Saran KESIMPULAN DAN SARAN

169 Rochmat Wahab, dkk. 2011. Pedoman Penulisan Tugas Akhir. Universitas Negeri Yogyakarta: UNY Press. RukiyatiL.Andriani. 2015. Mengenal Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: UNY Press. Rulam Ahmadi. 2014. Pengantar Pendidikan: Asas Filsafat Pendidikan. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media. Siti Murtiningsih. 2006. Pendidikan Alat Perlawanan: Teori Pendidikan Radikal Paulo Freire. Magelang: Resist Book. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta. ________. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan RD. Bandung: Alfabeta. Sujarwo. 2010. Model-Model Pembelajaran:Suatu Strategi Mengajar. Yogyakarta: Venus Gold Press. Sutari Imam Barnadib. 1986. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: FIP UNY. Tilaar, H.A.R. 2011. Pedagogik Kritis: Perkembangan, Substansi, dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT Rineka Cipta. Umar Tirtarahardja, dkk. 1995. Pengantar Pendidikan.Jakarta: PT Rineka Cipta. William A. Smith. 2001. Conscientizacau: Tujuan Pendidikan Paulo Freire. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Zainal Arifin Ahmad. 2012. Perencanaan Pembelajaran dari Desain Sampai Implementasi. Yogyakarta: Pustaka Insan Madani. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Th. 2003. Diakses dari http:sdm.data.kemdikbud.go.idSNPdokumenundang-undang-no-20- tentang-sisdiknas.pdf . pada tanggal 8 Agustus 2016 pukul 08.34 WIB. Redaksi Kawan Pustaka. 2007. UUD 1945 dan Perubahannya. Jakarta: PT Kawan Pustaka 170 Lampiran 171 Lampiran 1. Pedoman Observasi PEDOMAN OBSERVASI 1. Alamat dan keadaan Qaryah Thayyibah a. Alamat Qaryah Thayyibah b. Lingkungan sekitar Qaryah Thayyibah c. Bangunan Qaryah Thayyibah d. Akses menuju Qaryah Thayyibah 2. Kondisi dan fasilitas yang ada di Qaryah Thayyibah a. Sarana prasarana b. Ruang kelas c. Alat penunjang pembelajaran 3. Kegiatan pembelajaran di Qaryah Thayyibah a. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan b. Metode pembelajaran yang digunakan c. Tahap-tahap pembelajaran berdasarkan pedagogi kritis d. Hubungan pendamping dan warga belajar dalam pembelajaran e. Hasil belajar warga belajar 172 Lampiran 2. Studi Dokumen PEDOMAN DOKUMEN 1. Dokumen a. Visi – Misi Qaryah Thayyibah b. Hasil karya pembelajaran warga belajar di Qaryah Thayyibah c. Data jumlah warga belajar d. Data jumlah pendamping e. Program semester f. Data prestasi warga belajar di Qaryah Thayyibah 2. Dokumentasi 1. Foto a. Gedung Qaryah Thayyibah b. Proses Pembelajaran 2. Audio Visual a. Kegiatan belajar mengajar di Qaryah Thayyibah 173 Lampiran 3. Pedoman Wawancara PEDOMAN WAWANCARA A. Ketua PembinaPengelola Qaryah Thayyibah 1. Identitas Diri a. Nama : b. Jabatan : c. Usia : d. Pekerjaan : e. Alamat : f. Pendidikan : 2. Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana sejarah berdirinya Qaryah Thayyibah? b. Apa tujuan Qaryah Thayyibah menerapkan konsep pedagogi kritis Paulo Freire? c. Mengapa Qaryah Thayyibah menerapkan konsep pedagogi kritis Paulo Freire? d. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah? e. Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah? f. Bagaimana kurikulum yang dijalankan di Qaryah Thayyibah? g. Apa metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah? 174 h. Mengapa menggunakan metode tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah? i. Bagaimana membangun kesadaran kritis pada peserta didik di Qaryah Thayyibah? j. Apa saja tahapan dalam membangun kesadaran kritis di Qaryah Thayyibah? k. Bagaimana peranan pendidik dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik? l. Apa kendala yang dihadapi pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah? m. Bagaimana hasil pembelajaran peserta didik dengan proses pembelajaran dalam perspektif pedagogi kritis Paulo Freire? n. Adakah perbedaan hasil pembelajaran di Qaryah Thayyibah dengan pendidikan formal lainnya? o. Apa kriteria keberhasilan anak di Qaryah Thayyibah? p. Bagaimana kelanjutan studi dari lulusan di Qaryah Thayyibah? q. Apakah Qaryah Thayyibah melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran peserta didik? r. Apakah Qaryah Thayyibah melakukan evaluasi dan pengembangan terhadap kemampuan dan kompetensi pendidik? s. Bagaimana pembentukan karakter yang diterapkan di Qaryah Thayyibah? 175 B. Pendamping 1. Identitas Diri a. Nama : b. Jabatan : c. Usia : d. Pekerjaan : e. Alamat : f. Pendidikan : 2. Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana sejarah berdirinya Qaryah Thayyibah? b. Apa tujuan Qaryah Thayyibah menerapkan konsep pedagogi kritis Paulo Freire? c. Mengapa Qaryah Thayyibah menerapkan konsep pedagogi kritis Paulo Freire? d. Apa saja kegiatan yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah? e. Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah? f. Bagaimana kurikulum yang dijalankan di Qaryah Thayyibah? g. Apa metode yang digunakan dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah? h. Mengapa menggunakan metode tersebut dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah? 176 i. Bagaimana membangun kesadaran kritis pada peserta didik di Qaryah Thayyibah? j. Apa saja tahapan dalam membangun kesadaran kritis di Qaryah Thayyibah? k. Bagaimana peranan pendidik dalam memberikan pendidikan kepada peserta didik? l. Apa kendala yang dihadapi pendidik dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah? m. Bagaimana hasil pembelajaran peserta didik dengan proses pembelajaran dalam perspektif pedagogi kritis Paulo Freire? n. Adakah perbedaan hasil pembelajaran di Qaryah Thayyibah dengan pendidikan formal lainnya? o. Apa kriteria keberhasilan anak di Qaryah Thayyibah? p. Bagaimana kelanjutan studi dari lulusan di Qaryah Thayyibah? q. Apakah Qaryah Thayyibah melakukan evaluasi terhadap hasil pembelajaran peserta didik? r. Apakah Qaryah Thayyibah melakukan evaluasi dan pengembangan terhadap kemampuan dan kompetensi pendidik? s. Bagaimana pembentukan karakter yang diterapkan di Qaryah Thayyibah? C. Orang Tua 1. Identitas Diri a. Nama : 177 b. Jabatan : c. Usia : d. Pekerjaan : e. Alamat : f. Pendidikan : 2. Pertanyaan Penelitian a. Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah? b. Mengapa menyekolahkan anak anda di Qaryah Thayyibah? c. Apa kendala yang dihadapi peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah? d. Bagaimana hasil pembelajaran peserta didik dengan proses pembelajaran dalam perspektif pendidikan kritis Paulo Freire? D. Warga Belajar 1. Identitas Diri a. Nama : b. Kelas : c. Usia : d. Alamat : e. Pendidikan : 2. Pertanyaan Penelitian a. Apakah peserta didik senang belajar di Qaryah Thayyibah? Apa alasannya? 178 b. Apa yang peserta didik harapkan di Qaryah Thayyibah? c. Apa cita-cita peserta didik yang ingin digapai? d. Apa pelajaran yang disenangi peserta didik di Qaryah Thayyibah? e. Metode pembelajaran yang seperti apa yang peserta didik senangi? f. Bagaimana pandangan peserta didik tentang pendamping di Qaryah Thayyibah? g. Apa kriteria pendamping yang baik di Qaryah Thayyibah? h. Bagaimana proses pembelajaran yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah? i. Bagaimana kurikulum yang dijalankan di Qaryah Thayyibah? j. Apa kendala yang dihadapi peserta didik dalam pelaksanaan pembelajaran di Qaryah Thayyibah? k. Bagaimana hasil pembelajaran peserta didik dengan proses pembelajaran dalam perspektif pedagogi kritis Paulo Freire? 