143 buat berpendapat karena sistem QT adalah mengutarakan
pendapat, ide atau solusi. Saya pernah dua kali terlibat dalam sebuah seminar. Di sini saya langsung diajak WaDek untuk jadi
ketuanya mbak. Waduh pertama kali pegang panitia di kampus. Tapi memang ini bagi saya suatu keharusan. Saya mikirnya gini
mbak, masa anak Komunikasi Penyiaran belum ada gerakan untuk bikin sesuatu yang bisa mewakili karya jurusan.
Alhamdulillah bisa berjalan dengan diapresiasi dan dukungan teman-teman dan dosen terdekat. Sejak di QT bisa meluruskan
jalan keputusan sendiri itu. Jadi tahu mana yang memang perlu dan mana yang bisa ditunda dulu. Dari situ saya merasa lebih
punya banyak kesempatan untuk semakin berpikir. Kan di QT bebasnya minta ampun mbak, kadang ada sesuatu yang kurang
srek, ya dibicarakan, dihargai keputusannya, dan yang pasti harus lebih tanggungjawab dengan apa yang sudah menjadi
keputusan. Itu juga salah satu yang membentuk kepribadian. Kritis
terhadap dirinya
sendiri dan
lingkungan. WWCAL212.07.16.
Alumni yang terakhir peneliti wawancarai ialah AL3. Ia
merupakan alumni Qaryah Thayyibah lulus pada tahun 2015. Ia seorang remaja perempuan berumur 19 tahun dan sekarang
melanjutkan di IAIN Salatiga dengan mengambil jurusan Matematika. AL3 sekarang sedang menduduki semester 3 di kampusnya dan
sedang terlibat dalam beberapa kegiatan di kampus seperti organisasi di jurusannya.
AL3 berasal dari Magelang dan sudah di Qaryah Thayyibah sejak ia SMP. AL3 merupakan sosok yang tidak banyak bicara namun,
ia sosok yang dewasa dan kritis terhadap segala sesuatu yang menurutnya kurang sesuai. AL3 merasa dibentuk kepribadiannya
ketika di Qaryah Thayyibah, karena ia merasa menjadi percaya diri dan berani dalam berpendapat, walaupun dulu ia hanya seorang yang
144 pemalu. Pembentukan sikap kritis ini kemudian terbawa dalam
kehidupan kampus yang mengharuskan ia selalu kritis dan pandai dalam berpendapat di depan kelas.
AL3 merupakan mahasiswi yang aktif ketika diskusi di kelas dibandingkan dengan teman-teman yang lain. Walaupun materi yang
ia pelajari di kampus tidak sepenuhnya ia dapatkan di Qaryah Thayyibah, namun ia tidak malu untuk selalu bertanya kepada
temannya di kampus. Hal ini membuatnya selalu ingin belajar dan tidak mudah putus asa. Ketertarikannya dalam bidang Matermatika
membuat ia tidak mau berhenti di tempat. Hasil wawancara yang dilakukan peneliti kepada AL3 selaku
alumni Qaryah Thayyibah mengatakan bahwa hasil pembelajaran yang diperoleh di Qaryah Thayyibah ialah bahwa ia mengalami
perubahan dari pendiam menjadi lebih percaya diri dalam mengemukakan pendapatnya. Ia juga lebih bisa terbuka dengan orang
lain. Berikut pernyataan yang disampaikan oleh AL3 sebagai berikut: …Aku dulu diem gak mau interaksi sama orang. Cuma bisa
ngomong sama orang-orang tertentu aja. Di QT kayak dihargai ini lho kamu. Kayak menemukan kepribadian. Oh ternyata aku
cocok kayak gini yang seperti ini bukan yang pendiem, bukan yang jaim. Ini lho aku sebenarnya maunya yang welcome sama
siapapun. Setelah di QT aku bisa belajar ngomong kayak menemukan jiwaku.. Aku suka nulis dari dulu. Nulis juga bisa
menuangkan curahan hatiku walaupun aku gak bisa menyampaikan secara lisan ke orang. Ya aku jadi banyak bicara.
