93 … Iya, saya melihat di sekolah-sekolah itu melenceng dari yang
seharusnya, dari hakikat manusia. Menganggap bahwa anak harus dijejali dengan semua materi pengetahuan dan teknologi. Kalau
seperti itu manusia hanya dilatih dan dibentuk, seperti pemain sirkus, atlet dan militer. Tidak ada kesempatan untuk bernalar kritis. Materi
yang diberikan tidak berdasarkan konteks kehidupan. Banyak sekolah didirikan di suatu desa. Anak datang, pakai seragam, duduk
sendiko dawuh marang guru duduk menyambut guru datang. Lalu materinya sudah dibuatkan dari pusat, kayak BSNP itu. Itu kan dari
Jakarta. Nah itu menyebabkan setiap anak tidak tahu dan tidak mengenal potensi yang ada di desanya.
“ning mburi omah kae ono opo?” dibelakang rumah itu ada apa? anak tidak tahu. Jadi, kalau
di sekolah itu materinya terpisah dengan konteks kehidupan. Padahal anak bisa belajar mengembangkan potensi yang ada di desanya itu.
Saya teringat kata-kata salah tokoh seminar mengatakan bahwa sekolah kita itu menggunakan cara berpikir di mana
masih menggunakan standar kompetensi yang picik, tidak memberikan
keleluasaan kepada anak. Anak hanya menjadi objek yang dijadikan, tidak diberikan kesempatan untuk berproses menjadi. Hampir tidak
ada berproses. Anak menjadi objek sesuai standar negara. WWCAB25.04.2016.
Dari pernyataan tersebut kemudian diperkuat oleh ibu PD2 bahwa, “sebenarnya kembali ke fitrah anak, karena anak kan memiliki hal yang
prinsip kan. Ketika yang fitrah itu dikembangkan, maka akan berkembang.“ WWCPD203.05.2016. Hal tersebut sesuai dengan
pernyataan ibu PD3 bahwa alasan menggunakan pedagogi kritis adalah “biar bisa kembali kepada fitrah dirinya. Dengan berpikir kritis anak dapat
memahami hal lebih luas. Bukan hanya pada satu titik, karena dengan mereka kritis kan bisa melalang buana pikirannya. Lebih membawa
dirinya lebih
kearah yang
lebih luas
dan berkembang.
” WWCPD320.04.2016.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alasan Qaryah Thayyibah menerapkan Pedagogi Kritis Paulo Freire karena adanya rasa
94 keprihatinan pendiri Qaryah Thayyibah melihat pendidikan di sekolah-
sekolah yang menyimpang dari hakikat manusia. Sekolah belum bisa memberikan kesempatan pada peserta didik untuk bernalar kritis. Selain
itu, materi yang diberikan belum menyentuh konteks kehidupan, sehingga materi pembelajaran terpisah dengan permasalahan kehidupan.
3. Proses pembelajaran yang diterapkan dalam perspektif Pedagogi
Kritis Paulo Freire di Qaryah Thayyibah
a. Kurikulum
Kurikulum adalah serangkaian rencana pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tanpa kurikulum kegiatan
pembelajaran menjadi tidak terarah. Tetapi, tidak semua kurikulum harus dijalankan sesuai dengan apa yang telah ditetapkan. Kurikulum
yang baik adalah kurikulum yang disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik dan kebutuhan sekolah. Hal ini seperti yang dijalankan di
Qaryah Thayyibah bahwa kurikulum yang digunakan dibuat dan direncanakan bersama-sama oleh warga belajar dan pendamping.
Dalam prosesnya kurikulum bersifat fleksibel, sehingga sewaktu- waktu dapat berubah. Hal tersebut dijelaskan oleh bapak AB sebagai
pendiri Qaryah Thayyibah yaitu: Nyaris gak ada kurikulum dengan definisi konvensional. Tapi di
sini siswa buat rencana dan target sendiri. Strateginya juga dibuat sendiri. Semua dishare ke teman dan akan semakin memperkaya
karena interaksi satu sama lain. Kurikulum dibuat tiap minggu dan semester. Ya sifatnya fleksibel. Disini sangat fleksibel, ya itu
melengkapi makna kebebasan itu tadi. Hal itu yang akan menjadi kesepakatan bersama. WWCAB25.04.2016.