179 Lampiran 4. Kisi-kisi Pedoman Observasi Kisi-kisi Pedoman Observasi No. Aspek yang diamati Indikator yang dicari Sumber data 1. Alamat dan keadaan Qaryah Thayyibah 1. Lingkungan sekitar Qaryah Thayyibah. 2. Bangunan sekitar Qaryah Thayyibah. 3. Masyarakat yang ada di sekitar Qaryah Thayyibah. 1. Pengamatan peneliti No. Aspek yang diamati Indikator yang dicari Sumber data 2. Kondisi dan fasilitas di Qaryah Thayyibah 1. Keadaan ruang kelas. 2. Sarana penunjang pembelajaran. 1. Pengamatan peneliti No. Aspek yang diamati Indikator yang dicari Sumber data 3 Kegiatan pembelajaran 1. Situasi pembelajaran 2. Pelaksanaantahap pembelajaran: a. Honoring Their World Guru melibatkan siswa dalam pemecahan masalah yang telah dipesararoleh dari pengalaman hidup. b. Sharing the Experience Guru dan siswa saling berbagi pengalaman, membagi perasaan dan merefleksikannya. c. Connecting Their World to the Concept Guru menghubungkan antara pengalaman yang dirasakan siswa dengan konsep pembelajaran yang dilakukan. d. Dialoging Together 1. Pengamat an peneliti 180 Siswa dan guru berkumpul mencari pembuktian dan memecahkan masalah bersama. e. Practicing the Concept Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk mempraktikkan konsep yang telah didiskusikan. f. Connecting Word to World Guru mengajak siswa untuk menemukan solusi alternatif dan jalan baru untuk digunakan dalam kehidupannya. g. Assessing Transformation Guru dan siswa merefleksikan dan mengevaluasi pembelajaran yang telah dilakukan. h. Acknowledging Transformation Guru dan siswa merayakan pembelajaran baru yang siap dipresentasikan, dipamerkan atau bentuk demonstrasi lain. 3. Hasil Belajar a. Karya Nyata b. Kepribadian warga belajar 181 Lampiran 5. Kisi-kisi Pedoman Wawancara Kisi-kisi Pedoman Wawancara No. Aspek yang dikaji Indikator yang dicari Sumber data 1. Penyelenggaraan Qaryah Thayyibah  Pemahaman tentang konsep pembelajaran di Qaryah Thayyibah  Ketua Pengelola  Pendamping  Warga Belajar  Orang tua 2. Sistem pembelajaran di Qaryah Thayyibah a. Pelaksanaan  Proses pembelajaran  Kegiatan pembelajaran warga belajar  Prestasi warga belajar b. Pengelolaan  Pendamping  Sarana dan prasarana c. Evaluasi  Monitoringevaluasi pembelajaran  Pengembangan kompetensi pendamping  Ketua Pengelola  Pendamping  Warga Belajar 3. Kendala dalam pelaksanaan pembelajaran  Faktor internal  Faktor eksternal  Ketua Pengelola  Pendamping  Warga Belajar 182 Lampiran 6. Analisis Triangulasi Sumber CONTOH TRIANGULASI SUMBER HASIL WAWANCARA A. Sejarah Berdirinya Qaryah Thayyibah Nama Transkip Reduksi Data Kesimpulan AB25.04.2016 PendiriKetua Pembina Yayasan Pendidikan Qaryah Thayyibah Indonesia Pada tahun 1999 berdiri Serikat Paguyuban Petani QT SPP- QT. Serikat Paguyuban Petani SPP-QT itu organisasi berprinsip civil society berbasis petani yang membernya itu paguyuban petani. Paguyuban petani itu CSO Civil Society Organisation petani level desa. Lalu kalau berbicara indikator desa yang berdaya, mesti ada lembaga pendidikan yang berada di desa. Terus kita menginisiasi komunitas belajar ini mestinya untuk melengkapi gerakan pemberdayaan di desa. Nanti dipayungi oleh paguyuban petani. Jadi, komunitas belajar ini dibawah paguyuban petani. Makanya namanya Qaryah Thayyibah QT Sejarah berdirinya pendidikan kesetaraan Qaryah Thayyibah adalah dimulai dengan pendirian Serikat Paguyuban Petani Qaryah Thayyibah SPP-QT pada tahun 1999. Organisasi ini berprinsip civil society