pembatas pengelolaan yang ada. AHP merupakan suatu analisis dengan pendekatan organisatoris yang menggunakan ciri-ciri sistem sebagai titik tolak analisis. Untuk maksud ini, maka pertimbangan 57 terhadap kriteria pengelolaan berkelanjutan, pembataskendala pengelolaan yang dihadapi stakeholders terkait dengan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta menjadi input utama dalam analisis ini. Langkah pertama yang dilakukan dalam analisis menggunakan AHP ini adalah mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang ingin dicapai. Hal ini penting untuk memastikan bahwa komponen terkait baik yang menjadi kriteria maupun pembatas yang perlu dipertimbangkan dalam pembuatan keputusan dapat diakomodir dengan baik. Setelah pendefinisian, dilakukan penyusunan struktur hierarki yang terdiri dari tujuanfokus level 1, kriteriasub tujuan level 2, faktor pembatas level 3 dan pada level paling bawah memuat opsi kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta. Struktur hierarki kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta disajikan pada Gambar 6. Level 1 Level 2 Level 3 Level 4 - - Peningkatan Pengawasan - Penyuluhan kepada - Standarisasi terhadap melekat perikanan ukuran kecil - - - - Peningkatan Kemampuan nelayan sendiri Pengaturan hari operasi Pemberdayaan SDM di bidang perikanan Peningkatan Kualitas nelayan Manajemen Terpadu Produk Teknologi STRATEGI PENGELOLAAN PERIKANAN TANGKAP BERKELANJUTAN DI PERAIRAN JAKARTA Kondisi Perairan Ekologi Biologi Ekonomi Sosial Status Pemanfaatan SDI Sarana dan Prasarana Produksi Ketersediaan Tenaga Kerja Teknologi Mandiri dan Ramah Strategi WO : Strategi ST Strategi WI Strategi SO : Gambar 6 Struktur hierarki penentuan kebijakan pengelolaan perikanan berkelanjutan di perairan Jakarta. 58 Langkah selanjutnya adalah membuat skala perbandingan, untuk membandingkan setiap sub kriteria yang ada dengan beberapa sub kriteria pada tingkatan yang sama, selanjutnya setiap sub kriteria tersebut menjadi pertimbangan bagi sub kriteria di bawahnya yang sebelumnya sudah perbandingkan satu sama lain pada tingkatan yang sama. Perbandingan tersebut dilakukan terus hingga setiap alternatif kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang ditawarkan mendapat pertimbangan dari setiap sub kriteria yang ada pada semua leveltingkatan. Skala perbandingan ini dibuat berdasarkan tingkatan kualitatif dari sub kriteria yang dikuantitatifkan dengan tujuan untuk mendapatkan suatu skala baru yang memungkinkan untuk melakukan perbandingan antar beberapa alternatif. Dalam pembuatan skala ini, setiap sub kriteria mempunyai skala penilaian yang sama dengan sub kriteria yang lainnya sehingga antar satu sub kriteria dengan sub kriteria yang lain dapat dibandingkan. Lebar dan jumlah skala yang dibuat disesuaikan dengan kemampuan untuk membedakan dari setiap level, yang disesuaikan dengan kondisi yang ada di lapangan. Skala penilaian yang digunakan disajikan pada Tabel 6. Analisis perbandingan secara menyeluruh merupakan analisis perbandingan dari dua kriteria utama yang digunakan dalam analisis ini Saaty 1991. Analisis seperti ini sangat membantu untuk menghasilkan pilihanprioritas kebijakan yang tepat yang mempertimbangkan semua koomponen terkait, sehingga tidak terjadi kesenjangan di kemudian hari. Dalam analisis perbandingan ini digunakan sistem perbandingan berganda dengan analisis matrik. Sistem pembobotan pada skala perbandingan pada analisis antar kriteria menggunakan tabel panduan skala perbandingan. 59 Tabel 6 Skala perbandingan berpasangan Intensitas Definisi Penjelasan Pentingnya 1 Kedua elemen sama pentingnya Dua elemen menyumbangnya sama besar pada sifat itu 3 Elemen yang satu sedikit lebih Pengalaman dan pertimbangan penting ketimbang yang lainnya sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya 5 Elemen yang satu esensial atau Pengalaman dan pertimbangan sangat penting dibanding elemen dengan kuat menyokong satu yang lainnya elemen atas elemen lainnya 7 Suatu elemen jelas lebih penting Suatu elemen dengan kuat di dari elemen lainnya sokong, dan dominannya telah terlihat dalam praktik 9 Suatu elemen mutlak lebih penting Bukti yang menyokong elemen ketimbang elemen yang lain yang satu atas yang lain memiliki tingkat penegasan tertinggi yang mungkin menguatkan 2, 4, 6, 8 Nilai-nilai antara dua pertimbangan Kompromi diperlukan antara dua yang berdekatan pertimbangan Kebalikan Jika satu aktivitas mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai kebalikannya bila dibanding kan dengan i Sumber : Saaty 1991 60 4 KEADAAN UMUM PERAIRAN JAKARTA

4.1 Perairan Jakarta