Saran KESIMPULAN DAN SARAN
169 Rochmat Wahab, dkk. 2011. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Universitas
Negeri Yogyakarta: UNY Press. RukiyatiL.Andriani. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: UNY
Press. Rulam Ahmadi. 2014. Pengantar Pendidikan: Asas Filsafat Pendidikan.
Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Siti Murtiningsih. 2006. Pendidikan Alat Perlawanan: Teori Pendidikan Radikal
Paulo Freire. Magelang: Resist Book. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Bandung:
Alfabeta. ________. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Bandung:
Alfabeta. Sujarwo. 2010. Model-Model Pembelajaran:Suatu Strategi Mengajar.
Yogyakarta: Venus Gold Press. Sutari Imam Barnadib. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis.
Yogyakarta: FIP UNY. Tilaar, H.A.R. 2011. Pedagogik Kritis: Perkembangan, Substansi, dan
Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Umar Tirtarahardja, dkk. 1995. Pengantar Pendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta.
William A. Smith. 2001. Conscientizacau: Tujuan Pendidikan Paulo Freire. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Zainal Arifin Ahmad. 2012. Perencanaan Pembelajaran dari Desain Sampai Implementasi. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Th. 2003. Diakses dari http:sdm.data.kemdikbud.go.idSNPdokumenundang-undang-no-20-
tentang-sisdiknas.pdf . pada tanggal 8 Agustus 2016 pukul 08.34 WIB.
Redaksi Kawan Pustaka. 2007. UUD 1945 dan Perubahannya. Jakarta: PT Kawan Pustaka
170
Lampiran
171 Lampiran 1. Pedoman Observasi
PEDOMAN OBSERVASI
1. Alamat dan keadaan Qaryah Thayyibah
a. Alamat Qaryah Thayyibah
b. Lingkungan sekitar Qaryah Thayyibah
c. Bangunan Qaryah Thayyibah
d. Akses menuju Qaryah Thayyibah
2. Kondisi dan fasilitas yang ada di Qaryah Thayyibah
a. Sarana prasarana
b. Ruang kelas
c. Alat penunjang pembelajaran
3. Kegiatan pembelajaran di Qaryah Thayyibah
a. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan
b. Metode pembelajaran yang digunakan
c. Tahap-tahap pembelajaran berdasarkan pedagogi kritis
d. Hubungan pendamping dan warga belajar dalam pembelajaran
e. Hasil belajar warga belajar
172 Lampiran 2. Studi Dokumen
PEDOMAN DOKUMEN
1. Dokumen
a. Visi – Misi Qaryah Thayyibah
b. Hasil karya pembelajaran warga belajar di Qaryah Thayyibah
c. Data jumlah warga belajar
d. Data jumlah pendamping
e. Program semester
f. Data prestasi warga belajar di Qaryah Thayyibah
2. Dokumentasi
1. Foto a.
Gedung Qaryah Thayyibah b.
Proses Pembelajaran 2. Audio Visual
a. Kegiatan belajar mengajar di Qaryah Thayyibah
173 Lampiran 3. Pedoman Wawancara
PEDOMAN WAWANCARA A.
Ketua PembinaPengelola Qaryah Thayyibah 1.
Identitas Diri a.
Nama :
b. Jabatan
: c.
Usia :
d. Pekerjaan
: e.
Alamat :
f. Pendidikan :
2. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana sejarah berdirinya Qaryah Thayyibah?
b. Apa tujuan Qaryah Thayyibah menerapkan konsep pedagogi kritis
Paulo Freire? c.
Mengapa Qaryah Thayyibah menerapkan konsep pedagogi kritis Paulo Freire?
d. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah?
e. Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di Qaryah
Thayyibah? f.
Bagaimana kurikulum yang dijalankan di Qaryah Thayyibah? g.
Apa metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah?
174 h.
Mengapa menggunakan metode tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah?
i. Bagaimana membangun kesadaran kritis pada peserta didik di
Qaryah Thayyibah? j.
Apa saja tahapan dalam membangun kesadaran kritis di Qaryah Thayyibah?
k. Bagaimana peranan pendidik dalam memberikan pendidikan
kepada peserta didik? l.
Apa kendala yang dihadapi pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah?
m. Bagaimana hasil pembelajaran peserta didik dengan proses
pembelajaran dalam perspektif pedagogi kritis Paulo Freire? n.