yang terdiri dari paguyuban petani Qaryah Thayyibah. Jika berbicara indikator desa, maka terdapat lembaga pendidikan yang berada di desa. Serikat Paguyuban ini menginisiasi untuk mendirikan komunitas belajar dalam rangka melengkapi gerakan pemberdayaan desa. Komunitas ini didirikan pada tahun 2003 yang kemudian Berdasarkan beberapa pendapat dari narasumber, dapat disimpulkan bahwa awal berdirinya Qaryah Thayyibah ini dimulai dari pendirian Serikat Paguyuban Petani-Qaryah Thayyibah SPP-QT pada tahun 1999 yang merupakan Lembaga Swadaya Masyarakat LSM di daerah Kalibening, Salatiga. Dalam struktur organisasi di LSM ini terdapat divisi pendidikan yang bertujuan untuk menggagas dunia pendidikan. Pada waktu itu, pak AB menjabat sebagai ketua RW dan ia merasakan keresahan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pada awalnya, pak AB ingin menyekolahkan putra 183 artinya adalah desa yang indah. Tahun 2003 baru berdiri komunitas belajar. Lalu, akhirnya kita cantolkan ke program kesetaraan. Jadi ada program kesetaran dari negarapemerintah yaitu Pendidikan Non Formal PNF. Sehingga komunitas belajar ini disetarakan dengan tingkat kelas SMP-SMA atau setara dengan program paket A dan paket B. Karena nantinya lebih berkonsep Community Based Education CBE, sehingga penamaannya ya komunitas. Maunya awalnya dari sekelompok komunitas belajar yang sama-sama mau belajar gitu. Ya tahun 2003 memang berdasarkan atas kesepakatan 12 keluarga untuk mendirikan komunitas ini. Awal dulu yang mendaftar 12 peserta didik dari keluarga peserta didik yang menyepakati berdirinya komunitas ini. Terus sekarang bertambah menjadi 34 peserta didik. dikenal dengan Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah KBQT. Kemudian komunitas ini diikutkan dalam program pendidikan kesetaraan yang diselenggarakan oleh pemerintah, yakni program paket A dan B setara dengan tingkat kelas SMP dan SMA. Lembaga ini dinamakan komunitas karena kurikulum yang digunakan berbasis pada Community Based Education CBE. Pada awal berdirinya komunitas ini hanya terdiri dari 12 warga belajar dari keluarga yang menyepakati berdirinya komunitas ini. Seiring berkembangnya, jumlah warga belajar bertambah menjadi 34 orang. pertama di SMP formal, namun terdapat kendala dalam pembiayaan. Lalu ia berinisiatif untuk mendirikan sekolah sendiri yang murah dan berkualitas. Pak AB lalu mengajak para paguyuban petani dan orang tua yang terkendala biaya dalam menyekolahkan anaknya, untuk membahas dan mendirikan lembaga pendidikan sendiri. Jumlah orang tua yang hadir pada saat itu adalah 30 orang. Dari jumlah orang tua yang hadir terdapat 12 orang tua yang menyepakati untuk mendirikan lembaga pendidikan. Pak AB beserta 12 orang tua tersebut mendirikan komunitas belajar yang murah di desanya. Pada tahun 2003 didirikan Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah KBQT yang berbasis pada Community Based Education CBE, sehingga penamaannya komunitas. Pada 184 awal tahun, komunitas ini menjadi Pendidikan Alternatif- Qaryah Thayyibah PA-QT yang menginduk di sekolah formal, sehingga kurikulum secara nasional sama, namun seiring perkembangannya komunitas ini memisahkan diri dari sekolah formal. Qaryah Thayyibah memisahkan diri dari sekolah formal karena banyaknya tuntutan yang harus dipenuhi dalam pembelajaran komunitas ini menjadi program Pendidikan Kesetaraan setara dengan tingkat SMP-SMA atau setara dengan program paket A dan paket B. Qaryah Thayyibah menekankan kemerdekaan peserta didik dalam belajar dan mengembalikan fitrah anak sebagai manusia. Basis pembelajarannya adalah kreativitas pencarian jati diri dan