Hubungan Pendidik-Peserta Didik Tinjauan Pedagogi Kritis Paulo Freire

35 hidup dan pada puncaknya mengarah pada argumentasi yang larut dengan realitas Smith, 2001: 69. c Kesadaran kritis atau transitif Pada tahap ini, isu yang muncul adalah perubahan sistem yang tidak adil, bukannya pembaharuan atau pengahancuran individu- individu tertentu. Proses perubahan ini memiliki dua aspek: 1 pen egasan diri dan penolakan untuk menjadi “inang bagi benalu”, dan 2 berusaha secara sadar dan empiris untuk mengganti sistem yang menindas dengan sistem yang adil dan bisa mereka kuasai. Pada kesadaran ini, invidu menunjukkan pemahaman yang benar atas dirinya sendiri dan sistem yang memaksa tertindas dan penindas berkolusi. Freire Smith, 2001: 80 mengatakan bahwa : kesadaran kritis ditandai dengan penafsiran yang mendalam atas berbagai masalah; digantikannya penjelasan magis dengan penjelasan kausalitas; dengan mencoba penemuan-penemuan yang dihasilkan seseorang; dan dengan keterbukaan untuk melakukan revisi; dengan usaha untuk menghindari distorsi ketika memahami masalah dan menghindari konsep-konsep yang telah diterima sebelumnya ketika menganalisis masalah; dengan menolak untuk mengubah tanggung jawab; dengan menolak sikap pasif; dengan mengemukakan pendapat; dengan mengedepankan dialog daripada polemic; dengan menerima pandangan baru tetapi bukan sekedar karena sifat kebaruannya dan dengan keinginan untuk tidak menolak pandangan kuno hanya karena sifat kekunoannya, yakni dengan menerima apa yang benar menurut pandangan kuno dan baru. Tugas dan pelaksanaan pendidikan dalam perspektif pedagogi kritis memang dibutuhkan ketekunan dan kontinunitas, agar nilai-nilai yang dibangun tidak mudah menghilang. Paradigma kritis dalam pendidikan, yaitu melatih peserta didik untuk mampu mengidentifikasi 36 ketidakadilan dalam sistem dan struktur yang ada, kemudian mampu melakukan analisis begaimana sistem dan struktur itu bekerja, serta bagaimana menstransformasikannya kedalam suatu aksi nyata. Tugas pendidikan dalam paradigma kritis adalah menciptakan ruang dan kesempatan, agar peserta didik terlibat dalam proses penciptaan struktur yang secara fundamental baru dan demokratis Firdaus M. Yunus, 2004: 51. Freire 2002: xviii mengatakan jika seseorang sudah mampu mencapai tingkat kesadaran kritis terhadap realitas, maka mulai masuk ke dalam proses pengertian dan bukan proses menghafal semata-mata. Orang yang mengerti bukanlah orang yang menghafal, karena ia menyatakan diri atau sesuatu berdasarkan “kesadaran“, sedangkan orang yang menghafal hanya menyatakan diri atau sesuatu secara mekanis tanpa perlu sadar apa yang dikatakannya, dari mana ia telah menerima hafalan yang dinyatakannya itu, dan untuk apa ia menyatakannya kembali pada saat itu. Freire mengatakan penyadaran pada umumnya dan conscientizacao pada khususnya, memperhatikan perubahan-perubahan hubungan antar manusia yang akan memperbaiki kesalahan manusia. Dalam hal ini penyadaran dapat dibangun ketika orang tersebut merasa memiliki adanya suatu masalah bersama. Conscientizacao bukanlah teknik atau transfer informasi, tetapi merupakan proses dialogis yang mengantarkan individu secara bersama-sama untuk memecahkan masalah-masalah mereka. Conscientizacao mengemban tugas pembebasan dan itu berarti penciptaan 37 norma, aturan, prosedur dan kebijakan baru. Sehingga proses penyadaran ini dilakukan melalui diskusi, yang akan melahirkan suatu pengetahuan baru Firdaus M. Yunus, 2004:52. Makna Conscientizacao adalah sebuah pencarian jawaban-jawaban secara kooperatif dan mendalam, atas masalah-masalah yang tak terpecahkan yang dihadapi oleh sekelompok orang. Dengan dimikian, tidak ada “ahli” yang mengetahui jawaban-jawaban tersebut. Setiap individu memiliki kebenaran yang sama, tetapi berbeda dalam hal cara melihat persoalan yang harus didefinisikan dan cara mecari jawabannya yang harus diformulasikan. Partisipasi bukanlah sebuah alat pendidikan yang tepat, tetapi merupakan inti dari proses pendidikan. Sehingga tujuan pendidikan adalah menjadikan Conscientizacao sebagai puncak kesadaran kaum tertindas William A. Smith, 2001: 4. Freire mengklaim bahwa tugas kemanusiaan kaum tertindas adalah membebaskan dirinya sendiri. Membebaskan dari belenggu struktur ketidakadilan. Tujuan pendidikan kaum tertindas adalah mengembalikan kemanusiaan yang hilang, akibat dari dehumanisasi yang dilakukan penguasa. Konsep penyadaran atau kesadaran kritis sangat mendasar dalam pendidikan radikal Freire. Freire mengaitkan refleksi dan aksi sebagai bagian proses tak terpisahkan, dalam pengenalan dan perubahan kontradiksi-kontradiksi politik, ekonomi, dan sosial. Sehingga terdapat refleksi dan pembedahan materi, serta pemecahan masalah yang dilakukan sebelum melakukan aksi Firdaus M. Yunus, 2004: 54-55.