Di QT juga kan diajari berorganisasi dan belajar berpanitia. Di kampus juga ikut
organisasi jurusan HMJHimpunan Mahasiswa Jurusan. Kalau dikelas yang mendominasi
145 berpendapat hanya beberapa anak. Salah satunya ya aku. Itu
yang berpendapat terus. Soalnya ketika aku menemukan hal yang menurutku kurang pas, aku tidak bisa membiarkannya.
Misalnya di kelas ada yang mengatakan bahwa sistem di nonformal itu kurang baik, ya saya gak setuju karena saya kan
hasil dari non formal. Intinya aku mengalamai perubahan dari pendiam dan cuek, tapi sekarang aku lebih bisa memahami
orang lain dan lebih bisa berinteraksi degan yang lain. WWCAL313.07.2016.
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumen yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa hasil pembelajaran
di Qaryah Thayyibah dari perspektif pedagogi kritis adalah berupa hasil karya nyata dan pembentukan kepribadian. Hasil karya nyata
berupa tulisan di buku berupa cerpen dan puisi, musik, handycraft, film, pembuatan ide, komik, desain rumah, dan lain-lain. Hasil belajar
yang berkaitan dengan pembentukan kepribadian, dapat dilihat dari tingkat kepercyaan diri dalam menyampaikan pendapat, menjadi
penggerak dalam organisasi, bertanggungjawab, serta tingkat kekritisan terhadap dirinya dan lingkungan.
C. Pembahasan
1. Tujuan Qaryah Thayyibah Menerapkan Pedagogi Kritis Paulo Freire
Hasil penelitian tentang tujuan Qaryah Thayyibah menerapkan Pedagogi Kritis Paulo Freire adalah untuk mengembangkan kesadaran
kritis, mengasah daya kreativitas anak, serta menyiapkan anak ketika terjun di masyarakat agar berani mengambil keputusan. Proses penyadaran
ini dilakukan dengan pembiasaan-pembiasaan untuk berifikir kritis terhadap diri sendiri maupun lingkungan sekitar, dengan memberikan
146 kebebasan kepada setiap warga belajar untuk dapat mengembangkan
potensi yang ada dalam dirinya. Bagi Paulo Freire tujuan pendidikan adalah untuk perubahan
revolusioner yang adil dan demokratis melalui proses penyadaran, humanisasi dan pembebasan setiap manusia. Freire menyatakan bahwa
seseorang yang telah mencapai kesadaran kritis, ia telah mencapai pada tahap pengertian bukan lagi pada hafalan. Orang yang mengerti bukanlah
orang yang menghafal, karena ia menyatakan diri berdasarkan “kesadaran“, sedangkan orang yang menghafal hanya menyatakan diri
secara mekanis tanpa perlu sadar apa yang dikatakannya, dari mana ia menerima hafalan yang dinyatakannya itu.
Paulo Freire mengatakan bahwa dalam proses penyadaran memperhatikan perubahan-perubahan antar manusia. Dalam hal ini
penyadaran dapat dibangun ketika orang tersebut merasa memiliki adanya suatu masalah. Proses penyadaran merupakan proses dialogis yang
mengantarkan individu secara bersama-sama untuk memecahkan masalah, sehingga dalam proses penyadaran ini mengemban tugas pembebasan
untuk dapat memberikan kesempatan individu dalam menjalankan otoritas atas hidupnya.
Proses penyadaran diperlukan refleksi sebagai bentuk untuk perubahanaksi yang lebih baik. Refleksi tanpa aksi hanya akan menjadi
omongan belaka, sedangkan aksi tanpa refleksi adalah bentuk perubahan yang tidak jelas arahnya. Refleksi merupakan bentuk penyadaran kepada
147 manusia untuk melakukan praksis. Hal ini sesuai apa yang dikatakan
Freire bahwa praksis adalah refleksi dan aksi kepada dunia untuk mengubahnya Dharma Kesuma Teguh Ibrahim, 2016:220.
Tujuan pendidikan yang dijalankan di Qaryah Thayyibah dengan ide Paulo Freire memiliki kesamaan untuk proses penyadaran setiap manusia
sebagai usaha menghumanisasi diri dan sesama melalui tindakan sadar untuk mengubah dunia. Perbedaannya adalah bahwa proses penyadaran
yang dilakukan di Qaryah Thayyibah melalui penyadaran diri sendiri, kemudian ia akan sadar untuk mengubah lingkungan sekitarnya yang
kurang sesuai. Jadi, dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan di Qaryah
Thayyibah sejalan dengan ide Paulo Freire, yakni sebagai tujuan untuk proses penyadaran dalam rangka mengubah dunia. Tetapi di Qaryah
Thayyibah dalam melakukan perubahan ini dimulai dari proses penyadaran diri sendiri, kemudian baru ia akan mengubah linkungannya.