pendidikan kritis. PD128.04.2016 Pendamping Pertama kali pak AB berada di SPP-QT Serikat Paguyuban Petani-Qaryah Thayyibah. Pak AB berpikiran masyarakat harus berdaya, berdaulat, berdikari dan harus punya jati diri. Artinya masyarakat harus mengolah sumber daya manusia sendiri, karena itu milik kita dan banyak kearifan lokal yang perlu dilestraikan. Terus pemberdayaan- pemberdayaan di sini kan hampir gak ada ibu-ibu yang nganggur karena semua diberdayakan. Ya dulu sempet dikampanyekan, ya kita sebagai perempuan tidak hanya di dapur. Kan di serikat ada divisi pemberdayaan perempuan. Pendirian SPP-QT 1999 mengalami perkembangan dan salah satunya, pak AB menggagas Awal berdirinya Qaryah Thayyibah adalah dengan tergabungnya pak AB di SPP- QT Serikat Paguyuban Petani- Qaryah Thayyibah. Pak AB berpikiran masyarakat harus berdaya, berdaulat, berdikari dan harus mempunyai jati diri. Artinya, masyarakat harus mengolah sumber daya manusia sendiri, karena itu milik kita dan banyak kearifan lokal yang perlu dilestraikan. Pendirian SPP-QT 1999 mengalami perkembangan dan salah satunya, pak AB menggagas pendidikan. Pada tahun 2003 jaringan internet masih langka di desa Kalibening, Salatiga. Pada akhirnya komunitas Qaryah 185 pendidikan. Siswa kan harus dididik sejak dini. Termasuk aku peserta didik pertama. ya masyarakat banyak yang gabung disini. Tahun 2003 itu internet masih langka di sini. Daya tariknya itu dulu, itu internet 24 jam, dulu masih jadi satu sama kantornya terus menggagas pendidikan akhirnya disupport dari pak RR indonet. Jadi bisa mendapatkan internet terus. Nah dulu sampai disebut salah satu internet yang masuk pertama kali di pendidikan, yang kedua itu UKSW. Dan akhirnya pendidikan digagas kalau sebenarnya kita lebih butuh jaringan ketimbang gedung. Kita punya internet dapat mengakses secara luas dan daya pikir yang luas. Dan bahwa kita belajar dangan kurikulum, nanti pengayaan bisa dari internet. Lalu, mulai dikembalikan pada pendidikan yang pada umumnya, dulu penerapannya kita berbasis kebutuhan. Dulu namanya Thayyibah disupport jaringan internet dari pak RR, salah satu pengusaha indonet di Salatiga. Qaryah Thayyibah memiliki internet sehingga dapat mengakses informasi dan pengetahuan secara luas. Jaringan internet ini digunakan warga belajar sebagai sumber pengayaan. Qaryah Thayyibah merupakan komunitas belajar yang kurikulumnya berbasis pada kebutuhan. Pada awalnya sekolah ini ingin diberi nama sekolah unggulan, namun dirasa kurang baik, sehingga diberi nama sekolah alternatif. Pada awalnya, sekolah ini masih menginduk di sekolah formal, sehingga kurikulum yang digunakan kurikulum nasional. Semua siswa masih mengobsesikan bahwa nilai setiap siswa harus sama. Pada akhirnya banyak siswa yang berpikir kenapa 186 mau dinamain unggulan tapi dipikirkan lagi, kenapa harus unggulan? Trus kita namain alternatif aja. Kita dulu obsesinya nilai itu harus sama. Dulu kita masih nginduk di sekolah formal, jadi kurikulum sama nasional. Terus kita mikir kenapa kita harus kejar-kejaran nilai? Saingan nilai? Pada akhirnya diroibu. Kalau misal mau belajar geografi, kita belajar sumur serapan. Kita ke rumah warga. Kalau kesehatan ya cari jentik-jentik nyamuk. Kalau IPA di sawah bedah katak gitu. Terus ada terobosan lagi pendidikan yang tidak hanya dikelas tapi alam pun bisa buat blajar. Berangkat dari siswa semakin banyak dan pendamping makin dikit. Karena dulu murah dan gak pake seragam. Maka banyak siswa yang daftar sendiri. Itu tahun ketiga, akhirnya kelas ditiadakan. Tapi Akhirnya pak AB punya idealisme sendiri bahwa siswa mulai dibiarkan dan untuk belajar