Evaluasi Terhadap Hasil Pembelajaran Peserta didik di Qaryah Thayyibah Pembentukan Karakter di Qaryah Thayyibah
218 terlalu keras itu menjadi konyol.
Tidak ada
penekanan kedisiplinan. Setiap siswa harus
dapat membangun
kesadaran dirinya unuk berdisiplin tanpa
adanya paksaan. Dengan cara memperbanyak intensitas diskusi,
agar siswa mampu berpikir kritis. Dengan
memperbanyak diskusi
maka siswa akan belajar berpikir, belajar memutuskan kesepakatan
dan akan terbangun kesadarannya dengan sendiri.
Misalnya, jika melakukan kesepakatan bersama untuk masuk
jam 07.00, maka ia akan belajar untuk
menepati janji
karena kesadaran
kritisnya sudah
terbangun. Kadang
siswa harus
menundukkan kepala ketika ada orang tua. Itu merupakan hasil
budaya yang sudah terstruktur sejak dulu. Orang-orang yang
tradisional,
sopan santun
merupakan hal penting. Ya saya memahami karena
219 mereka sudah terkonstruk dengan
budaya, norma-norma masyarakat. Yang
penting kita
saling memahami
karena itu
akan membangun
kedinamisan suatu
perspektif. Asal tidak sampai pada hal-hal yang merugikan.
Dulu banyak para pejuang kitatokoh
sejarah Ki
Hajar Dewantara yang berani melawan
norma-norma budaya yang ada di lingkungannya. Demi memberontak
orang-orang Belanda, hingga dia dibuang
ke luar
Jawa, dia
kehilangan lingkungannya. Tetapi memang orang-orang seperti itu
sekarang yang dibutuhkan.
Dengan berani
itu tadi
Sutomo dan teman-temanya bisa membentuk organisasi yang kuat
karena memiliki pandangan yang sama
dengan teman-temannya.
Sehingga terwujudlah
suatu peradaban yang baru. Ya kalau
peneliti semua
harus bisa
memahami dari berbagai perspektif agar tercipta kedamaian.
220 Prinsipnya
sesuai kesepakatan.
Ketaatan atas
kesepakatan bersama. Pembentukan karakter
tetep ada,
tetapi metodenya tidak menekan dan
memaksa. Dikembalikan
pada kesepakatan. Misalnya, kalau
kesepakatan masuk kelas pukul 08.00
WIB, ya
harusnya diterapkan.
Anak akan
belajar mempertanggungjawabkan atas apa
yang telah disepakati. Jika anak kurang
sepakat, ya
dikritik. Prinsipnya
dikembalikan pada
kesepakatan bersama. Kritis itu juga pembentukan karakter. Kalau
mengenai kesopanan, prinsipnya asal tidak mengganggu orang lain,
itu tidak masalah.
PD320.04.2016 pendamping
Ya harus tetep ada mbak. Soalnya
kedisiplinan dan
kesopanan bagian dari kehidupan. Cuma mungkin metode yang layak
yang kita pakai tidak menekan. Bisa jadi dengan memahamkan
siswa untuk mengingatkan hal itu. Dari hasil wawancara
yang dilakukan
peneliti kepada pendamping dapat
diketahui bahwa penekanan pembentukan
karakter kedisiplinan dan kesopanan
tetap harus
ada karena
221 merupakan
bagian dalam
kehidupan.
PD203.05.2016 Pendamping
Iya mbak devi. Tetep harus ada. Tetapi tidak menekan, karena
kedisiplinan dan
kesopanan merupakan bagian penting dalam
pembentukan karakter.
Kedisiplinan dan kesopanan itu hal dasar yang justru memberi nilai
plus. Dari hasil wawancara
yang dilakukan
peneliti kepada pendamping dapat
diketahui bahwa penekanan pembentukan
karakter kedisiplinan dan kesopanan
tetap harus
ada karena
merupakan hal dasar dalam pembentukan karakter.
222 Lampiran 7. Analisis Triangulasi Teknik
CONTOH TRIANGULASI TEKNIK DATA HASIL PENELITIAN A.
Sejarah Berdirinya Qaryah Thayyibah
Hasil Triangulasi Sumber Observasi
Studi Dokumen Kesimpulan
Berdasarkan beberapa
pendapat dari
narasumber, dapat disimpulkan bahwa awal
berdirinya Qaryah Thayyibah ini
dimulai dari
pendirian Serikat
Paguyuban Petani-
Qaryah Thayyibah SPP-QT pada
tahun 1999
yang merupakan Lembaga Swadaya
Masyarakat LSM di daerah Kalibening, Salatiga.
