Proses pembelajaran yang diterapkan dalam perspektif Pedagogi

98 Gambar 4. “Kurikulum” Semester 99 Tabel 4. Contoh Kurikulum Mingguan Warga Belajar di Qaryah Thayyibah Tahun 2016 No. Nama Judul ide Target 11April – 18 April Capaian 11 April – 18 April Kendala Target 18 April – 25 April 1. S2 - - Menyusul - Bantu menggarap tugas mbak AL3 - Bantu S12 mengambil stok perlengkapan buat QT Doc - Ambil ambience - Refresing ke andong - Bantu shoot ILM Iklan Layanan Masyarakat S12 - Pusing - Fokus TA Tugas Akhir membuat film dulu - Masih bingung milih, soalnya banyak yang tabrakan jadwalnya - Les. Mau lomba 2. S5 - - Lanjutin bikin project cerpen sama S4 - Bantuin ngedit cerpen S4 - Fokus TA Tugas Akhir membuat 100 puisi 3. S6 Bioskop - Memecah lirik Lagu “Bertemu kawan” - Milah-milih footage buat QT Doc - Belajar nulis skenario lagi - Scan ide - Mencari strategy di bagian Fluid Formation 2016 - Belajar arti-arti warna dan buat bahan coloring - Belajar menyamakan warna RGB - Translate ILM Iklan Layanan Masyarakat anak-anak Festival Film - Belum - Sudah, tapi belum semua - Ide macet - Belum scan - Berhasil - Masih Belum Mudeng - Kurang latihan - Kagak jadi translate - Idenya hilang - Komputer lemot - Ngurus FFS Festival Film Surabaya - Belum di pertemukan - Masih Naik turun Emosinya - Bahasa Inggris - Komputer Di pakai - Memecah lirik Lagu anak- anak” today” - QT Doc - Cutting Footage QT Doc - Ide - Nulis skenario - Memilah-milih Ide TA Tugas Akhir - Target ketua ILM Iklan Layanan 101 - Nothing masyarakat S7 - Bikin ILM Iklan Layanan Masyarakat di Hotel Beringin - Evaluasi pertanyaan wawancara sama S10 - Mulai wawancara sama pak AB dan teman-teman - Editing ILM Iklan Layanan Masyarakat biar cepat terkirim - Booking tempat banjaran untuk camping sama anak cewek - Booking tenda juga buat camping - Rekaman sama S11 untuk pameran TA Tugas Akhir - Rencana bikin film TA Tugas Akhir “kalo ada waktu” - Bangun pagi biar bisa olahraga lari - Mulai sholat 5 waktu - Disiplin - Konsisten 102 Berdasarkan studi dokumen dapat diketahui bahwa “kurikulum” yang ada di Qaryah Thayyibah tidak seperti yang ada pada sekolah- sekolah formal lainnya, karena memang “kurikulum” di Qaryah Thayyibah nyaris tidak ada. “Kurikulum” yang ada di Qaryah Thayyibah hanya berbentuk seperti jadwal semester dan dapat berubah-ubah setiap waktu berdasarkan kesepakatan bersama. “Kurikulum” semester memuat kegiatan Qaryah Thayyibah dalam satu semester, sedangkan “kurikulum” mingguan merupakan “kurikulum” yang memuat rencana kegiatan setiap warga belajar yang ada di Qaryah Thayyibah berupa target, capaian dan kendala yang dihadapi dalam mencapai capaian yang diinginkan. Berdasarkan dokumen di atas, “kurikulum” mingguan dari setiap warga belajar antara yang satu dengan yang lain berbeda-beda. Setiap warga belajar yang menuliskan targetnya tidak semuanya menulis dengan detail. Seperti pada S2, S5 dan S7 judul ide dikosongkan, tidak dituliskan seperti pada S6. Penulisan target pada tanggal 11 April- 18 April semua warga belajar mengisinya, seperti yang dituliskan oleh S7 misalnya ia membuat targetan untuk membuat ILM Iklan Layanan Masyarakat yang merupakan ajang perlombaan dari BNPT Badan Nasional Penganggulangan Terorisme mengenai “Keberagaman Indonesia ”, namun pada S2 tidak dituliskan dengan jelas target yang ingin dicapai. Setelah menuliskan target yang akan dilaksanakan oleh 103 warga belajar, kemudian mereka menuliskan capaian yang telah dilakukan, namun hanya pada S6 saja yang menuliskan capaian yang telah dilaksanakan pada pembelajaran, walaupun capaian yang diinginkan belum semuanya terwujud. Pada S5 dan S7 tidak dituliskan capaian yang telah dilakukan dalam pembelajaran, padahal mereka menuliskan target yang ingin dicapai dalam pembelajaran. Pada S2 