harus berkejar- kejaran nilai? Saingan nilai? Hal itu menyebabkan konsep pembelajaran di Qaryah Thayyibah diroibu. Kemudian ada terobosan peroibuan pembelajaran lagi. Bahwa pembelajaran tidak hanya di kelas tetapi alam pun bisa dijadikan sumber belajar. Jumlah peserta didik yang mendaftar semakin banyak, karena sekolah ini murah dan tidak memakai seragam. Jadi, banyak peserta didik yang mendaftar sendiri. Pada tahun ketiga, akhirnya kelas ditiadakan. Tetapi akhirnya pak AB memiliki idealisme sendiri bahwa peserta didik mulai dibebaskan dan diberikan kemerdekaan untuk belajar. Setiap peserta didik mulai belajar mengenali dirinya, apa keinginannya dan apa yang akan dilakukan. Ketika peserta didik telah 187 merdeka dari belajar. Dan aku mulai berpikir aku ini siapa aku punya apa gitu. Aku mau kemana gitu. Terus tahu aku pengen kepenulisan. Begitu aku dibebaskan aku berpikir aku mau fokus dimana ya. Terus SMA pak AB memandatkan kita untuk membuat konsepan belajar. Yaudah belajar di rumah-rumah tapi pusat belajar tetap di sini. Sebenarnya menyenangkan sih karena uang buat gedung jadi dialirkan ke rumah-rumah, dan pengen ngonsep rumah jadi tempat belajar. Ternyata gak efektif karena begitu ada yang keluar dari arena sekolah, adek- adek tuh jadi tidak kondusif. Akhirnya kita kembali ke sini. Itu ada perubahan ketika aku udah ikut UAN. Ketika kita melihat proses UAN, kita berpikiran mengambil kesimpulan sebenarnya kita gak usah UAN tuh gakpapa gitu. Karena pertama, dana dari yang dikucurkan pemerintah itu menemukan dirinya, ia mulai mengenali potensi yang ada dalam diri. Kemudian peserta didik dibebaskan untuk mengembangkan potensinya. Pada waktu SMA, pak AB memberikan mandat kepada warga belajar untuk membuat konsepan belajar. Konsep yang dibuat adalah belajar di rumah- rumah peserta didik secara bergantian. Tetapi pusat pembelajarannya tetap di gedung Resource Center RC. Seiring berjalannya waktu ternyata konsep tersebut tidak efektif, karena menjadi tidak kondusif. Akhirnya para warga belajar kembali ke gedung RC. Konsep pembelajaran tersebut dirubah ketika warga belajar melihat proses UAN, mereka menarik kesimpulan bahwa sebenarnya mereka tidak mengikuti UAN tidak apa-apa, karena setiap siswa akan berlomba-lomba untuk lulus. 188 banyak banget, dan hasilnya pun gak seberapa gitu. Walaupun itu kepentingan untuk ijasah, dan penting untuk kelanjutan studi. Tapi dinilai dari segi pendidikan itu gak ada. Karna gini, siswa itu akan berlomba- lomba untuk lulus. Kalau gak lulus kan malu. Jadi kayak dipressure. Guru pun ditekan juga kayak gitu, siswa kalo gak lulus akan merasa malu. Sebenarnya secara logika itu kan dijadikan pemerataan disuatu daerah. Harusnya dijadikan sebagai semacam kuesioner aja. Jangan dijadikan suatu momok yang menakutkan. Sampai ada yang bunuh diri kan itu gak penting. Nah kita banyak diatur waktu itu, ya sama sih kalau ikut UAN ada syaratnya kayak formal. Nah, karena banyak tuntutan maka kami memisahkan diri dari induk sekolah formal itu tahun 2006. Tahun 2007 kita ikut paket karena lebih ringan dari situ Kalau tidak lulus akan memaluksn. Guru pun ditekan, jika peserta didiknya tidak lulus maka sekolah akan merasa malu. Dari beberapa sebab di atas, adanya tuntutan dari sekolah formal, maka Qaryah Thayyibah memisahkan diri dari induk sekolah formal pada tahun 2006. Pada tahun 2007 komunitas ini berganti menjadi pendidikan kesetaraan paket A dan B. Dengan pendidikan kesetaraan basisnya kreativitas pencarian jati diri dan pendidikan kritis. 189 dimulai. Dengan pendidikan kesetaraan basisnya kreativitas pencarian jati diri dan pendidikan kritis.