Adakah perbedaan hasil pembelajaran di Qaryah Thayyibah dengan pendidikan formal lainnya?
o. Apa kriteria keberhasilan anak di Qaryah Thayyibah?
p. Bagaimana kelanjutan studi dari lulusan di Qaryah Thayyibah?
q. Apakah Qaryah Thayyibah melakukan evaluasi terhadap hasil
pembelajaran peserta didik? r.
Apakah Qaryah Thayyibah melakukan evaluasi dan pengembangan terhadap kemampuan dan kompetensi pendidik?
s. Bagaimana pembentukan karakter yang diterapkan di Qaryah
Thayyibah?
175 B.
Pendamping 1.
Identitas Diri a.
Nama :
b. Jabatan
: c.
Usia :
d. Pekerjaan
: e.
Alamat :
f. Pendidikan :
2. Pertanyaan Penelitian
a. Bagaimana sejarah berdirinya Qaryah Thayyibah?
b. Apa tujuan Qaryah Thayyibah menerapkan konsep pedagogi kritis
Paulo Freire? c.
Mengapa Qaryah Thayyibah menerapkan konsep pedagogi kritis Paulo Freire?
d. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah?
e. Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di Qaryah
Thayyibah? f.
Bagaimana kurikulum yang dijalankan di Qaryah Thayyibah? g.
Apa metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah?
h. Mengapa menggunakan metode tersebut dalam pelaksanaan
pembelajaran di Qaryah Thayyibah?
176 i.
Bagaimana membangun kesadaran kritis pada peserta didik di Qaryah Thayyibah?
j. Apa saja tahapan dalam membangun kesadaran kritis di Qaryah
Thayyibah? k.
Bagaimana peranan pendidik dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik?
l. Apa kendala yang dihadapi pendidik dalam pelaksanaan
pembelajaran di Qaryah Thayyibah? m.
Bagaimana hasil pembelajaran peserta didik dengan proses pembelajaran dalam perspektif pedagogi kritis Paulo Freire?
n. Adakah perbedaan hasil pembelajaran di Qaryah Thayyibah dengan
pendidikan formal lainnya? o.
Apa kriteria keberhasilan anak di Qaryah Thayyibah? p.
Bagaimana kelanjutan studi dari lulusan di Qaryah Thayyibah? q.
Apakah Qaryah Thayyibah melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran peserta didik?
r. Apakah Qaryah Thayyibah melakukan evaluasi dan pengembangan
terhadap kemampuan dan kompetensi pendidik? s.
Bagaimana pembentukan karakter yang diterapkan di Qaryah Thayyibah?
C. Orang Tua
1. Identitas Diri
a. Nama
:
177 b.
Jabatan :
c. Usia
: d.
Pekerjaan :
e. Alamat
: f.
Pendidikan : 2.
Pertanyaan Penelitian a.
Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah?
b. Mengapa menyekolahkan anak anda di Qaryah Thayyibah?
c. Apa kendala yang dihadapi peserta didik dalam pelaksanaan
pembelajaran di Qaryah Thayyibah? d.
Bagaimana hasil pembelajaran peserta didik dengan proses pembelajaran dalam perspektif pendidikan kritis Paulo Freire?
D. Warga Belajar
1. Identitas Diri
a. Nama
: b.
Kelas :
c. Usia
: d.
Alamat :
e. Pendidikan
: 2.
Pertanyaan Penelitian a.
Apakah peserta didik senang belajar di Qaryah Thayyibah? Apa alasannya?
178 b.
Apa yang peserta didik harapkan di Qaryah Thayyibah? c.
Apa cita-cita peserta didik yang ingin digapai? d.
Apa pelajaran yang disenangi peserta didik di Qaryah Thayyibah? e.
Metode pembelajaran yang seperti apa yang peserta didik senangi? f.
Bagaimana pandangan peserta didik tentang pendamping di Qaryah Thayyibah?
g. Apa kriteria pendamping yang baik di Qaryah Thayyibah?
h. Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di Qaryah
Thayyibah? i.
Bagaimana kurikulum yang dijalankan di Qaryah Thayyibah? j.
Apa kendala yang dihadapi peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah?
k. Bagaimana hasil pembelajaran peserta didik dengan proses
pembelajaran dalam perspektif pedagogi kritis Paulo Freire?
179 Lampiran 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi
Kisi-kisi Pedoman Observasi
No. Aspek yang diamati Indikator yang dicari
Sumber data 1.
Alamat dan keadaan Qaryah Thayyibah
1. Lingkungan
sekitar Qaryah Thayyibah.
2. Bangunan sekitar Qaryah
Thayyibah. 3.