dituliskan capaian pada tanggal 11 April-18 April, padahal ia tidak menuliskan target yang ingin dicapai. Setelah warga belajar menuliskan capaian, kemudian mereka menuliskan kendala yang dihadapi ketika melaksanakan target yang dilakukan. Warga belajar yang mengisi pada kolom kendala pada saat pembelajaran hanya S2 dan S6, sedangkan S5 dan S7 tidak mengisinya. S2 menuliskan bahwa kendala pembelajaran disebabkan karena ia pusing dan tidak bisa mengatur waktu dalam kegiatan yang sedang berlangsung, sedangkan S6 mendapatkan beberapa kendala dalam pencapaian target, salah satunya adalah mengurus FFS Festival Film Surabaya yang merupakan ajang perlombaan di Surabaya dan Qaryah Thayyibah mendapatkan nominasi kejuaraan. Tema yang diangkat dalam FFS ini adalah mengenai “Pentingnya Menyapa” yang kemudian dikemas dalam bentuk Iklan Layanan Masyarakat. Selanjutnya, pada penulisan target berikutnya pada tanggal 18 April-25 April hanya S2 dan S6 yang menuliskan target pembelajaran dengan lengkap, warga belajar seperti S5 dan S7 104 tidak menuliskan target pada tanggal 18 April-25 April. Berdasarkan “kurikulum” mingguan ini menunjukkan bahwa masih terdapat warga belajar yang tidak menuliskan target, capaian dan kendala yang dihadapi dalam proses pembelajaran. Hanya beberapa warga belajar yang menuliskan secara rutin. Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan studi dokumen yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa “kurikulum” yang dijalankan di Qaryah Thayyibah dibuat dan direncanakan oleh pendamping dan warga belajar berdasarkan kesepakatan bersama. Kurikulum ini terdiri dari dua jenis kurikulum, yakni “kurikulum” semester dan mingguan. “Kurikulum” mingguan dibuat setiap hari Senin, sedangkan “kurikulum” semester dibuat ketika awal semester. Kedua “kurikulum” ini bersifat fleksibel. Artinya, “kurikulum” dapat berubah sewaktu-waktu sesuai kesepakatan bersama. “Kurikulum” mingguan ini menunjukkan bahwa tidak semua warga belajar menuliskan target, capaian dan kendala proses pembalajaran dengan rutin. b. Kegiatan Belajar di Qaryah Thayyibah Pembelajaran merupakan syarat terjadinya pendidikan. Tanpa adanya proses pembelajaran, tidak akan pernah terjadi proses pendidikan. Dalam pembelajaran akan termuat kegiatan-kegiatan sebagai bentuk proses interaksi antara pendidik dan peserta didik. Oleh sebab itu, diperlukan kegiatan-kegiatan yang mendukung proses 105 pembelajaran. Berikut dijelaskan oleh pak AB sebagai pendiri Qaryah Thayyibah mengenai proses pembelajaran di Qaryah Thayyibah: Ada yang individu ada yang bareng-bareng. Ada tawasi, forum, kelas, harkes hari kesehatan, dan ide. Ya tawasi materi diberikan oleh siswa untuk memberikan kesempatan saling mengingatkan kepada yang lain. Biasanya kan anak menjadi objek yang diingatkan. Kalau di sini, semua saling mengingatkan. Tidak harus guru. Seolah-olah dari anak sampai mahasiswa gak boleh mengingatkan guru. Padahal kita hidup saling mengingatkan, yang berasal dari “Watawa soubil hakki” yang artinya saling megingatkan, sehingga semua memiliki hak yang sama. Sebenarnya dunia “akademik” harusnya menyesuaikan dengan konteks kehidupan. Manusia itu punya pikiran dan bisa berdaptasi. AB25.04.2016. Hal senada juga disampaikan oleh ibu PD1 sebagai berikut: Upacara, evaluasi, kelas, forum, ide, harkes hari kesehatan, evaluasi per kelas sama tawasi. Lebih ke demokratis sih, kita pendamping itu gak terlalu mengintervensi dan mengatur. Tapi lebih mengusahakan siswa untuk keluar lebih kreatif. Apapun disini diobrolin lebih ke kehidupan. Akademik nanti disesuaikan kemauan. WWCPD128.04.2016. Kemudian pernyataan tersebut dijelaskan oleh ibu PD2 sebagai pendamping sebagai berikut: Jadi kegiatan berdasarkan kesepakatan antara pendamping dan siswa-siswa. Misalnya, kalau