Perbandingan kepentingan kriteriadimensi pengelolaan

112 membahas hasil analisis AHP tersebut dalam upaya mendapat prioritas kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di di perairan Jakarta.

5.5.2 Perbandingan kepentingan kriteriadimensi pengelolaan

Seperti disebutkan sebelumnya, kriteria perikanan tangkap berdasarkan prinsip keberlanjutan merupakan upaya untuk mengakomodasi semua dimensi pengelolaan yang meliputi dimensi ekologi, dimensi biologi, dimensi ekonomi, dimensi sosial, dan dimensi teknologi. Gambar 17 memperlihatkan hasil analisis rasio kepentingan setiap kriteria dimensi pengelolaan setelah diolah menggunakan Program AHP. Gambar 17 Rasio kepentingan kriteriadimensi pengelolaan. Berdasarkan Gambar 17 dimensi ekologi mempunyai rasio kepentingan paling tinggi dibandingkan empat kriteria lainnya, yaitu 0,362 pada inconsistency terpercaya 0,07. Batas inconsistency yang diperbolehkan secara statistik adalah maksimum 0,1. Hal ini menunjukkan bahwa kebijakan pengelolaan perikanan tangkap yang dipilih diutamakan yang dapat menjaga kondisi ekologi perairan Jakarta. Dipahami bahwa mempertahankan ekologi yang baik dan stabil akan mendukung kehidupan biota termasuk sumberdaya ikan potensial dimensi biologi, berkembangnya usaha perikanan tangkap menggunakan teknologi penangkapan tertentu dimensi ekonomi dan teknologi sehingga dapat 113 meningkatkan kesejahteraan nelayan dan masyarakat sekitar dimensi sosial. Sebagaimana pendapat Hanna 1999 dalam konteks transisi dalam pengelolaan perikanan dari satu spesies menjadi biodiversity : ”maintaining ecological resilience is an increasingly important management goal for marine system as fisheries worldwide suffer from biodiversity loss ” Dimensi ekonomi merupakan kriteriadimensi pengelolaan urutan kedua paling penting yang perlu diperhatikan dalam pemilihan kebijakan perikanan tangkap di perairan Jakarta. Hal ini ditunjukkan oleh rasio kepentingannya tertinggi kedua, yaitu 0,206 pada inconsistensy terpercaya 0,07. Dimensi ini dianggap penting karena usaha ekonomi yang baik akan berpengaruh positif kepada aktivitas lainnya, seperti meningkatkan kemampuan mengadopsi teknologi tertentu dalam penangkapan, meningkatkan kesejahteraan dan daya beli keluarga nelayan. Kriteria yang mempunyai rasio kepentingan ketiga adalah dimensi biologi, yaitu 1,99 dengan inconsistency 0,07. Mengacu kepada kriteria ini, maka alternatif kebijakan pengelolaan yang dipilih hendaknya dapat menjaga kelestarian sumberdaya ikan dan ekosistemnya sehingga kegiatan perikanan tersebut dapat berkelanjutan. Dimensi sosial merupakan kriteriadimensi pengeloalan dengan rasio kepentingan paling rendah dalam upaya pengembangan kebijakan perikanan tangkap, yaitu 0,098 pada inconsistency terpercaya 0,07. Sehubungan dengan dimensi sosial dalam analisis ini lebih diartikan ketersediaan tenaga kerja dan sesuai hasil dari analisis SWOT bahwa faktor kekuatan dominan dari pengelolaan perikanan di perairan Jakarta adalah ketersediaan tenaga kerja, maka rasio kepentingan paling rendah dapat diartikan dimensi sosial saat ini pada kondisi yang sangat dalam mendukung pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta dan perhatian prioritas pada rasio tertinggi untuk faktor ekologi, mengingat faktor ekologi di perairan Jakarta saat ini pada kondisi yang berdampak negatif terhadap pengelolaan perikanan berkelanjutan. 114 5.5.3 Perbandingan kepentingan subkriteria pembatas limiting factor dalam pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan Hasil analisis SWOT terkait kondisi internal dan eksternal pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta menunjukkan bahwa beberapa hal yang menjadi pembatas dalam pengembangan kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan di perairan Jakarta adalah kondisi perairan, status pemanfaatan SDI, sarana dan prasarana produksi, ketersediaan tenaga kerja, teknologi mandiri dan ramah lingkungan. Pembatas-pembatas ini merupakan faktor koreksi dalam memenuhi kriteria-kriteria pengembangan sehingga kebijakan pengelolaan yang dipilih benar-benar merupakan kebijakan terbaik. Bahasan berikut akan membahas kepentingan setiap pembatas tersebut dalam mendukung kriteria dimensi pengelolaan yang ada terkait pemilihan alternatif kebijakan pengelolaan yang ditawarkan. Gambar 18 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria dimensi ekologi Dalam kaitan dengan pemenuhan kriteriadimensi ekologi, ada dua pembatas yang berpengaruh atau berkepentingan, yaitu kondisi perairan dan status pemanfaatan SDI Gambar 18. Status pemanfaatan SDI merupakan pembatas yang mengakomodasi kriteriadimensi ekologi dari penilaian kondisi sumberdaya ikan yang ada di perairan, sedangkan kondisi perairan merupakan pembatas dalam pencapaian kriteriadimensi ekologi dari penilaian kondisi perairan secara umum. Hal yang sama juga