Proses Penyadaran Conscientizacao sebagai Tujuan Pendidikan

37 norma, aturan, prosedur dan kebijakan baru. Sehingga proses penyadaran ini dilakukan melalui diskusi, yang akan melahirkan suatu pengetahuan baru Firdaus M. Yunus, 2004:52. Makna Conscientizacao adalah sebuah pencarian jawaban-jawaban secara kooperatif dan mendalam, atas masalah-masalah yang tak terpecahkan yang dihadapi oleh sekelompok orang. Dengan dimikian, tidak ada “ahli” yang mengetahui jawaban-jawaban tersebut. Setiap individu memiliki kebenaran yang sama, tetapi berbeda dalam hal cara melihat persoalan yang harus didefinisikan dan cara mecari jawabannya yang harus diformulasikan. Partisipasi bukanlah sebuah alat pendidikan yang tepat, tetapi merupakan inti dari proses pendidikan. Sehingga tujuan pendidikan adalah menjadikan Conscientizacao sebagai puncak kesadaran kaum tertindas William A. Smith, 2001: 4. Freire mengklaim bahwa tugas kemanusiaan kaum tertindas adalah membebaskan dirinya sendiri. Membebaskan dari belenggu struktur ketidakadilan. Tujuan pendidikan kaum tertindas adalah mengembalikan kemanusiaan yang hilang, akibat dari dehumanisasi yang dilakukan penguasa. Konsep penyadaran atau kesadaran kritis sangat mendasar dalam pendidikan radikal Freire. Freire mengaitkan refleksi dan aksi sebagai bagian proses tak terpisahkan, dalam pengenalan dan perubahan kontradiksi-kontradiksi politik, ekonomi, dan sosial. Sehingga terdapat refleksi dan pembedahan materi, serta pemecahan masalah yang dilakukan sebelum melakukan aksi Firdaus M. Yunus, 2004: 54-55. 38 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa conscientizacao sebagai sebuah proses untuk menjadi manusia yang selengkapnya dapat dibagi menjadi tiga fase yakni: kesadaran magis, naïf dan kritis. Penyadaran dapat dibangun ketika orang tersebut merasa memiliki adanya suatu masalah bersama, dengan menggunakan proses dialogis yang mengantarkan individu secara bersama-sama untuk memecahkan masalah-masalah mereka. Konsep refleksi dan aksi merupkan bagian yang tak terpisahkan untuk pencapaian penyadaran kritis.

7. Kekuatan dan Kelemahan Konsep Conscientizacao

Dari beberapa uraian di atas telah disebutkan bahwa konsep pendidikan Freire adalah untuk memanusiakan manusia. Dengan pendidikanlah manusia dapat mengangkat harkat dan martabatnya untuk menjadi manusia yang sejati. Dalam pandangan Freire, pendidikan merupakan tempat, pertama, untuk mendiskusikan masalah-masalah politik dan kekuasaan secara mendasar, karena pendidikan menjadi ajang terjalinnya makna, hasrat, bahasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Tanpa mengetahui masalah-masalah politik, maka butalah manusia terhadap dunia, karena segala aturan di dunia adalah atas dasar sistem politik yang dibuat manusia. Kedua, untuk mempertegas keyakinan secara lebih mendalam tentang apa sesungguhnya yang disebut manusia dan apa yang menjadi impiannya, dan ketiga, untuk merumuskan dan memperjuangkan masa depan yang adil dan demokratis Paulo Freire, 2002: 7. 39 Pendidikan tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini namun juga untuk masa depan. Manusia sebagai makhluk pembaharu dan pembangunan nasional diharapkan mampu menjadi manusia yang dapat berdiri sendiri dan dapat menghadapi tantangan dunia. Maka dari itu peran pendidikan penting sebagai upaya untuk melakukan transformasi sosial melalui dialektika di sekolah. Konsep Freire yang kritis tentang pendidikan membuka wawasan baru bagi sejumlah pendidik di negara- negara di dunia ketiga. Namun, pendidikan kritis Freire tidak selamanya memiliki kekuatan dalam setiap kondisi suatau negara. Hal ini seperti yang dijelaskan oleh Siti Murtiningsih 2006: 111-114 sebagai berikut: 1. Kekuatan Konsep Konsientisasi Pertama, secara konseptual Freire telah membangun suatu teori pendidikan yang dialektis, dimana teori dan praktik menyatu dan tidak terpisah. Sehingga konsep tersebut sangat seimbang untuk diterapkan dalam kehidupan, Kedua, Freire melontarkan kritik yang cukup tajam terhadap penindasan yang terjadi dalam dunia ketiga, terutama pada negara-negara jajahan. Penindasan ini disebabkan oleh sistem dan struktur yang tidak berkeadilan, membelenggu kaum miskin dan tak berdaya. Hal tersebut karena adanya sistem kapitalisme, modernisme dan liberalisme. Ketiga, konsep Freire tentang konsientisasi bertolak dari kritiknya atas kondisi masyarakat dunia ketiga, di mana rakyat selalu dirugikan dalam pelbagai kebijakan penguasa. Keempat, kekuatan teori 40 pendidikan Freire, terutama konsientisasi dalam pendidikan, berada pada pendekatan yang radikal dan kritis terhadap praktik pendidikan tradisional. Sikap ini diharapkan menuntun mereka dalam mewujudkan transformasi dunia. 2. Kelemahan Konsep Konsientisasi Kelemahan utama Freire ada pada metode konsientisasinya yang bersifat khusus dan historis. Artinya, pendekatan konsientisasinya pada dasarnya bersifat netral. Ia mengorientasikan pada pertumbuhan kesadaran kritis peserta didik, namun pertumbuhan kesadaran kritis ini menemukan relevansinya pada masyarakat yang mengalami penindasan secara massif, di mana kehidupan sosial dan budayanya hampir sama sekali stagnan tidak ada perubahan kemajuan yang lebih baik. Jadi, perspektif pendidikan Freire memang tidak dimaksudkan bersifat universal, namun lebih partikular dan relevan bagi dunia ketiga yang mengalami sejarah penindasan. Selain itu, pemikiran dan konsep konsientisasi dalam pendidikan Freire itu hanyalah salah satu perspektif dari sekian filsafat pendidikan lainnya. Sehingga terdapat pertentangan dengan aliran lain yang bertolak filsafat berbeda. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa konsep pendidikan kritis Paulo Freire memiliki kelebihan dan kelemahan. Meskipun tujuan pendidikan Freire adalah untuk memanusiakan manusia, namun tidak semua negara dapat menerapkan konsep Freire. 41 Hanya negara yang mengalami penindasandehumanisasi lah yang dapat menggunakan konsep tersebut, dalam rangka untuk membangkitkan humanisasi melalui sistem pendidikan.

C. Pengertian Pembelajaran

Pendidikan merupakan proses pengembangan potensi manusia. Dalam prosesnya, tidak terlepas dari pembelajaran yang dilakukan. Zainal Arifin Ahmad 2012: 2 mengatakan bahwa hakikat pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan seseorang untuk membuat orang lain peserta didik mengalami perubahan tingkah laku, yakni dari tingkah laku negatif ke positif. Sujarwo 2011: 3 menyatakan bahwa pembelajaran didefinisikan sebagai upaya membelajarkan peserta didik memahami diri dan lingkungannya agar lebih bermakna. Pembelajaran dimaknai sebagai kegiatan memilih, menetapkan dan mengembangkan pengelolaan, pengorganisasian dan penyampaian pesan pembelajaran untuk mencapai hasil yang ditetapkan. Lebih lanjut Sujarwo 2011: 3 menyatakan bahwa pembelajaran dipandang sebagai suatu sistem, artinya suatu keseluruhan yang terdiri dari komponen-komponen yang saling berkaitan, berinteraksi, dan beinterdependensi antara satu dengan yang lainnya untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Secara garis besar pembelajaran terdiri dari : 1 Raw input peserta didik. Unsur ini harus ada karena merupakan subyek yang menjalankan pembelajaran. 42 2 Instrumental input sarana prasarana, kurikulum, media, sumber belajar, pendidik, alat evaluasi. Unsur ini merupakan pendukung dalam memperlancar kegiatan pembelajaran agar terarah dan terfasilitasi. 3 Environmental input lingkungan fisik, sosial dan psikologis. Unsur ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam pembelajaran, sehingga dibutuhkan lingkungan yang baik untuk menciptakan suasana yang nyaman. 4 Objectives output dan outcomes unsur yang terakhir ini adalah hasil dari pembelajaran. Apakah output dan outcomesnya baikburuk tergantung proses pembelajarannya. Berkaitan strategi pembelajaran, Daniel Muijs David Reynolds dalam buku Zainal Arifin Ahmad 2012: 48 mengelompokkan model strategi pembelajaran sebagai berikut: a. Pengajaran langsung. Pengajaran langsung adalah pola pembelajaran di mana pendidik terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dengan mengajarkannya secara langsung di kelas. b. Pengajaran interaktif. Pola pembelajaran ini menekankan pentingnya interaksi pendidik-peserta didik melalui tanya jawab dan diskusi. Dalam hal ini menekankan pada dialog. c. Pengajaran melalui kerja kelompok kecil kolaboratif. Pembentukan 2 atau lebih untuk mendiskusikan dan memecahkan suatu persoalan bersama.