hari Senin ada upacara isinya laporan secara menyeluruh dari target minggu kemarin itu per kelas dan forum. Untuk kelas dari hari Selasa dan Rabu. Sesuai kesepakatan mereka mau belajar apa. Ketika satu siswa menjelaskanpresentasi temen yang lainnya mendengarkan. Siswa-siswa mempersiapkan cari bahan materi dari buku atau internet sesuai yang mereka ingin pelajari. Kalau tawasi itu seperti sharing, setiap siswa mendapat giliran setiap hari Senin- Kamis. Siswa tidak diharuskan dengan tema apa, tapi bebas. Tidak harus yang religius. Mereka bisa mengomentari dan menambahi. Kalau forum itu mereka nentuin sendiri, mewadahi bakat siswa, nulis, teater, film, musik, gambar, mereka akan 106 daftar sendiri. Sesuai dengan minat mereka. Jadwalnya sesuai kesepakatan juga. Kalau GK Gelar Karya itu sebenarnya 1 bulan sekali tapi karena banyak agenda, maka menjadi 3 bulan sekali. GK dan TA beda. Konsepannya sama tapi kalau GK lingkupnya lebih kecil. Panitianya digilir per kelas. Siswa-siswa bisa menampilkan karyanya dalam sebulan itu apa aja. Iya kalau TA ada uji TA. Biar ada gregetnya, ada penguji TA. Seperti halnya kalau uji skripsi. Yang desain sendiri, nulis sendiri, musik sendiri, jadi udah dibagi per bidang. Setelah diuji mereka dapat masukan banyak kemudian dipamerkan di publik. WWCPD203.05.2016. Berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti, proses pembelajaran tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: 1 Upacara Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari Senin, yang diikuti oleh semua warga belajar dan pendamping di gedung RC Resource Center. Kegiatan ini mencakup kegiatan seperti diskusi, dengan membentuk lingkaran besar. Kegiatan ini mendiskusikan segala hal yang terkait dengan pembelajaran di Qaryah Thayyibah, baik rencana pembelajaran tiap kelas, target kelasforum, maupun kendala yang dihadapi warga belajar di kelasforum. Kegiatan dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya bersama-sama. Konsep kegiatan ini adalah seperti musyawarah dalam pencapaian kemufakatan bersama. Aktivitas ini dipimpin oleh satu moderator dari warga belajar setingkat SMA, yang dilakukan secara bergiliran. Tugas moderator adalah sebagai pengatur jalannya kegiatan agar berjalan dengan 107 baik, sedangkan warga belajar yang lain saling mengevaluasi, memberikan pendapat maupun saran terhadap rencana pembelajaran yang akan dilakukan. Selain itu juga peran pendamping adalah untuk mendampingi, mengiringi berjalannya kegiatan ini, serta memberikan saran jika warga mengalami kesulitan dalam penyelesaian suatu masalah. 2 Kelas Kelas merupakan pertemuan antara warga belajar dengan pendamping, yang dilakukan setiap hari Selasa sampai Rabu. Kegiatan ini berisi kegiatan diskusi bersama mengenai materi yang telah disepakati. Misalnya, mendiskusikan mengenai pembentukan karakter, pemecahan masalah sekolah, maupun belajar akademik seperti IPA, Sosiologi, PKN, Bahasa Indonesia, maupun Filsafat. Semua materi diskusi disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar, dan permasalahan berangkat dari diri warga belajar sendiri. Kegiatan kelas ini biasa dilaksanakan di sekitar gedung RC Resource Center tidak harus berada di dalam gedung. Semua warga berpakaian bebas dan tidak diseragamkan. Setiap kelas di Qaryah Thayyibah memiliki nama kelas yang berbeda-beda. Hal ini dimaksudkan bahwa setiap kelas memiliki filosofi. Pemberian nama-nama ini di sepakati berdasarkan kesepakatam bersama. Adapun nama-nama kelas tersebut ketika peneliti melakukan observasi sebagai berikut: 108 Tabel 5. Nama-nama Jenjang Pendidikan di Qaryah Thayyibah Tahun 2016 Nama Filosofi Dasar Menengah Kelas Hikari Diambil dari bahasa Jepang yang artinya cahaya. Ѵ Setara kelas 1 SMP Folia Bahasa ilmiahnya artinya adalah daun. Ѵ Setara kelas 2 dan 3 SMP Laskar miracle Kelompok keajaiban Ѵ Setara kelas 1 dan 2 SMA Heredem Diambil dari bahasa Rusia yang artinya adalah pewaris Ѵ Setara kelas 1 dan 2 SMA Seddu seed education Benihbibit pendidikan Ѵ Setara kelas 3 SMA Sumber: Hasil olah data wawancara Dalam prosesnya, kelas ini bersifat fleksibel. Jika terdapat anak yang ingin bergabung di salah satu kelas yang lain, maka diperbolehkan untuk mengikutinya. Jika terdapat warga yang tidak menyukai materi yang diberikan, maka diperkenankan untuk meninggalkan kelas. Setiap kelas memiliki ketua kelas yang bertugas untuk mengkoordinir warga belajar yang lain, agar kelas dapat dikondisikan. Pemilihan ketua kelas berdasarkan kesepakatan bersama. Selain itu, dalam proses pembelajaran setiap kelas mendiskusikan rencana pembelajaran yang akan dilakukan, sehingga setiap kelas juga memiliki target ketercapaian dalam pembelajaran. 109 3 Tawasi saling mengingatkan Asal kata tawasi adalah dari kata “Watawa soubil hakki” yang artinya adalah saling mengingatkan satu sama lain. Tawasi adalah kegiatan rutin yang diselenggarakan untuk peningkatan akhlak dan moral anak, agar mereka selalu mengingat Tuhannya dan mengenali agamanya. Kegiatan ini biasa dilakukan setelah sholat dzuhur setiap hari Senin sampai Kamis, dan dilaksanakan di depan teras mushola. Kegiatan selalu dimulai dengan melafadzkan Asmaul Husna nama-nama Allah. Setelah melafadzkan Asmaul Husna kemudian mendengarkan bacaan Alqur’an dari beberapa warga belajar yang ingin mengaji. Kemudian dilanjutkan pemberian materi dari salah satu warga belajar, untuk saling berbagi pengetahun mengenai apapun itu tidak harus soal agama, sehingga pengetahuan setiap anak akan semakin bertambah. Dalam sesi ini juga memberikan siswa untuk memberikan pendapat, saran ataupun pertanyaan. Sehingga terjadi dialog interaktif antar warga belajar dan menjadi semakin menarik. Alat yang digunakan dalam penyampaian materi bisa berupa LCD maupun bacaan buku. Teman yang lain mendengarkan apa yang disampaikan oleh pemberi materi. Peran pendamping hanya mendampingi dan menambahkan jika warga belajar tidak mengerti mengenai materi yang disampaikan. Pemateri yang menyampaikan disusun secara bergantian menurut kesepakatan kelasbergilir. 110 Kegiatan ini membuat warga belajar menjadi percaya diri akan kemampuannya dalam berbicara di depan teman-temannya, serta belajar untuk bertanggungjawab dan saling menghormati orang lain. 4 Ide Kegiatan ini rutin dilaksanakan setiap hari Kamis. Setiap anak diperkenankan untuk membuat ide. Warga belajar membuat ide bertujuan untuk meningkatkan daya kritis mereka terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya, baik dalam bidang pendidikan, sosial, politik, hukum, maupun permasalahan di Qaryah Thayyibah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka terhadap apa yang ada disekitarnya, dan memberikan solusi atas apa yang menjadi permasalahan. Setelah warga belajar menuliskan idenya, mereka berkumpul ke kelasnya masing-masing. Setiap anak diberikan kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya mengenai apa yang dituliskan. Setelah ditulis, tulisan diteliti oleh pendamping mengenai tata bahasa penulisan. Setelah setiap kelas berkumpul, semua warga belajar membentuk forum besar dengan didampingi oleh pendamping. Forum ini dipimpin oleh moderator, untuk memperlancar jalannya kegiatan. Moderator bertugas untuk memberikan kesempatan kepada setiap kelas untuk menyampaikan salah satu 111 gagasanide yang terpilih di kelasnya, untuk disampaikan di forum. Jika ide tersebut cukup mudah direalisasikan, maka akan disepakati untuk direalisasikan sebagai bentuk aksi bersama. Jika ide terkait dengan kebijakan pemerintah, maka sulit untuk direalisasikan. Sedangkan solusi yang terkait