Wilayah basis untuk alat tangkap potensial

151 Panggang yaitu Pulau Karang Congkak, Pandan, Opak, Karang Bongkok, Kotok Kecil, Kotok Besar, Semak Daun, Gosong Air, Air, Sekati, Panggang dan Pramuka, sedangkan untuk Kelurahan Pulau Kelapa perairan yang cocok adalah sekitar Pulau Putri Gundul. Lokasi yang cocok di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdapat di tiga kelurahan yaitu di Kelurahan Pulau Tidung, Kelurahan Pulau Pari dan Kelurahan Untung Jawa. Lokasi yang cocok untuk Kelurahan Pulau Tidung adalah Pulau Karangbras, Tidung Besar, Tidung Kecil, Payung Besar dan Payung Kecil; lokasi yang cocok di Kelurahan Pulau Pari adalah Pulau Kongsi, Biawak, Tengah, Tikus, Burung, Pari, Lancang Besar, Lancang Kecil dan Gosong Lancang; lokasi yang cocok di Kelurahan Untung Jawa adalah di sekitar Pulau Rambut dan Untung Jawa.

6.5 Pengembangan Wilayah Basis

6.5.1 Wilayah basis untuk alat tangkap potensial

Supaya enam alat tangkap potensial hasil analisis sebelumnya dapat dikembangkan secara optimal di perairan Jakarta, maka pengembangan tersebut harus dilakukan pada wilayah yang tepat dan menjadi basis perikanan dengan alat tangkap tersebut selama ini. Dalam kaitan ini, maka payang, jaring insang hanyut, bagan perahu, rawai, bubu, dan muro ami tidak harus dikembangkan pada seluruh wilayah Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu, tetapi hanya pada wilayah tertentu saja yang sesuai. Analisis Location Quotients LQ yang dilakukan dalam penelitian ini membantu menentukan wilayah basis dari pengembangan alat tangkap potensial tersebut sehingga dapat memacu pertumbuhan ekonomi Jakarta baik yang masuk wilayah Jakarta Utara maupun Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Berdasarkan Tabel 22 pada Bab 5, alat tangkap payang, bagan perahu, rawai dan muro ami di Kecamatan Penjaringan mempunyai LQ 1, yaitu masing- masing 1,24, 1,11, 1,16, dan 1,16. Dengan demikian, Kecamatan Penjaringan dapat menjadi basis bagi pengembangan alat tangkap potensial payang, bagan perahu, rawai dan muro ami di Jakarta Utara. 152 Untuk mendukung hal ini, maka lokasi-lokasi yang menjadi pusat kegiatan perikanan di Kecamatan Penjaringan seperti TPI Kamal Muara dan TPI Muara Angke perlu dibenahi dan dilengkapi dengan berbagai sarana dan prasarana untuk mendukung operasi keempat alat tangkap potensial tersebut, termasuk sarana dan kegiatan pengembangan keahlian nelayantenaga kerja. Jaring insang hanyut dan bubu bukan sektor basis di Kecamatan Penjaringan karena kedua sektor perikanan tersebut mempunyai rasio intensitas yang lebih lebih rendah dari rasio keseluruhan wilayah Jakarta Utara LQ 1. Untuk Kecamatan Pademangan, dapat menjadi basis bagi pengembangan rawai, yang ditunjukkan oleh nilai LQ = 1,68 lebih tinggi dari 1. Dengan demikian, rawai menjadi sektor basis di dua kecamatan Penjaringan dan Pademangan. Namun demikian, bila dilihat dari sebaran tenaga kerja nelayan yang menekuni rawai di Kecamatan Pademangan yang hanya sekitar 449 orang sedangkan di Kecamatan Penjaringan sekitar 7058 orang, maka hasil analisis LQ tersebut perlu dikaji lagi. Bagian 6.5.2 akan membahas hal ini terkait dengan hasil analisis pengganda tenaga kerja dan pertumbuhan tenaga kerja di dalam wilayah. Menurut Deselina 2007, tenaga kerja menjadi faktor yang sangat penting untuk menggerakkan suatu kegiatan perikanan dimana, bila tidak ada tenaga kerja, maka keberadaan alat tangkap, armada penangkapan, pelabuhan perikanan, usaha penyediaan perbekalan tidak akan membawa manfaat apapun. Tenaga kerja menentukan berguna tidaknya saranaprasarana penangkapan tersebut dalam mendukung perekonomian suatu kawasan. Untuk Kecamatan Tanjung Priok dan Kecamatan Kelapa Gading tidak mempunyai nilai LQ terkait pengembangan alat tangkap potensial, karena