3 Hasil Analisis Linear Goal Programming LGP

93

5.2.3 Matriks SWOT pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta

Dari tujuh belas faktor dominan yang penting untuk perumusan strategi pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta, dirumuskan dalam matriks SWOT Lampiran 4 menjadi 8 delapan alternatif strategi yaitu : 1 SO strategi : 1 Pemberdayaan SDM di bidang perikanan melalui penyuluhan teknis dan manajemen untuk pemanfaatan potensi SDI 2 Peningkatan kualitas produk melalui diversifikasi produk untuk memenuhi permintaan komoditi perikanan yang tinggi 3 Peningkatan kemampuan nelayan mandiri melalui kemudahan akses ke fasilitas modal, jalur distribusi dan pasar. 2 WO strategi : 4 Peningkatan pengawasan melekat terhadap aktifitas pemanfaatan sumberdaya ikan serta area konservasi dalam upaya tercapainya SDI berkelanjutan. 3 ST strategi : 5 Penyuluhan kepada nelayan terhadap pentingnya kawasan konservasi dan manfaatnya bagi kelestarian SDI 6 Menajemen terpadu untuk mempertahankan dan peningaktan fungsi ekosistem perairan terutama pencegahan terjadi pencemaran yang berkelanjutan. 4 WT strategi : 7 Standarisasi terhadap perikanan skala kecil untuk peningkatan produktifitas kapal dan mutu ikan 8 Pengaturan hari operasi dengan penerapan closed-open season untuk menjaga stabilitas jumlah produksi dan harga ikan di pasar.