Masyarakat yang ada di sekitar
Qaryah Thayyibah.
1. Pengamatan
peneliti
No. Aspek yang diamati
Indikator yang dicari Sumber data
2. Kondisi dan fasilitas di
Qaryah Thayyibah 1.
Keadaan ruang kelas. 2.
Sarana penunjang
pembelajaran. 1.
Pengamatan peneliti
No. Aspek yang diamati
Indikator yang dicari Sumber data
3 Kegiatan pembelajaran
1. Situasi pembelajaran
2. Pelaksanaantahap
pembelajaran: a.
Honoring Their World Guru melibatkan siswa dalam
pemecahan masalah yang telah dipesararoleh dari pengalaman
hidup.
b. Sharing the Experience
Guru dan siswa saling berbagi pengalaman, membagi perasaan
dan merefleksikannya.
c. Connecting Their World to
the Concept Guru
menghubungkan antara
pengalaman yang dirasakan siswa dengan konsep pembelajaran yang
dilakukan.
d. Dialoging Together
1. Pengamat
an peneliti
180 Siswa
dan guru
berkumpul mencari
pembuktian dan
memecahkan masalah bersama. e.
Practicing the Concept Guru memberikan kesempatan
pada siswa untuk mempraktikkan konsep yang telah didiskusikan.
f. Connecting Word to World
Guru mengajak siswa untuk menemukan solusi alternatif dan
jalan baru untuk digunakan dalam kehidupannya.
g. Assessing Transformation
Guru dan siswa merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang
telah dilakukan.
h. Acknowledging
Transformation Guru
dan siswa
merayakan pembelajaran baru yang siap
dipresentasikan, dipamerkan atau bentuk demonstrasi lain.
3. Hasil Belajar
a. Karya Nyata
b. Kepribadian warga belajar
181 Lampiran 5. Kisi-kisi Pedoman Wawancara
Kisi-kisi Pedoman Wawancara
No. Aspek yang dikaji
Indikator yang dicari Sumber data
1. Penyelenggaraan
Qaryah Thayyibah
Pemahaman tentang konsep pembelajaran
di Qaryah Thayyibah
Ketua Pengelola
Pendamping
Warga Belajar
Orang tua 2.
Sistem pembelajaran di Qaryah Thayyibah
a. Pelaksanaan
Proses pembelajaran
Kegiatan
pembelajaran warga belajar
Prestasi
warga belajar
b. Pengelolaan
Pendamping
Sarana dan prasarana
c. Evaluasi
Monitoringevaluasi
pembelajaran
Pengembangan kompetensi
pendamping
Ketua Pengelola
Pendamping
Warga Belajar
3. Kendala
dalam pelaksanaan
pembelajaran
Faktor internal
Faktor eksternal
Ketua Pengelola
Pendamping
Warga Belajar
182 Lampiran 6. Analisis Triangulasi Sumber
CONTOH TRIANGULASI SUMBER HASIL WAWANCARA A.
Sejarah Berdirinya Qaryah Thayyibah Nama
Transkip Reduksi Data
Kesimpulan
AB25.04.2016 PendiriKetua
Pembina Yayasan
Pendidikan Qaryah
Thayyibah Indonesia
Pada tahun 1999 berdiri Serikat Paguyuban Petani QT SPP-
QT. Serikat Paguyuban Petani SPP-QT itu organisasi berprinsip
civil society berbasis petani yang membernya itu paguyuban petani.
Paguyuban petani itu CSO Civil Society Organisation petani level
desa. Lalu kalau berbicara indikator desa yang berdaya, mesti ada
lembaga pendidikan yang berada di desa.
Terus kita
menginisiasi komunitas belajar ini mestinya
untuk melengkapi
gerakan pemberdayaan
di desa.
Nanti dipayungi oleh paguyuban petani.
Jadi, komunitas belajar ini dibawah paguyuban
petani. Makanya
namanya Qaryah Thayyibah QT Sejarah
berdirinya pendidikan kesetaraan Qaryah
Thayyibah adalah
dimulai dengan
pendirian Serikat
Paguyuban Petani
Qaryah Thayyibah SPP-QT pada tahun
1999. Organisasi ini berprinsip civil society yang terdiri dari
paguyuban
petani Qaryah
Thayyibah. Jika berbicara indikator
desa, maka terdapat lembaga pendidikan yang berada di desa.
Serikat Paguyuban
ini menginisiasi untuk mendirikan
komunitas belajar dalam rangka melengkapi
gerakan pemberdayaan desa.