2. Alasan Qaryah Thayyibah Menerapkan Pedagogi Kritis Dalam
Proses Pembelajaran
Alasan Qaryah Thayyibah menerapkan pedagogi kritis Paulo Freire adalah karena adanya rasa keprihatinan pendiri Qaryah Thayyibah melihat
pendidikan di sekolah lain yang tidak sesuai dengan yang seharusnya, di mana sekolah formal belum bisa memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk bernalar kritis dalam pemecahan masalah riil kehidupan.
148 Sekolah formal menganggap bahwa anak harus diberikan semua
materi pengetahuan dan teknologi. Tidak ada kesempatan untuk bernalar kritis. Jika pendidikan tidak menggunakan pedagogi kritis, maka akan
menghambat hak anak sebagai manusia yang memiliki ciri khas berpikir. Hal ini sejalan dengan konsep Paulo Freire yang mengkritisi
pendidikan masyarakat yang disebutnya dengan pendidikan gaya bank. Pendidikan seperti itu, melibatkan seorang subjek yang bercerita guru
dan objek-objek yang patuh dan mendengarkan peserta didik. Isi pelajaran yang diceritakan dalam proses cerita cenderung menjadi kaku
dan tidak hidup. Pola pembelajaran seperti ini peserta didik hanya menghafal apa yang dikatakan pendidik, serta pendidik menganggap
peserta didik adalah objek pendidikan yang tidak tahu apa-apa. Dalam hal ini konsep pendidikan gaya bank berusaha untuk menyembunyikan
masalah realitas. Pendidikan gaya bank menolak dengan metode dialog. Sistem pendidikan yang masih subject matter curriculum
menjauhkan peserta didik dari permasalahan kehidupan, menyebabkan anak tidak mengenal permasalahan lingkungannya dan apa yang harus
dilakukan. Pelajaran-pelajaran yang diberikan di sekolah yang sesungguhnya bernilai dan berpengaruh kuat, menjadi tidak relevan karena
sistem yang terbirokrasi dan hanya menghasilkan peserta didik yang tidak merdeka, mandiri dan tidak memiliki otoritas menentukan arah hidupnya.
Sejalan dengan pernyataan tersebut, H.A.R Tilaar 2011: 53 mengatakan bahwa bangsa Indonesia tidak lagi perlu khawatir dalam
149 menghadapi abad ke-21. Pedagogik kritis akan membawa bangsa ini untuk
merenungkan kembali fungsi pendidikan nasional dan tidak sekedar untuk memenuhi kepentingan kelompok dalam masyarakat kita.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa alasan Qaryah Thayyibah menerapkan pedagogi kritis Paulo Freire karena masih adanya
sekolah yang belum bisa memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk bernalar kritis dalam pemecahan masalah riil kehidupan. Hal ini
sejalan dengan pendidikan Paulo Freire yang mengkritik pendidikan gaya bank melalui pedagogi kritis yang ia tawarkan dalam dunia pendidikan.
3. Proses Pembelajaran Dalam Perspektif Pedagogi Kritis Paulo Freire
di Qaryah Thayyibah
Pembelajaran merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik di mana keduanya sama-sama belajar menjadi orang yang
lebih baik. Dari yang tidak tahu menjadi tahu, dan melakukan suatu perubahan yang positif. Hal ini merupakan suatu proses yang penting
karena bagian terpenting dari pendidikan. Proses pembelajaran yang dilaksanakan di Qaryah Thayyibah tersebut dapat dilihat sebagai berikut:
a. Kurikulum
Dalam proses pembelajaran, perencanaan kurikulum dibuat dan direncanakan secara bersama-sama antara pendamping dan warga
belajar di Qaryah Thayyibah. Kurikulum terdiri dari dua jenis yakni kurikulum semester dan kurikulum mingguan. Kurikulum semester
berisi kegiatan yang akan dilakukan oleh warga belajar dalam satu