dengan permasalahan lingkup micro akan mudah direalisasikan. Sangat dapat diapresiasi ide-ide cemerlang warga belajar di Qaryah Thayyibah ini, karena mereka berani untuk mengidentifikasi segala persoalan yang ada di sekitarnya termasuk permasalahan negara. Jika ide mereka belum bisa direalisasikan, maka tidak mengapa karena hal itu dapat membuatnya berpikir kritis. Dilihat dari bentuk kegiatan, kegiatan ini dapat menumbuhkan kesadaran dan daya kekritisan warga belajar karena mereka mengidentifikasi, menganalisis dan menciptakan solusi atas permasalahan yang ada. Pemikiran mereka menjadi terbuka, tidak sempit dan tidak tenggelam dalam kesadaran. Hal ini membuat warga belajar menjadi kritis karena mereka hidup merdeka dengan segala otoritasnya sebagai manusia. 5 Harkes Hari Kesehatan Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Jumat pagi. Kegiatan ini dapat berisi pemberian materi tentang kesehatan maupun berisi permainan olahraga yang dilakukan di lapangan sepak bola. Aktivitas ini dapat berjalan atas kesepakatan bersama, sesuai 112 keinginan warga belajar. Warga belajar menjalankan kegiatan ini secara mandiri, tanpa pendampingan dari pendamping. Harkes merupakan kegiatan olahraga yang dilakukan dan disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar. Jika mereka ingin kegiatan harkes berisi materi pembelajaran, maka mereka akan mencari materi mengenai kesehatan. Jika mereka ingin melakukan aktivitas olahraga secara fisik, maka mereka akan mencari kegiatan permainan olahraga seperti sepak bola, bentengan, ataupun yang lainnya yang dilaksanakan di lapangan. Kegiatan ini dilakukan berdasarkan kesepakatan bersama. 6 Evaluasi Kegiatan ini merupakan kegiatan inti yang harus ada dalam setiap pembelajaran. Evaluasi merupakan bentuk penyadaran dan refleksi diri dari warga belajar maupun pendamping untuk memperbaiki diri. Kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap hari Sabtu untuk mengevaluasi hasil belajar warga belajar dalam satu minggu, dan merencanakan target yang akan dilakukan. Dalam hal ini, evaluasi tidak hanya berisi evaluasi individu, namun juga evaluasi kelas dan forum. Evaluasi individu memberikan kesempatan kepada setiap warga belajar untuk merefleksikan hasil kegiatannya selama satu minggu, mengenai apa yang telah dilakukan apakah telah mencapai 113 target, apa kendalanya dan apa yang harus dilakukan untuk memperbaikinya. Evaluasi kelasforum memberikan kesempatan kepada setiap ketua kelaspenanggungjawab forum untuk menyampaikan kegiatan apa saja yang telah dilakukan oleh anggota dan bagaimana hasilnya. Dalam hal ini tugas pendamping adalah mendorong dan memberikan semangat kepada warga belajar, agar setiap anak tidak putus asa. 7 Forum Forum merupakan bentuk lain dari kegiatan ekstrakurikuler yang ada di sekolah formal. Kegiatan ini mewadahi potensi warga belajar yang tertarik dalam salah satu bidang pengembangan. Adapun bentuk forum dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut: a Bahasa Inggris: forum ini dilaksanakan setiap hari Senin setelah jam tawasi berakhir. Kegiatan forum ini adalah berlatih berbicara bahasa inggris maupun belajar menulis. b Freedom Writers FW: forum ini dilaksanakan setiap hari Selasa setelah jam kelas berakhir. Kegiatannya adalah belajar menulis cerpen, puisi, maupun novel. c Film: forum ini dilaksanakan setiap hari Selasa setelah tawasi berakhir. Kegiatannya adalah belajar untuk membuat film. 114 d Sanggar: forum ini dilaksanakan setiap hari Rabu setelah kumpul kelas. Kegiatannya adalah belajar mengenai tarian, dansa maupun wushu. e Robotic: forum ini dilaksanakan setiap hari Rabu setelah kegiatan tawasi. Kegiatannya adalah belajar merakit pembuatan robot-robatan kecil. f Teater: forum ini dilaksanakan setiap hari Kamis setelah