Komunitas ini didirikan pada tahun 2003 yang kemudian
Berdasarkan beberapa
pendapat dari narasumber, dapat disimpulkan
bahwa awal
berdirinya Qaryah Thayyibah ini dimulai dari pendirian Serikat
Paguyuban Petani-Qaryah
Thayyibah SPP-QT pada tahun 1999 yang merupakan Lembaga
Swadaya Masyarakat LSM di daerah Kalibening, Salatiga.
Dalam struktur organisasi di LSM ini terdapat divisi
pendidikan yang bertujuan untuk menggagas dunia pendidikan.
Pada
waktu itu,
pak AB
menjabat sebagai ketua RW dan ia merasakan keresahan dalam
dunia pendidikan di Indonesia.
Pada awalnya, pak AB ingin
menyekolahkan putra
183 artinya adalah desa yang indah.
Tahun 2003 baru berdiri komunitas belajar. Lalu, akhirnya
kita cantolkan
ke program
kesetaraan. Jadi
ada program
kesetaran dari negarapemerintah yaitu Pendidikan Non Formal
PNF. Sehingga komunitas belajar ini disetarakan dengan tingkat
kelas SMP-SMA atau setara dengan program paket A dan paket B.
Karena nantinya lebih berkonsep Community
Based Education
CBE, sehingga penamaannya ya komunitas.
Maunya awalnya
dari sekelompok komunitas belajar yang
sama-sama mau belajar gitu. Ya tahun 2003 memang berdasarkan
atas kesepakatan 12 keluarga untuk mendirikan komunitas ini. Awal
dulu yang mendaftar 12 peserta didik dari keluarga peserta didik
yang
menyepakati berdirinya
komunitas ini. Terus sekarang bertambah menjadi 34 peserta
didik. dikenal
dengan Komunitas
Belajar Qaryah
Thayyibah KBQT. Kemudian komunitas
ini diikutkan dalam program pendidikan
kesetaraan yang
diselenggarakan oleh
pemerintah, yakni
program paket A dan B setara dengan
tingkat kelas SMP dan SMA. Lembaga ini dinamakan
komunitas karena kurikulum yang digunakan berbasis pada
Community Based Education CBE. Pada awal berdirinya
komunitas ini hanya terdiri dari 12 warga belajar dari keluarga
yang menyepakati berdirinya komunitas
ini. Seiring
berkembangnya, jumlah warga belajar bertambah menjadi 34
orang. pertama di SMP formal, namun
terdapat kendala
dalam pembiayaan. Lalu ia berinisiatif
untuk mendirikan
sekolah sendiri
yang murah
dan berkualitas.
Pak AB
lalu mengajak para paguyuban petani
dan orang tua yang terkendala biaya
dalam menyekolahkan
anaknya, untuk membahas dan mendirikan lembaga pendidikan
sendiri. Jumlah orang tua yang hadir pada saat itu adalah 30
orang.
Dari jumlah orang tua yang hadir terdapat 12 orang tua
yang menyepakati
untuk mendirikan lembaga pendidikan.
Pak AB beserta 12 orang tua tersebut mendirikan komunitas
belajar yang murah di desanya.
Pada tahun 2003 didirikan Komunitas
Belajar Qaryah
Thayyibah KBQT
yang berbasis pada Community Based
Education CBE,
sehingga penamaannya komunitas. Pada
184 awal
tahun, komunitas
ini menjadi Pendidikan Alternatif-
Qaryah Thayyibah
PA-QT yang menginduk di sekolah
formal, sehingga
kurikulum secara nasional sama, namun
seiring perkembangannya
komunitas ini memisahkan diri dari sekolah formal.
Qaryah Thayyibah
memisahkan diri dari sekolah formal
karena banyaknya
tuntutan yang harus dipenuhi dalam pembelajaran komunitas
ini menjadi program Pendidikan Kesetaraan setara dengan tingkat
SMP-SMA atau setara dengan program paket A dan paket B.
Qaryah Thayyibah
menekankan kemerdekaan
peserta didik dalam belajar dan mengembalikan
fitrah anak
sebagai manusia.
Basis pembelajarannya
adalah kreativitas pencarian jati diri dan
pendidikan kritis. PD128.04.2016
Pendamping Pertama kali pak AB berada
di SPP-QT Serikat Paguyuban Petani-Qaryah Thayyibah. Pak
AB berpikiran masyarakat harus berdaya, berdaulat, berdikari dan
harus punya jati diri. Artinya masyarakat harus mengolah sumber
daya manusia sendiri, karena itu milik kita dan banyak kearifan
lokal yang perlu dilestraikan.