95 Hal tersebut senada dengan yang dikatakan oleh ibu PD2 sebagai
pendamping di Qaryah Thayyibah sebagai berikut: Bukan pendamping dan pengelola yang buat tapi dibikin bersama
siswa. Waktu berjalan dibuat dengan siswa, ada kurikulum ProMes Program Semester. Bikinnya per semester kita bikin
forum besar, kita bikin rencana besar untuk satu semester. Itu yang secara global. Kalau yang per minggunya itu setiap hari
Senin, untuk belajar apa, itu per kelas, yang per Senin itu isinya kegiatan kelas dan targetan individu. Setiap Sabtu ada evaluasi.
Jadi kita bikinnya berdasarkan kesepakatan. Dirembug bersama. Kurikulum fleksibel aja. WWCPD203.05.2016.
Kemudian pernyataan tersebut juga dikatakan oleh ibu PD1 sebagai pendamping di Qaryah Thayyibah mengatakan bahwa, “yang
buat siswa, disesuaikan kebutuhan siswa. Jadi, kurikulum itu dibuat langsung tiap hari Senin untuk kelas dan individu. Bersifat fleksibel
sih. Kurikulum semester juga ada kita kumpul bareng habis semes
teran.” WWCPD128.04.2016. Kurikulum di Qaryah Thayyibah tersebut dapat dilihat dalam
tabel sebagai berikut: Tabel 3. Kurikulum Pembelajaran Fleksibel di Qaryah Thayyibah tahun
2016
No Mata
Pelajaran Uraian
1. Tawasi Kegiatan ini merupakan aktivitas rutin yang
dilaksanakan pada akhir pembelajaran kelas. Materi pada kegiatan ini diberikan oleh perwakilan warga
belajar secara bergilir dan tema yang diberikan bebas terserah pemberi materi, baik mengenai ilmu
agama, sosial, maupun pengetahuan umum.
2. Kejar Paket B dan C
Kegiatan ini dilakukan satu bulan sebelum Ujian Nasional
UN berlangsung.
Warga belajar
diberikan fasilitas untuk belajar akademik IPA, IPS, Bahasa Inggris, Bahasa Indonesia dll dan
mencari tentor untuk dapat memberikan pemahaman mengenai pelajaran yang dipelajari. Tentor berasal
baik dari dalam maupun luar Qaryah Thayyibah.
96 Tabel 3. Lanjutan Kurikulum Pembelajaran Fleksibel di Qaryah Thayyibah
tahun 2016
No Mata
Pelajaran Uraian
3. Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter yang ditekankan di Qaryah Thayyibah
adalah kesadaran
kritis melalui
pembuatan ide setiap hari Kamis, sehingga setiap warga
belajar dapat
mengkritisi suatu
kebijakansistem dan memberikan solusi alternatif. Selain itu, pembentukan karakter kedisiplinan dan
kesopanan di Qaryah Thayyibah tetap ditekankan namun tidak memaksa.
4. Keterampilan Seni
dan Handycraft
Kegiatan ini memuat kegiatan seperti teater, sanggar, robotic, dan musik. Warga belajar dapat
memilih bidang ini dalam rangka mengembangkan bakatnya. Proses pembelajaran dimulai berdasarkan
kesepakatan bersama. Hasil dari handycraft dapat berupa karya dompet, tas dari baju bekas dan
gelang.
5. Keterampilan Perfilman
Kegiatan ini terdiri dari forum film dan QT-Doc. Forum film dilaksanakan pada hari Selasa,
sedangkan QT-Doc dilaksanakan pada hari Sabtu.
6. Keterampilan Bahasa
Kegiatan ini adalah belajar bahasa Inggris baik dalam berbicara maupun menulis. Kegiatan ini
dilaksanakan rutin seiap hari Senin.
7. Keterampilan Grafis
Kegiatan ini adalah pengembangan potensi yang terdiri dari mendesaingambar, baik desain baju,
rumah, maupun animasi komik yang dibuat oleh setiap warga belajar.
8. Menulis Fiksi Kegiatan
ini merupakan
aktivitas untuk
meningkatkan kemampuan menulis dari warga belajar. Kegiatan ini termasuk dalam forum FW
Freedom writers yang dilakukan setiap hari Selasa. Materi dan praktik yang dilakukan warga
belajar adalah membuat puisi, cerpen maupun novel.
9. Olahraga Kegiatan olahraga dilaksanakan setiap hari Jumat
yang dilaksanakan di lapangan maupun di depan gedung RC Resource Center.
10. Tafsir Al-
Quran Tafsir
Al-Quran merupakan
kegiatan yang
dilakukan setiap hari Sabtu dengan didampingi salah satu guru agama.
11. Evaluasi Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan inti dari
setiap pembelajaran di Qaryah Thayyibah dan dilaksanakan setiap hari Sabtu. Evaluasi ini terdiri
dari evaluasi individu, kelas, dan forum.