kegiatan tawasi. Kegiatannya adalah latihan teater, belajar mengenai drama, maupun pantomim yang akan di pentaskan di atas panggung. g Musik: forum ini dilaksanakan setiap hari Sabtu setelah kegiatan kelas. Kegiatannya adalah belajar jimbe, orgen, maupun gitar. h QT-Doc Qaryah Thayyibah Dokumenter: forum ini dilaksanakan setiap hari Sabtu setelah kegiatan tawasi. Kegiatannya adalah belajar mendokumentasikan semua kegiatan pembelajaran di Qaryah Thayyibah yang merupakan kerja sama dengan Institut Seni Indonesia Surakarta, untuk membuat dokumenter mengenai pendidikan kreatif dan mandiri dengan judul desaku sekolahku. 8 TA Tugas Akhir Kegiatan ini merupakan tugas akhir semester warga belajar, di mana warga belajar dapat menghasilkan karya yang dapat 115 dipamerkan ke publik. Tugas akhir ini dilakukan setiap 6 bulan sekali atau setiap pergantian semester. Layaknya mahasiswa tingkat akhir yang mendapatkan tugas akhir skripsi sebagai bentuk pengkaryaan yang dapat berguna untuk masyarakat maupun dirinya sendiri. Hasil karya ini dipamerkan di depan khalayak umum, agar mereka dapat bereksistensi dengan karya. Tidak hanya berpikir saja untuk membangkitkan kesadaran, namun juga harus ada aksi. Setiap tugas akhir yang dikerjakan, karya tersebut diuji oleh penguji yang telah dipersiapkan oleh pendamping, namun pengujian ini tidak seketat dan menakutkan di perguruan tinggi. Pengujian ini hanya memberikan saran yang membangun, agar warga belajar dapat mengembangkan bakat dan kreativitasnya menjadi sempurna. Setelah dilakukan pengujian, karya siap untuk dipublikasikan di depan umum. 9 GK Gelar Karya Kegiatan ini merupakan kegiatan setiap 3 bulan sekali yang diselenggarakan untuk mewadahi karya warga Qaryah Thayyibah. Konsep kegiatan ini hampir mirip dengan TA tugas akhir, namun lingkup penyelenggaraannya lebih sempit. kegiatan dilaksanakan di gedung Qaryah Thayyibah. Tujuan kegiatan ini adalah memberikan wadah bagi individu maupun forum untuk bereksistensi di depan 116 teman-temannya, bahwa setiap individu memiliki potensi yang bisa dikembangkan. 10 Tafsir Alqur’an Merupakan kegiatan yang melengkapi kegiatan lainnya, yang dapat meningkatkan kepercayaan warga belajar terhadap Tuhannya. Kegiatan ini dilaksanakan setiap hari Sabtu, dengan didampingi salah satu pendamping sebagai guru ngaji di Qaryah Thayyibah. Bentuk kegiatan ini adalah menfsirkan isi Alqur’an dan bagaimana seharusnya yang dilakukan manusia di dunia, sehingga manusia tidak salah arah dalam menjalani hidup. Harapannya, warga belajar dapat memaknai Alqur’an sebagai pedoman dalam kehidupan, karena agama adalah fondasi hidup. Jadwal kegiatan pembelajaran di Qaryah Thayyibah tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 6. Jadwal Kegiatan Pembelajaran Qaryah Thayyibah Tahun 2016 Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Upacara Kelas Kelas Ide Harkes Hari Kesehatan Evaluasi Kelas Kerja Bakti Freedom Writers Fw Forum Sanggar Tawasi Forum Musik Kelas Tawasi Tawasi Teater Tafsir Alqur’an Tawasi Forum Film Robotic Forum QT-Doc Forum Inggris Sumber: Hasil olah data dokumen 117 Berdasarkan hasil wawancara dan observasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran yang dilakukan di Qaryah Thayyibah terdiri dari kegiatan upacara, pertemuan kelas, ide, tawasi, harkes hari kesehatan, forum, Tugas Akhir TA, Gelar Karya GK, tafsir Alqur’an dan evaluasi. c. Metode Pembelajaran Berkaitan dengan strategi pembelajaran, di Qaryah Thayyibah menggunakan metode dialog-hadap masalah sebagai metode yang menekankan untuk menumbuhkan kesadaran kritis warga belajar. Hadap masalah merupakan metode yang digunakan untuk pemecahan masalah realitas melalui dialog, yang akan menimbulkan hubungan timbal balik, sehingga memberikan kesempatan pada warga belajar untuk