Terus pemberdayaan-
pemberdayaan di sini kan hampir gak ada ibu-ibu yang nganggur
karena semua diberdayakan. Ya dulu sempet dikampanyekan, ya
kita sebagai perempuan tidak hanya di dapur. Kan di serikat ada divisi
pemberdayaan perempuan.
Pendirian SPP-QT
1999 mengalami
perkembangan dan
salah satunya, pak AB menggagas Awal berdirinya Qaryah
Thayyibah adalah
dengan tergabungnya pak AB di SPP-
QT Serikat Paguyuban Petani- Qaryah Thayyibah. Pak AB
berpikiran
masyarakat harus
berdaya, berdaulat, berdikari dan harus mempunyai jati diri.
Artinya, masyarakat harus mengolah sumber daya manusia
sendiri, karena itu milik kita dan banyak kearifan lokal yang perlu
dilestraikan.
Pendirian SPP-QT 1999 mengalami perkembangan dan
salah satunya,
pak AB
menggagas pendidikan. Pada tahun 2003 jaringan
internet masih langka di desa Kalibening,
Salatiga. Pada
akhirnya komunitas
Qaryah
185 pendidikan.
Siswa kan
harus dididik sejak dini. Termasuk aku
peserta didik
pertama. ya
masyarakat banyak yang gabung disini. Tahun 2003 itu internet
masih langka di sini. Daya tariknya itu dulu, itu internet 24 jam, dulu
masih jadi satu sama kantornya terus
menggagas pendidikan
akhirnya disupport dari pak RR indonet. Jadi bisa mendapatkan
internet terus. Nah dulu sampai disebut salah satu internet yang
masuk pertama kali di pendidikan, yang kedua itu UKSW. Dan
akhirnya pendidikan digagas kalau sebenarnya
kita lebih
butuh jaringan ketimbang gedung. Kita
punya internet dapat mengakses secara luas dan daya pikir yang
luas. Dan bahwa kita belajar dangan kurikulum, nanti pengayaan
bisa dari internet.
Lalu, mulai dikembalikan pada
pendidikan yang
pada umumnya, dulu penerapannya kita
berbasis kebutuhan. Dulu namanya Thayyibah disupport jaringan
internet dari pak RR, salah satu pengusaha indonet di Salatiga.
Qaryah Thayyibah
memiliki internet sehingga dapat mengakses
informasi dan
pengetahuan secara
luas. Jaringan internet ini digunakan
warga belajar sebagai sumber pengayaan.
Qaryah Thayyibah
merupakan komunitas belajar yang
kurikulumnya berbasis
pada kebutuhan. Pada awalnya sekolah ini ingin diberi nama
sekolah unggulan, namun dirasa kurang baik, sehingga diberi
nama sekolah alternatif.
Pada awalnya, sekolah ini masih menginduk di sekolah
formal, sehingga
kurikulum yang
digunakan kurikulum
nasional. Semua siswa masih mengobsesikan
bahwa nilai
setiap siswa harus sama. Pada
akhirnya banyak
siswa yang berpikir kenapa
186 mau
dinamain unggulan
tapi dipikirkan
lagi, kenapa
harus unggulan?
Trus kita
namain alternatif aja. Kita dulu obsesinya
nilai itu harus sama. Dulu kita masih nginduk di sekolah formal,
jadi kurikulum sama nasional.
Terus kita mikir kenapa kita harus kejar-kejaran nilai? Saingan
nilai? Pada akhirnya diroibu. Kalau misal mau belajar geografi, kita
belajar sumur serapan. Kita ke rumah warga. Kalau kesehatan ya
cari jentik-jentik nyamuk. Kalau IPA di sawah bedah katak gitu.
Terus
ada terobosan
lagi pendidikan
yang tidak
hanya dikelas tapi alam pun bisa buat
blajar. Berangkat
dari siswa
semakin banyak dan pendamping makin dikit. Karena dulu murah
dan gak pake seragam. Maka banyak siswa yang daftar sendiri.
Itu tahun ketiga, akhirnya kelas ditiadakan. Tapi Akhirnya
pak AB punya idealisme sendiri bahwa siswa mulai dibiarkan dan
untuk belajar harus berkejar- kejaran nilai? Saingan nilai? Hal
itu menyebabkan
konsep pembelajaran
di Qaryah
Thayyibah diroibu. Kemudian ada terobosan
peroibuan pembelajaran lagi. Bahwa
pembelajaran tidak
hanya di kelas tetapi alam pun bisa dijadikan sumber belajar.