Dalam struktur organisasi di LSM ini terdapat divisi
pendidikan yang
bertujuan untuk
menggagas dunia
pendidikan. Pada waktu itu, pak Ahmad Bahruddin atau yang
sering disapa dengan sebutan pak AB, menjabat sebagai ketua
RW
dan ia
merasakan -
- Berdasarkan
beberapa pendapat
dari narasumber,
dapat disimpulkan bahwa awal berdirinya Qaryah Thayyibah
ini dimulai
dari pendirian
Serikat Paguyuban
Petani- Qaryah Thayyibah SPP-QT
pada tahun
1999 yang
merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM di daerah
Kalibening, Salatiga.
Dalam struktur organisasi di LSM ini terdapat divisi
pendidikan yang
bertujuan untuk
menggagas dunia
pendidikan. Pada waktu itu, pak Ahmad Bahruddin atau yang
sering disapa dengan sebutan pak AB, menjabat sebagai ketua
RW
dan ia
merasakan
223 keresahan
dalam dunia
pendidikan di Indonesia. Pada awalnya, pak AB
ingin menyekolahkan siswanya yang pertama yaitu Hilmi di
SMP formal, namun terdapat kendala
dalam pembiayaan.
Lalu ia
berinisiatif untuk
mendirikan sekolah
sendiri yang murah dan berkualitas.
Pak AB lalu mengajak para paguyuban petani dan orang tua
yang terkendala biaya dalam menyekolahkan anaknya, untuk
membahas
dan mendirikan
lembaga pendidikan sendiri. Jumlah orang tua yang hadir
pada saat itu adalah 30 orang.
Dari jumlah orang tua yang hadir terdapat 12 orang
tua peserta
didik yang
menyepakati untuk mendirikan lembaga pendidikan. Pak AB
beserta 12 orang tua peserta didik
tersebut mendirikan
komunitas belajar yang murah di desanya.
keresahan dalam
dunia pendidikan di Indonesia.
Pada awalnya, pak AB ingin menyekolahkan anaknya
yang pertama di SMP formal, namun terdapat kendala dalam
pembiayaan. Lalu ia berinisiatif untuk
mendirikan sekolah
sendiri yang
murah dan
berkualitas. Pak
AB lalu
mengajak para
paguyuban petani dan orang tua yang
terkendala biaya
dalam menyekolahkan anaknya, untuk
membahas dan
mendirikan lembaga pendidikan sendiri.
Jumlah orang tua yang hadir pada saat itu adalah 30 orang.
Dari jumlah orang tua yang hadir terdapat 12 orang
tua peserta
didik yang
menyepakati untuk mendirikan lembaga pendidikan. Pak AB
beserta 12 orang tua warga tersebut mendirikan komunitas
belajar yang murah di desanya.
Pada tahun
2003
224 Pada tahun 2003 didirikan
Komunitas Belajar
Qaryah Thayyibah
KBQT yang
berbasis pada
Community Based
Education CBE,
sehingga penamaannya
komunitas. Pada awal tahun, komunitas
ini menjadi
Pendidikan Alternatif-Qaryah
Thayyibah PA-QT
yang menginduk di sekolah formal,
sehingga kurikulum
secara nasional sama. Namun, seiring
perkembangannya komunitas
ini memisahkan
diri dari
sekolah formal. Qaryah
Thayyibah memisahkan diri dari sekolah
formal karena
banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi
dalam pembelajaran di sekolah. Berangsur-angsur
pada tahun 2007 sekolah ini menjadi
program Pendidikan Kesetaraan setara dengan tingkat SMP-
SMA
atau setara
dengan program paket A dan paket B.
didirikan Komunitas Belajar Qaryah
Thayyibah KBQT
yang berbasis pada Community Based
Education CBE,
sehingga penamaannya
komunitas. Pada awal tahun, komunitas
ini menjadi
Pendidikan Alternatif-Qaryah
Thayyibah PA-QT
yang menginduk di sekolah formal,
sehingga kurikulum
secara nasional sama. Namun, seiring
perkembangannya komunitas
ini memisahkan
diri dari
sekolah formal. Qaryah
Thayyibah memisahkan diri dari sekolah
formal karena
banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi
dalam pembelajaran di sekolah. Berangsur-angsur
pada tahun 2007 sekolah ini menjadi
program Pendidikan Kesetaraan setara dengan tingkat SMP-
SMA
atau setara
dengan program paket A dan paket B.
Qaryah Thayyibah menekankan
225 Qaryah
Thayyibah menekankan
kemerdekaan peserta didik dalam belajar dan
mengembalikan fitrah
anak sebagai
manusia. Basis
pembelajarannya adalah
kreativitas pencarian jati diri dan pendidikan kritis.
kemerdekaan peserta
didik dalam
belajar dan
mengembalikan fitrah
anak sebagai
manusia. Basis
pembelajarannya adalah
kreativitas pencarian jati diri dan pendidikan kritis.