berbicara, memberikan timbal balik pada lawan bicaranya. Hal tersebut sesuai apa yang disampaikan oleh bapak AB sebagai pendiri Qaryah Thayyibah ketika diwawancarai peneliti sebagai berikut: Metodologi yang fasilitatif. Mengembangkan anak sebagai subjek yang belajar bukan yang diajar. Menggunakan dialog, juga bereksplorasi tentang ide, dan berbasis masalah kehidupan. Lalu inisiatif mengenai masalah itu yang direfleksikan, sehingga menjadi produktif. WWCAB25.04.2016. Kemudian ibu PD2 sebaga pendamping mengatakan bahwa, “menggunakan dialog, karena setiap diskusi kan pasti dialog, dan presentasi dari siswa .” WWCPD203.05.2016. 118 Kemudian pernyataan tersebut dijelaskan kembali, oleh ibu PD4 sebagai salah satu pendamping di Qaryah Thayyibah sebagai berikut: Dialog-hadap masalah sesuai realitas, tentang sosial, filsafat, sosiologi, ekonomi untuk membangun sense of social anak. Ketika anak kayak gitu kan akan menumbuhkan imaginasi sesuai bakat dan minatnya dia. Berarti fungsi ilmu sosial ini untuk mengembangkan dan mengembangkan anak di kreativitasnya masing-masing. Kalau yang lain mungkin lebih ke sainsnya, tapi tetep arahnya ke karya anak. Untuk menambah wacana berpikirnya mereka. Untuk menambah penganyaan dan daya kritis anak. Itu penting, saya memang memahamkan anak secara komprehensif, jangan setengah- setengah. Kan harus mengkombinasikan antara tekstual dan kontekstual kan ya, karena belajar apapun tidak ada yang sepele. Kalau anak gak suka tema awal ya bahasannya ganti. Saya kan juga belajar dari mereka banyak membaca juga. Menurut saya memang semua untuk kerahmatan. WWCPD426.04.2016. Berdasarkan observasi peneliti, dapat diketahui bahwa proses pembelajaran dengan menggunakan metode dialog-hadap masalah sebagai contoh sebagai berikut: 1. Pada hari Rabu, 13 April 2016 pukul 08.00-11.00 WIB, peneliti mengikuti pembelajaran di kelas Laskar Miracle dengan pendamping ibu PD4 Pendamping dan warga belajar berkumpul membentuk lingkaran di ruangan Resource Center RC. Kegiatan belajar dimulai dengan membaca doa bersama. Materi pembelajaran yang dibahas disesuaikan dengan kebutuhan warga belajar. Pembelajaran ini dimulai dengan penawaran pendamping kepada warga belajar, mengenai materi yang akan dibahas. 119 Salah satu warga belajar mengusulkan yaitu S2 untuk mendiskusikan mengenai pembentukan karakter diri sendiri. Ia menceritakan pengalaman mengenai sifatnya yang ia rasakan selama ini. Ia masih mudah terpengaruh dengan pedapat orang lain dan seperti tidak memiliki pendirian. Dialog singkat S2 dalam pembelajaran dapat dilihat sebagai berikut: S2: Kenapa ya buk aku masih suka ikut-ikutan pola pikirnya dengan temen-temen? Misalnya kalau lagi sama S12 salah satu temannya aku kebawa dengan pemikirannya, dan begitu juga ketika aku main sama temen yang lain akan kebawa pola pikirnya sama yang lain. Jadi aku ngerasa tuh kayak gak punya pendirian buk. Itu gimana buk? OBSS213.04.2016. Ia menanyakan mengapa ia seolah-olah tidak memiliki prinsip hidup dan hanya mengikuti apa yang dikatakan orang lain. Pendamping pun mencoba untuk memahamkan secara runtut bagaimana itu terjadi. Berikut dialog yang diberikan pendamping PD4 sebagai berikut: PD4: Berarti konsep hidupmu belum kuat. Ini lho mungkin kekuatan jiwa dan hatimu belum kuat. Kan terbukti kamu dikuasai oleh lingkungan dan mudah jatuh. Ini baru di lingkungan pertemanan. Nah nanti kalau di masyarakat kamu bakalan banyak dipengaruhi. Lingkungan masyarakat lebih besar dampaknya. Kamu mungkin akan terombang-ambing jika kamu kayak gitu. OBSPD413.04.2016. Kemudian S2 menjawab: S2: Kalau menyesuaikan sih masih bisa, tapi cara berfikirmya kayak jadi ngikutin orang gitu. OBSS213.04.2016. Ibu PD4 pun menanyakan hal itu satu persatu kepada semua warga belajar: 120 PD4: Sekarang