B. Tujuan Qaryah Thayyibah Menerapkan Pedagogi Kritis Paulo Freire

Nama Transkip Reduksi Data Kesimpulan AB25.04.2016 PendiriKetua Pembina Yayasan Pendidikan Qaryah Thayyibah Indonesia Iya disini memang menerapkan pedagogi kritis Paulo Freire. Tujuannya untuk mengembangkan kesadaran kritis. Ya karena manusia makhluk yang berpikir. Orang yang berpikir itu selalu mengupayakan atas apa yang ada. Perbaikan pada situasi yang ada. Jadi, pendidikan kritis itu selalu Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa tujuan Qaryah Thayyibah menerapkan pedagogi kritis Paulo Freire adalah untuk mengembangkan kesadaran kritis. Berdasarkan beberapa pendapat dari narasumber, dapat disimpulkan bahwa tujuan Qaryah Thayyibah menerapkan pedagogi kritis Paulo Freire adalah untuk mengembangkan kesadaran kritis, kepekaan untuk terus mengasah daya kreativitas 190 bilang “seharusnya”. Dia akan selalu mengkritisi sesuatu dan mengkritisi situasi. Makna “seharusnya” itu adalah sesuatu yang lebih baik, lebih adil dan bermartabat. Sehingga pembiasaan pada siswa untuk terus dan terus produktif dengan keadaan yang ada. anak, serta menyiapkan mereka untuk terjun di masyarakat menjadi orang yang memiliki prinsip hidup dan berani mengambil keputusan. PD128.04.2016 Pendamping Pertama, kepekaan untuk terus mengasah daya kreativitas dan pikir. Karena kan terbiasa kritis kan, terbuka mengkritisi lingkungan dan diri sendiri. Terbiasa untuk mencari solusi yang lebih baik gitu gak diam aja. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa tujuan Qaryah Thayyibah menerapkan pedagogi kritis Paulo Freire adalah untuk mengasah daya kreativitas dan pikir peserta didik. PD203.05.2016 Pendamping Jadi menyiapkan siswa ketika mereka terjun di masyarakat menjadi orang yang principle dan memiliki daya kritisnya tinggi. Kemudian mereka tidak terpengaruh di luar dan memiliki daya kritis terhadap lingkungannya. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa tujuan Qaryah Thayyibah menerapkan pedagogi kritis Paulo Freire adalah untuk menyiapkan warga belajar ketika mereka terjun di masyarakat, sehingga menjadi orang yang memiliki prinsip hidup dan berani mengambil keputusan 191 serta memiliki daya kritis yang tinggi.

