Pengertian Pembelajaran KAJIAN PUSTAKA

45 Ibarat pendidikan menjadi sebuah kegiatan menabung, dimana para peserta didik adalah celengan dan pendidik adalah penabungnya. Dalam hal ini yang terjadi bukanlah proses komunikasi, tetapi pendidik menyampaikan pernyataan- pernyataan dan “mengisi tabungan”, peserta didik menghafal dan mengulangi apa yang dikatakan guru. Inilah konsep “gaya bank”, dimana ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan peserta didik hanya terbatas pada menerima, mencatat, dan menyimpan. Memang benar mereka mempunyai kesempatan untuk menjadi pengumpul dan pencatat barang-barang simpanan. Namun, pada akhirnya manusia sendirilah yang disimpan karena miskinnya daya cipta, daya ubah, dan pengetahuan. Sehingga tidak mencetak manusia yang aktif dan kreatif Paulo Freire, 2013: 52. Pendidikan “gaya bank” merupakan pendidikan yang dikritik Freire karena sistemnya yang mendehumanisasi. Paulo Freire 2013: 53 mengatakan bahwa dalam konsep pendidikan “gaya bank”, pengetahuan merupakan sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak memiliki pengetahuan apa-apa. Menganggap bodoh secara mutlak pada orang lain, sebuah ciri dari ideologi penindasan, karena mengingkari pendidikan dan pengetahuan sebagai proses pencarian dan pemaknaan. Dalam hal ini guru menempatkan dirinya sebagai orang yang mengetahui segala hal, dengan menganggap peserta didiknya mutlak tidak tahu apa-apa, maka dia mengukuhkan keberadaan dirinya sendiri. 46 Dalam mempertajam pendidikan “gaya bank”, Paulo Freire 2013: 54 menekankan bahwa terdapat ciri-ciri yang mencerminkan kebiasaan pada pendidikan “gaya bank”, yaitu sebagai berikut: 1. Guru mengajar, siswa diajar. 2. Guru mengetahui segala sesuatu, siswa tidak tahu apa-apa. 3. Guru berpikir, siswa dipikirkan. 4. Guru bercerita, siswa patuh mendengarkan. 5. Guru menentukan peraturan, siswa diatur. 6. Guru memilih dan memaksakan pilihannya, siswa menyetujui. 7. Guru berbuat, siswa membayangkan dirinya berbuat melalui perbuatan gurunya. 8. Guru memilih bahan dan isi pelajaran, siswa tanpa diminta pendapatnya menyesuaikan diri dengan pelajaran itu. 9. Guru mencampuradukkan kewenangan ilmu pengetahuan dan kewenangan jabatannya, yang ia lakukan untuk menghalangi kebebasan siswa. 10. Guru adalah subjek dalam proses belajar, siswa adalah objek belaka. Dalam pandangan Freire, tentu pendidikan “gaya bank” terdapat kepentingan tertentu yang dilakukan oleh penguasa untuk menindas kebodohan manusia. Kemampuan pendidikan “gaya bank” dimaksudkan untuk mengurangi atau menghapuskan daya kreasi para peserta didik, serta menumbuhkan sikap mudah percaya. Kaum penindas memanfaatkan “humanitarianisme” mereka untuk melindungi situasi menguntungkan bagi diri mereka sendiri. Artinya, manusia yang tertindas ini hanya dijadikan manusia robot yang dapat mendukung tercapainya apa yang diinginkan para penguasa Paulo Freire, 2013: 54. Dari pemahaman mengenai “gaya bank”, dapat diketahui bahwa peranan pendidik adalah mengatur cara dunia “masuk ke dalam” diri para peserta didik. Tugasnya adalah mengatur proses pencarian pengetahuan yang 47 berlangsung secara spontan, dengan “mengisi” informasi yang ia anggap sebagai pengetahuan yang sebenarnya. Manusia “menerima” dunia secara pasif, maka pendidikan akan membuat mereka lebih pasif lagi. Kehidupan manusia menjadi stagnan, tidak ada kemajuan dalam menghadapi dunia yang selalu dinamis Paulo Freire, 2013: 58-59. Dalam hal ini pengetahuan hanya dihasilkan dari satu subjek guru dan bukan dari hasil refleksi antara pendidik dan peserta didik. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan “gaya bank ” adalah berusaha untuk menyembunyikan masalah realitas. Pendidikan “gaya bank” menolak dengan metode dialog. Pendidikan “gaya bank” memperlakukan peserta didik sebagai objek yang tidak tahu apa-apa, guru menjadi subjek ilmu pengetahuan, serta pendidikan “gaya bank” menghambat kreativitas peserta didik. Pendidikan “gaya bank”, sebagai kekuatan yang membelenggu dan menekan, tidak mampu menampilkan manusia sebagai makhluk menyejarah. Dengan adanya konsep “gaya bank”, maka seorang pendidik telah mendehumanisasi manusia. Artinya, hal tersebut bertentangan dengan tujuan pendidikan yang seharusnya meninggikan harkat dan martabat manusia serta menjadikan manusia yang seutuhnya. Hak-hak anak dalam partisipasi dan pembelajaran demokrasi menjadi abu-abu. Sehingga anak akan menjadi manusia yang penurut dan pasif. 48

E. Metode Pendidikan Paulo Freire

Berbicara mengenai kehidupan manusia, berarti menanyakan keberadaanya, bagaimana dan mengapa ia dapat menjalani kehidupan. Manusia hidup selalu berhadapan dengan persoalan hidup dan kehidupan di dunia ini, tentu saja akan behadapan dengan beragam masalah, baik itu permasalahan dalam dunia pendidikan, ekonomi, politik atau permasalahan kebudayaan sehari-hari. Untuk itu, pengintegrasian realitas sosial dalam pendidikan merupakan salah satu upaya dalam membebaskan diri dari masalah-masalah Firdaus M.Yunus, 2004: 42. Freire menekankan dua metode dalam penyadaran manusia di pendidikan yaitu sebagai berikut:

1. Metode Hadap Masalah

Pendidikan hadap masalah adalah metode pendidikan yang menjawab panggilan manusia untuk menjadi subjek, di mana muatan pendidikan harus dapat disesuaikan dengan permasalahan-permasalahan yang muncul Firdaus M.Yunus, 2004: 43. Artinya, metode hadap masalah ini menekankan dialog pendidik kepada peserta didik dengan berbasis permasalahan kehidupan. Permasalahan ini dapat muncul dari pengalaman-pengalaman pendidik maupun peserta didik. Keduanya dapat saling belajar untuk memecahkan masalah kehidupan. Peran pendidik adalah memaparkan masalah tentang situasi eksistensial yang telah dikodifikasi untuk membantu peserta didik agar memiliki pandangan yang lebih kritis terhadap realitas. Objek realitas tersebut dapat diperoleh dari pengalaman peserta didik mengeni konteks