Kekuatan dan Kelemahan Konsep Conscientizacao

42 2 Instrumental input sarana prasarana, kurikulum, media, sumber belajar, pendidik, alat evaluasi. Unsur ini merupakan pendukung dalam memperlancar kegiatan pembelajaran agar terarah dan terfasilitasi. 3 Environmental input lingkungan fisik, sosial dan psikologis. Unsur ini sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak dalam pembelajaran, sehingga dibutuhkan lingkungan yang baik untuk menciptakan suasana yang nyaman. 4 Objectives output dan outcomes unsur yang terakhir ini adalah hasil dari pembelajaran. Apakah output dan outcomesnya baikburuk tergantung proses pembelajarannya. Berkaitan strategi pembelajaran, Daniel Muijs David Reynolds dalam buku Zainal Arifin Ahmad 2012: 48 mengelompokkan model strategi pembelajaran sebagai berikut: a. Pengajaran langsung. Pengajaran langsung adalah pola pembelajaran di mana pendidik terlibat aktif dalam mengusung isi pelajaran kepada peserta didik dengan mengajarkannya secara langsung di kelas. b. Pengajaran interaktif. Pola pembelajaran ini menekankan pentingnya interaksi pendidik-peserta didik melalui tanya jawab dan diskusi. Dalam hal ini menekankan pada dialog. c. Pengajaran melalui kerja kelompok kecil kolaboratif. Pembentukan 2 atau lebih untuk mendiskusikan dan memecahkan suatu persoalan bersama. 43 d. Pengajaran konstruktivis, menekankan pentingnya membantu dan memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk dapat mengonstruksikan pengetahuan yang dipelajari. e. Pengajaran untuk maksud-maksud tertentu, seperti pengajaran keterampilan berpikir, keterampilan sosial, peningkatan self esteem, pengajaran untuk peserta didik yang mengalami kesulitan belajar dan lain lain. f. Pengajaran untuk subjek tertentu, seperti pengajaran membaca, matematika, keterampilan ICT dan lain lain. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yaitu proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik dalam melakukan proses transfer ilmu pengetahuan, untuk mengembangkan peserta didik sehingga mengalami perubahan tingkah laku dari negatif ke positif agar ia lebih bermakna di lingkungannya. Pembelajaran dapat dilakukan di dalam ataupun luar ruangan. Biasanya pembelajaran dilakukan dengan berpedoman pada kurikulum sekolah yang telah ditentukan. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi terarah dan jelas tujuan yang ingin dicapai. Pembelajaran sangat terikat antara komponen yang satu dengan yang lainnya. Komponen-komponen tersebut harus ada dan tidak dapat dipisahkan. Jika salah satu komponen tidak terpenuhi, maka tidak terjadi proses pembelajaran. Selain itu, dalam menerapkan pembelajaran guru harus menyiapkan strategi penyampain materi. Hal ini dimaksudkan agar 44 pembelajaran yang disampaikan dapat dipahami dan dimaknai oleh peserta didik.

D. Kritik Pendidikan Gaya Bank

Dalam sistem “gaya bank”, dapat diketahui bahwa pendidikan diisi dengan metode ceramah dan cerita. Anak didik hanya mendengarkan semua cerita guru dan guru menjadi objek yang seolah-olah mengetahui semua ilmu pengetahuan. Paulo Freire 2013: 51 mengatakan bahwa pola pembelajaran seperti itu, melibatkan seorang subjek yang bercerita guru dan objek-objek yang patuh dan mendengarkan peserta didik. Isi pelajaran yang diceritakan, baik yang menyangkut nilai-nilai maupun segi-segi empiris dari realitas, dalam proses cerita cenderung menjadi kaku dan tidak hidup. Dengan demikian, pendidikan seperti ini pendidikan yang monoton dan tidak dinamis. Freire mengkritsi bahwa pendidikan bercerita, dengan pendidik sebagai pencerita mengarahkan peserta didik untuk menghafal apa isi pelajaran yang diceritakan. Lebih buruk lagi, peserta didik diubahnya menjadi “bejana- bejana”, wadah-wadah kosong untuk diisi oleh pendidik. Ibarat semakin penuh dia mengisi wadah-wadah itu, semakin baik pula seorang pendidik. Semakin penuh wadah-wadah itu untuk diisi semakin baik pula mereka sebagai peserta didik Paulo Freire, 2013: 51. Pendidikan seperti ini sangat mendehumanisasi manusia karena adanya suatu paksaan yang menuntut peserta didik membenarkan isi ceramah pendidik. Selain itu, pendidik tidak memberikan ruang diskusi untuk membicarakan permasalahan riil kehidupan. 45 Ibarat pendidikan menjadi sebuah kegiatan menabung, dimana para peserta didik adalah celengan dan pendidik adalah penabungnya. Dalam hal ini yang terjadi bukanlah proses komunikasi, tetapi pendidik menyampaikan pernyataan- pernyataan dan “mengisi tabungan”, peserta didik menghafal dan mengulangi apa yang dikatakan guru. Inilah konsep “gaya bank”, dimana ruang gerak yang disediakan bagi kegiatan peserta didik hanya terbatas pada menerima, mencatat, dan menyimpan. Memang benar mereka mempunyai kesempatan untuk menjadi pengumpul dan pencatat barang-barang simpanan. Namun, pada akhirnya manusia sendirilah yang disimpan karena miskinnya daya cipta, daya ubah, dan pengetahuan. Sehingga tidak mencetak manusia yang aktif dan kreatif Paulo Freire, 2013: 52. Pendidikan “gaya bank” merupakan pendidikan yang dikritik Freire karena sistemnya yang mendehumanisasi. Paulo Freire 2013: 53 mengatakan bahwa dalam konsep pendidikan “gaya bank”, pengetahuan merupakan sebuah anugerah yang dihibahkan oleh mereka yang berpengetahuan kepada mereka yang dianggap tidak memiliki pengetahuan apa-apa. Menganggap bodoh secara mutlak pada orang lain, sebuah ciri dari ideologi penindasan, karena mengingkari pendidikan dan pengetahuan sebagai proses pencarian dan pemaknaan. Dalam hal ini guru menempatkan dirinya sebagai orang yang mengetahui segala hal, dengan menganggap peserta didiknya mutlak tidak tahu apa-apa, maka dia mengukuhkan keberadaan dirinya sendiri.