Jumlah peserta didik yang mendaftar
semakin banyak,
karena sekolah ini murah dan tidak memakai seragam. Jadi,
banyak peserta
didik yang
mendaftar sendiri. Pada
tahun ketiga,
akhirnya kelas ditiadakan. Tetapi akhirnya pak AB memiliki
idealisme sendiri bahwa peserta didik mulai dibebaskan dan
diberikan kemerdekaan untuk belajar. Setiap peserta didik
mulai belajar mengenali dirinya, apa keinginannya dan apa yang
akan dilakukan.
Ketika peserta didik telah
187 merdeka dari belajar. Dan aku
mulai berpikir aku ini siapa aku punya apa gitu. Aku mau kemana
gitu. Terus tahu aku pengen kepenulisan. Begitu aku dibebaskan
aku berpikir aku mau fokus dimana ya.
Terus SMA
pak AB
memandatkan kita untuk membuat konsepan belajar. Yaudah belajar di
rumah-rumah tapi pusat belajar tetap
di sini.
Sebenarnya menyenangkan sih karena uang
buat gedung jadi dialirkan ke rumah-rumah, dan pengen ngonsep
rumah jadi tempat belajar. Ternyata gak efektif karena begitu ada yang
keluar dari arena sekolah, adek- adek tuh jadi tidak kondusif.
Akhirnya kita kembali ke sini.
Itu ada perubahan ketika aku udah ikut UAN. Ketika kita melihat
proses UAN,
kita berpikiran
mengambil kesimpulan sebenarnya kita gak usah UAN tuh gakpapa
gitu. Karena pertama, dana dari yang dikucurkan pemerintah itu
menemukan dirinya, ia mulai mengenali potensi yang ada
dalam diri. Kemudian peserta didik
dibebaskan untuk
mengembangkan potensinya. Pada waktu SMA, pak AB
memberikan mandat
kepada warga belajar untuk membuat
konsepan belajar. Konsep yang dibuat adalah belajar di rumah-
rumah peserta didik secara bergantian.
Tetapi pusat
pembelajarannya tetap di gedung Resource Center RC.
Seiring berjalannya waktu ternyata konsep tersebut tidak
efektif, karena menjadi tidak kondusif. Akhirnya para warga
belajar kembali ke gedung RC.
Konsep pembelajaran
tersebut dirubah ketika warga belajar melihat proses UAN,
mereka menarik
kesimpulan bahwa sebenarnya mereka tidak
mengikuti UAN tidak apa-apa, karena
setiap siswa
akan berlomba-lomba untuk lulus.
188 banyak banget, dan hasilnya pun
gak seberapa gitu. Walaupun itu kepentingan
untuk ijasah, dan penting untuk kelanjutan studi. Tapi dinilai dari
segi pendidikan itu gak ada. Karna gini, siswa itu akan berlomba-
lomba untuk lulus. Kalau gak lulus kan malu. Jadi kayak dipressure.
Guru pun ditekan juga kayak gitu, siswa kalo gak lulus akan merasa
malu.
Sebenarnya secara logika itu kan dijadikan pemerataan disuatu
daerah. Harusnya dijadikan sebagai semacam kuesioner aja. Jangan
dijadikan
suatu momok
yang menakutkan. Sampai ada yang
bunuh diri kan itu gak penting. Nah kita banyak diatur waktu itu, ya
sama sih kalau ikut UAN ada syaratnya kayak formal. Nah,
karena banyak tuntutan maka kami memisahkan diri dari induk sekolah
formal itu tahun 2006.
Tahun 2007 kita ikut paket karena lebih ringan dari situ
Kalau tidak
lulus akan
memaluksn. Guru pun ditekan, jika peserta didiknya tidak lulus
maka sekolah akan merasa malu.
Dari beberapa sebab di atas,
adanya tuntutan
dari sekolah formal, maka Qaryah
Thayyibah memisahkan diri dari induk sekolah formal pada tahun
2006.
Pada tahun
2007 komunitas ini berganti menjadi
pendidikan kesetaraan paket A dan B. Dengan pendidikan
kesetaraan basisnya kreativitas pencarian
jati diri
dan pendidikan kritis.
189 dimulai.
Dengan pendidikan
kesetaraan basisnya
kreativitas pencarian jati diri dan pendidikan
kritis.