C. Alasan Qaryah Thayyibah Menerapkan Pedagogi Kritis Paulo Freire

Nama Transkip Reduksi Data Kesimpulan AB25.04.2016 PendiriKetua Pembina Yayasan Pendidikan Qaryah Thayyibah Indonesia Ya suatu keharusan. Kalau dibalik, jika kita tidak menerapkan pedagogi kritis akan menghanyutkan hak siswa sebagai manusia yang memiliki ciri khas berpikir kritis itu. Maka kita sesuaikan dengan jati dirinya siswa to. Hakikat manusia itu kan selalu berpikir kritis, itu yang membedakan manusia dengan hewan. Selalu pengen ada perubahan, itu kan hakikatnya. Nah, ketika memberikan kesempatan pada orang untuk berpikir kritis ya mudah saja, justru yang membelenggu itu yang susah. Misalnya, kenapa manusia banyak aturan nah itu akan melawan hakikat manusianya sendiri. Kegiatan pembelajaran tidak harus bersama-sama, ketika dia Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa menurut pendiri Qaryah Thayyibah, alasan Qaryah Thayyibah menerapkan pedagogi kritis Paulo Freire karena pendiri Qaryah Thayyibah melihat pendidikan di sekolah-sekolah lain melenceng dari yang seharusnya, dari hakikat manusia. Sekolah menganggap bahwa anak harus diberikan semua materi pengetahuan dan teknologi. Kalau seperti itu manusia hanya dilatih dan dibentuk, seperti pemain sirkus, atllit dan militer. Tidak ada kesempatan untuk bernalar kritis. Berdasarkan beberapa pendapat dari narasumber, dapat disimpulkan bahwa alasan Qaryah Thayyibah menerapkan pedagogi kritis karena pendiri Qaryah Thayyibah melihat pendidikan di sekolah- sekolah lain tudak sesuai dari yang seharusnya, dari hakikat manusia. Sekolah menganggap bahwa anak harus diberikan semua materi pengetahuan dan teknologi. Jika seperti itu, maka manusia hanya dilatih dan dibentuk, seperti pemain sirkus, atllit dan militer. Tidak ada 192 siswa sibuk dengan komik barang kesukaannya, itu juga proses pembelajaran. Ketika dia menjelang tidur merenung, itu juga proses pembelajaran. Proses pembelajaran gak ada batasan. Nah, itu yang menjadi inti kebebasan berpikir. Bebas produktif dan bermanfaat. Iya, saya melihat di sekolah- sekolah itu melenceng dari yang seharusnya, dari hakikat manusia. Menganggap bahwa anak harus dijejali dengan semua materi pengetahuan dan teknologi. Kalau seperti itu manusia hanya dilatih dan dibentuk, seperti pemain sirkus, atllit dan militer. Tidak ada kesempatan untuk bernalar kritis. Materi yang diberikan tidak berdasarkan konteks kehidupan. Banyak sekolah didirikan di suatu desa. Anak datang, pakai seragam, duduk sendiko dawuh marang guru duduk menyambut guru datang. Lalu materinya sudah dibuatkan dari pusat, kayak BSNP itu. Itu kan dari Jakarta. Nah itu kesempatan untuk bernalar kritis. Untuk itu, lembaga pendidikan harus mengembalikan fitrah potensi peserta didik sebagai manusia yang memiliki potensi melalui berpikir kritis. 193 menyebabkan setiap anak tidak tahu dan tidak mengenal potensi yang ada di desanya. “ning mburi omah kae ono opo?” dibelakang rumah itu ada apa? anak tidak tahu. Jadi, kalau di sekolah itu materinya terpisah dengan konteks kehidupan. Padahal anak bisa belajar mengembangkan potensi yang ada di desanya itu. Saya teringat kata-kata pak Bambang salah satu tokoh seminar waktu itu, mengatakan bahwa sekolah kita itu menggunakan cara berpikir di mana menggunakan standar kompetensi yang picik, tidak memberikan keleluasaan kepada anak. Anak hanya menjadi objek yang dijadikan, tidak diberikan kesempatan untuk berproses menjadi. Hampir tidak ada berproses. Anak menjadi objek sesuai standar negara. PD128.04.2016 Pendamping Visinya berpikir kritis, berdikari, punya kepribadian, yang selaras dengan sosial budayanya Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa menurut