5. 3 Hasil Analisis Linear Goal Programming LGP

Secara umum, ada 18 jenis alat tangkap yang dioperasikan di perairan Jakarta, yaitu pukat tarik udang ganda, pukat tarik udang tunggal, payang, dogol, 94 pukat cincin, jaring insang hanyut, jaring klitik, jaring insang tetap, bagan perahu, bagan tancap, rawai, pancing tonda, sero, bubu, alat penangkap kerang, muro ami, pancing yang lain, dan lain-lain. Dari jenis tersebut, alat tangkap yang hasil tangkapannya rata-rata di atas 1.000 ton tahun 2004-2008 dan potensial untuk dikembangkan adalah payang, pukat cincin, jaring insang hanyut, bagan perahu, rawai, bubu, dan muro ami. Dari data statistik Dinas Kelautan dan Pertanian Propinsi DKI Jakarta 2009, hasil tangkapan dari payang, pukat cincin, jaring insang hanyut, bagan perahu, rawai, bubu, dan muro ami pada tahun 2008 berturut-turut adalah 2.558,8 ton, 6.944 ton, 43.698,6 ton, 14.183,3 ton, 4.921 ton, 2.267,4 ton, dan 1.016,8 ton. Dari tujuh jenis alat tangkap tersebut, pukat cincin termasuk alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, sehingga kurang baik untuk dikembangkan ke depan, apalagi di perairan Jakarta di mana terdapat taman nasional laut yang harus dilindungi dari kegiatan penangkapan destruktif. Mengacu pada kondisi tersebut dan hasil analisis LGP, maka alat tangkap yang potensial dan lebih memungkinkan untuk dikembangkan adalah payang, jaring insang hanyut, bagan perahu, rawai, bubu, dan muro ami. Menurut data stastistik DKPP 2009, jumlah alat tangkap tersebut adalah payang 712 unit, jaring insang hanyut 960 unit, bagan perahu 553 unit, rawai 2.822 unit, bubu 4.927 unit, dan muro ami 798 unit. Berdasarkan hasil studi dan identifikasi lapang, ada sepuluh macam sasaran pembatas yang perlu diperhatikan dalam upaya optimasi alokasi jenis alat tangkap potensial sebagai sebuah dinamika pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta, yaitu : 1 Mengoptimalkan hasil tangkapan 2 Mengoptimalkan jumlah hari operasi 3 Mengoptimalkan jumlah nelayan 4 Mengoptimalkan penggunaan BBM 5 Mengoptimalkan penggunaan alat pendukung khusus 6 Mengoptimalkan penggunaan es 7 Mengoptimalkan penggunaan air tawar 8 Mengoptimalkan keuntungan 9 Mengoptimalkan frekuensi penyuluhan konservasi 95 10 Mengoptimalkan pengurangan pencemaran oleh umpan ke perairan Optimasi alokasi jenis alat tangkap potensial dengan memperhatikan sepuluh sasaran yang hendak dicapai tersebut dilakukan dengan menggunakan model linear goal programming LGP yang diaplikasikan menggunakan sofware LINDO. Untuk memudahkan analisis, keenam jenis alat tangkap kemudian disimbolkan dengan : X1 = Payang X2 = Jaring insang hanyut X3 = Bagan perahu X4 = Rawai X5 = Bubu X6 = Muro ami Keenam alat tangkap tersebut X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 kemudian menjadi variabel keputusan dalam analisis. Untuk menghindari konflik serta sejalan dengan program pemerintah daerah, maka penentuan alokasi optimum alat tangkap tersebut tidak bersifat meniadakanmengurangi jenis alat tangkap tertentu yang telah diprogramkan. Sejak tahun 2006, muro ami menjadi alat tangkap yang diprogramkan pemerintah daerah di perairan Jakarta. Meskipun bukan alat tangkap paling ramah terhadap lingkungan, tetapi muro ami dapat dioperasikan secara pasif, lebih mudah dikuasai oleh masyarakat, dan menyerap tenaga kerja banyak. Pada tahun 2005, jumlah muro ami hanya sekitar 75 unit, kemudian meningkat pada tahun 2006, 2007 tetap, dan meningkat pada 2008 yaitu masing- masing 641 unit, 641 unit, dan 798 unit. Dengan demikian, kondisi variabel keputusan X1, X2, X3, X4, X5, dan X6 : X1 = 0 X2 = 0 X3 = 0 X4 = 0 96 X5 =0 X6 = 798 Dalam kaitan dengan penentuan alokasi optimum alat tangkap potensial tersebut, dua skenario yang dikembangkan yaitu optimasi dengan dipenuhinya kesepuluh sasaranpembatas secara bersamaan Skenario I dan optimasi dengan dipenuhinya sasaranpembatas secara bertahap berdasarkan prioritaskepentingannya Skenario II. Untuk skenario II, pemenuhan sasaran dibagi dalam dua kelompok, yaitu berturut-turut dari yang paling penting adalah : 1 Kelompok I sasaran yang diprioritaskan dipenuhi : ™ Mengoptimalkan hasil tangkapan ™ Mengoptimalkan jumlah hari operasi ™ Mengoptimalkan jumlah nelayan ™ Mengoptimalkan penggunaan BBM ™ Mengoptimalkan frekuensi penyuluhan konservasi 2 Kelompok II sasaran dipenuhi pada analisis tahap berikutnya: ™ Mengoptimalkan penggunaan alat pendukung khusus ™ Mengoptimalkan penggunaan es ™ Mengoptimalkan penggunaan air tawar ™ Mengoptimalkan keuntungan ™ Mengoptimalkan pengurangan pencemaran oleh umpan ke perairan Hasil analisis LINDO tentang alokasi optimal keenam jenis alat tangkap tersebut menggunakan skenario I dan skenario II tersebut disajikan : Hasil analisis LINDO skenario I : LP OPTIMUM FOUND AT STEP 6 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1 0.3981288E+11 VARIABLE VALUE REDUCED COST DA1 0.000000 1750001.000000 DA2 0.000000 1.000000 DA3 0.000000 1.000000 DA4 0.000000 1.000000 DA5 0.000000 1.000000 DA6 0.000000 1.000000 DA7 0.000000 1.000000 97 DB8 0.000000 DB9 0.000000 1.000000 DB10 0.000000 1.000000 X1 0.000000 0.000000 X2 47.741276 0.000000 X3 27.016666 0.000000 X4 117.716049 0.000000 X5 8500.641602 0.000000 X6 798.000000 0.000000 Hasil analisis LINDO skenario II : LP OPTIMUM FOUND AT STEP 7 OBJECTIVE FUNCTION VALUE 1 0.3981288E+11 VARIABLE VALUE REDUCED COST DA1 0.000000 1.000000 DA2 0.000000 1.000000 DA3 0.000000 1.000000 DA4 0.000000 1.000000 DA5 0.000000 1.000000 DA6 0.000000 1.000000 DA7 0.000000 1.000000 DB8 0.000000 DB9 0.000000 1.000000 DB10 0.000000 1.000000 X1 6.743933 0.000000 X2 97.963364 0.000000 X3 23.419903 0.000000 X4 17.626667 0.000000 X5 8547.314453 0.000000 X6 798.000000 0.000000 Berdasarkan hasil analisis tersebut, alokasi optimum payang, jaring insang hanyut, bagan perahu, rawai, bubu, dan muro ami menggunakan skenario I berturut-turut adalah 0 unit, 48 unit, 27 unit, 118 unit, 8501 unit, dan 798 unit. Sedangkan alokasi payang, jaring insang hanyut, bagan perahu, rawai, bubu, dan muro ami menggunakan skenario II berturut-turut adalah 7 unit, 98 unit, 23 unit, 18 unit, 8547 unit, dan 798 unit. Tampilan detail hasil analisis LINDO disajikan pada Lampiran 15 dan Lampiran 16. 98

5.4 Hasil Analisis Kesesuaian Lahan dan Wilayah Basis