tenaga kerja nelayan yang merupakan pelaku kegiatan ekonomi perikanan maupun kegiatan perikanan tidak terdapat di kedua kecamatan tersebut. Terkait dengan ini, maka dapat dipastikan Kecamatan Tanjung Priok dan Kecamatan Kelapa Gading tidak menjadi basis pengembangan alat tangkap manapun dari enam alat tangkap potensial hasil analisis LGP. Pada hasil analisis Tabel 23 Bab 5, sektor perikanan bubu Kecamatan Koja mempunyai nilai LQ = 8,88 lebih tinggi dari 1, yang berarti Kecamatan 153 Koja dapat menjadi basis pengembangan alat tangkap bubu. Namun bila melihat jumlah nelayan bubu Kecamatan Koja 68 orang yang jauh lebih rendah daripada nelayan bubu Kecamatan Cilincing 706 orang, namun Kecamatan Koja belum tentu menjadi basis pengembangan bubu. Hal ini ditentukan analisis pengganda tenaga kerja dan pertumbuhan tenaga kerja di dalam wilayah yang dibahas pada bagian 6.5.2. Kecamatan Cilincing dapat menjadi basis pengembangan sektor perikanan jaring insang hanyut dan bubu, karena mempunyai LQ 1, yaitu masing-masing 1,50 dan 1,41. Di lihat dari output, maka jumlah tenaga kerja yang menekuni jaring insang hanyut dan bubu di Kecamatan Cilincing relatif banyak dibandingkan wilayah lainnya, yaitu 3136 orang dan 706 orang. Terkait dengan ini, maka lokasi perikanan tangkap di Kecamatan Cilincing seperti TPI Cilincing, TPI Kalibaru, dan TPI Cakung Dalam dapat dioptimalkan fungsinya sehingga mendukung pengembangan kedua alat tangkap tersebut. Berbagai kebutuhan terkait operasi jaring insang hanyut dan bubu dapat difasilitasi oleh unit-unit usaha pendukung yang terdapat di Kecamatan Cilincing. Di samping itu, sarana dan prasarana untuk jalur pemasaran perlu difasilitasi, sehingga hasil tangkapan dari insang hanyut dan bubu dapat terjual tepat waktu dengan harga terbaik, sehingga dapat meningkatkan kesejehateraan nelayan dan perekonomian kawasan. Pada Tabel 22 Bab 5, sektor perikanan payang di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara mempunyai LQ = 1,32 lebih tinggi dari 1, berarti kecamatan tersebut dapat menjadi basis pengembangan alat tangkap payang. Hal ini dapat dipahami karena dari total 4608 nelayan di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, sekitar 53,82 menggunakan alat tangkap payang. Di samping itu, bila dibandingkan dengan di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan 1561 orang, maka nelayan yang menggunakan payang lebih banyak di Kecamatan Kepulauan Seribu Utara 2480 orang. Hal ini tentu lebih mendukung pertumbuhan ekonomi wilayah bila Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dijadikan sebagai wilayah basis alat tangkap payang. Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan merupakan wilayah yang menjadi penghubung Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu dengan wilayah lain. Disamping posisinya yang cukup strategis, Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan 154 dapat menjadi basis pengembangan alat tangkap bubu dan muro ami. Hal ini ditunjukkan oleh nilai LQ 1, yaitu masing-masing 1,20 dan 1,19. Pengembangan kedua alat tangkap ini di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan cukup realistis disamping karena sebagian besar nelayan setempat banyak mengembangkan bubu dan muro ami dalam penangkapan, juga di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan terdapat PPI Pulau Pramuka. Keberadaan PPI Pulau Pramuka dapat mendukung distribusi dan pemasaran hasil tangkapan nelayan. Dengan kontribusi nelayan bubu 764 orang dan nelayan muro ami 2943 orang, maka pertumbuhan ekonomi wilayah lebih dapat ditingkatkan. Nelayan bubu dan muro ami merupakan 70 dari total jumlah nelayan yang terdapat di Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan 5268 orang.

6.5.2 Pertumbuhan tenaga kerja di wilayah