bagi perhatian terhadap kriteriadimensi biologi, dimana kondisi perairan dan status pemanfaatan SDI menjadi pembatas penting dan lebih 115 tepat daripada tiga pembatas lainnya terkait pemenuhan kriteria dimensi biologi dalam pengelolaan perikanan tangkap. Berdasarkan Gambar 18, diantara dua pembatas yang ada, kondisi perairan mempunyai rasio kepentingan yang lebih tinggi daripada status pemanfaatan SDI dalam mendukung pemenuhan kriteria dimensi ekologi. Kondisi perairan mempunyai rasio kepentingan 0,750 pada inconsistensy terpercaya 0,00, sedangkan status pemanfaatan SDI mempunyai rasio kepentingan 0,250 pada inconsistensy terpercaya 0,00. Hal ini dapat dipahami karena kondisi perairan yang baik lebih dapat mendukung fungsi ekologi, sedangkan status pemanfaatan SDI lebih berkaitan dengan aspek keberadaan sumberdaya ikan suatu perairan. Gambar 19 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria dimensi biologi Pemenuhan kriteria dimensi biologi, pembatas status pemanfaatan SDI mempunyai rasio kepentingan 0,667 pada inconsistensy terpercaya 0,00, sedangkan pembatas kondisi perairan mempunyai rasio kepentingan yang lebih rendah, yaitu 0,333 pada inconsistensy terpercaya 0,00 Gambar 19. Hal ini karena dimensi biologi berkaitan langsung populasi ikan, sedangkan pembatas status pemanfaatan SDI terkait dengan tingkat pemanfaatan dihubungkan dengan populasi ikan yang ada di perairan. 116 Gambar 20 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria dimensi ekonomi Untuk kriteria dimensi ekonomi, sosial, dan teknologi, ada tiga pembatas yang berpengaruh atau berkepentingan, yaitu sarana dan prasarana produksi, ketersediaan tenaga kerja, dan teknologi mandiri dan ramah lingkungan. Untuk pemenuhan kriteria dimensi ekonomi, pembatas sarana dan prasarana produksi mempunyai rasio kepentingan paling tinggi, yaitu 0,550 pada inconsistensy terpercaya 0,02 Gambar 20. Hal ini karena sarana dan prasarana produksi merupakan penggerak kegiatan ekonomi termasuk di bidang perikanan tangkap. Bila sarana dan prasarana produksi tidak mendukung di suatu kawasan, maka kegiatan ekonominya tidak akan berkembang dengan maksimal. Ketersediaan tenaga kerja akan termanfaatkan dengan sendirinya bila sarana dan prasarana yang digunakan dalam kegiatan perikanan tangkap tersedia dengan baik dan siap dioperasikan. Hal yang sama berupa penggunaan teknologi penangkapan ikan juga akan berkembang bila kegiatan perikanan tangkap telah berjalan dengan baik. 117 Gambar 21 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria dimensi sosial Untuk pemenuhan kriteria dimensi sosial, pembatas ketersediaan tenaga kerja mempunyai rasio kepentingan paling tinggi, yaitu 0,540 pada inconsistensy terpercaya 0,01 Gambar 21. Hal ini dapat dipahami karena perhatian yang baik terhadap tenaga kerja dapat secara langsung meminimalisasi konflik sosial yang ada dalam kegiatan perikanan tangkap di perairan Jakarta. Sarana dan prasarana produksi mempunyai rasio kepentingan paling tinggi kedua, yaitu 0,297 pada inconsistensy terpercaya 0,01 dalam pemenuhan kriteria dimensi sosial. Hal ini karena sarana dan prasarana produksi tersebut secara tidak langsung dan mendukung dimensi sosial yang ada, yaitu adanya sarana dan prasarana produksi dapat membuka kesempatan kerja bagi yang membutuhkannya. Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria dimensi teknologi pada pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta disajikan pada Gambar 22. 118 Gambar 22 Rasio kepentingan pembatas dalam mendukung kriteria dimensi teknologi Berdasarkan Gambar 22, teknologi mandiri dan ramah lingkungan merupakan pembatas dengan rasio kepentingan paling tinggi dalam mendukung pemenuhan kriteriadimensi teknologi dalam pengelolaan perikanan tangkap di perairan Jakarta, yaitu 0,540 pada inconsistensy terpercaya 0,01. Hal ini bisa terjadi karena teknologi mandiri dan ramah lingkungan berkaitan langsung dimensi teknologi, yang bila dikembangkan tentu berarti secara langsung mengakomodasi dimensi teknologi pada kegiatan pengelolaan perikanan tangkap. Ketersediaan tenaga kerja merupakan pembatas dengan rasio kepentingan tertinggi kedua 0,297 pada inconsistensy terpercaya 0,01. Hal ini bisa jadi karena tenaga kerja merupakan pelaku langsung dari digunakan atau tidak digunakan suatu teknologi dalam kegiatan perikanan tangkap. Terlepas dari kepentingan pembatas yang beraneka ragam dalam mendukung pemenuhan kriteria dimensi pengelolaan tertentu, suatu alternatif strategi kebijakan pengelolaan yang dipilih menjadi prioritas pertama haruslah merupakan alternatif strategi kebijakan paling baik dalam mengakomodasi dengan proporsi yang tepat diantara kepentingan yang ada baik kepentingan sub kriteria pembatas maupun kepentingan kriteria pengelolaan yang ada. 119

5.5.4 Prioritas strategi kebijakan pengelolaan perikanan tangkap berkelanjutan