gini, apakah teman-teman yang lain juga merasakan hal seperti itu? OBSPD413.04.2016. Beberapa warga belajar menjawab: S12: kadang-kadang sih buk. OBSZ13.04.2016. S5: iya. OBSS513.04.2016. S3: kadang. OBSS313.04.2016. Ibu PD4 kemudian mejelaskan : PD4 : Ini menandakan karakter kalian memang belum kuat. kalau dia kuat, dihadapkan dengan perbedaan dia akan memahami dan mengerti, tidak langsung ikut-ikut hanyut. OBSPD413.04.2016. Pendamping menghubungkan antara pengalaman warga belajar dan konsep pembelajaran yang ingin digali. Berikut pemahaman yang diberikan oleh ibu PD4: PD4: Misalnya, kamu dicela orang, kamu bukannya semakin kuat malah semakin mundur. Karena kamu udah dikuasai lingkungan itu. Lha kamu ingin menguasai atau dikuasai? Kalau kamu ingin menguasai lingkungan, kamu ya harus totalitas. Banyak belajar. Endingnya itu. Terus berproses. Untuk menata manajemen diri itu penting. Kapan kita harus tidak marah, harus bijak, harus memahami, bisa mengendalikan diri. Apakah temen yang lain juga merasakan seperti itu? OBSPD413.04.2016 Pendamping dan warga belajar memecahkan masalah. Mereka saling bertukar pengalaman, sehingga membuat banyak pandangan dan wawasan. Berikut pernyataan S3 dari pengalamannya: S3: Kalau aku ngikutnya kayak karakter di komik kan. Kadang ngikutnya karakter cowok dan selalu keikut dengan karakternya. OBSS313.04.2016. Kemudian ibu PD4 menjawab : PD4 : Kan sebagai sumber inspirasi, informasi dan berimaginasi, sebagai sumber belajar dengan sumber-sumber kebaikan- kebaikan seperti itu ya saya juga dulu pernah merasakannya. 121 Saya pengin sekali jadi pemain sepak bola perempuan, tapi ya saya belajar. Bapak saya tidak membolehkan. Saya sebagai perempuan ya harus memikirkan banyak hal. OBSPD413.04.2016. S3 kemudian memberikan pernyataan sebagai berikut: S3: Aku kalau lihat cewek sekarang banyak yang memikirkan kecantikan. Kayak beli lipstik dan lainnya. OBSS313.04.2016. Ibu PD4 pun menjawab : PD4 : Ya gitu kalau jiwa kita dikuasai lingkungan. Harus banyak belajar. Apapun itu kita harus menjadi diri sendiri. OBSPD413.04.2016. Pendamping dan warga belajar mencari pemecahan atas masalah pembentukan karakter itu bersama-sama. Hasil yang didapat adalah bahwa manusia hidup harus menyelaraskan antara hati, pikiran dan jiwa yang seimbang. Hal ini sesuai yang dikatakan oleh ibu PD4 sebagai berikut: PD4: Hidup adalah proses pembelajaran yang harus dinikmati, namun jangan sampai kita dikuasai oleh dunia luar. Kita sebagai manusia harus dapat menguasai diri sendiri agar tidak terpengaruh dengan lingkungan. Dengan demikian, kita akan menjadi manusia yang dapat memiliki prinsip dan keputusan sendiri, tanpa harus mengikuti orang lain. OBSPD413.04.2016 Pendamping dan warga belajar melakukan evaluasi dan refleksi terhadap pembelajaran yang telah dilakukan. Setiap warga belajar melakukan penilaian terhadap apa yang menjadi target awal pembelajaran, apakah telah tercapai atau belum. Setiap target yang direncanakan, ditulis di buku report warga belajar masing-masing. Kegiatan ini dapat memantau perkembangan setiap anak mengenai pembelajaran yang dilakukan. 122 Dari hasil ini, warga belajar merasa pikirannya terbuka. Hal ini dapat dilihat dari keseriusan dan anggukan kepala warga belajar yang menunjukkan mereka telah paham dan mengerti. Dalam prosesnya, S2 yang awalnya menanyakan mengenai kebimbangannya dalam berfikir, ketika Qaryah Thayyibah menggelar Tugas Akhir TA yang merupakan tugas individu dalam membuat karya, S2 terlihat semangat dan totalitas dalam membuat karya film untuk ditampilkan di pameran. Ia menjadi memiliki keteguhan hati bahwa karya yang ia buat harus bermanfaat bagi masyarakat. Ketika kegiatan pameran berlangsung pun S2 memperlihatkan karyanya di depan umum terutama anak-anak dan memberikan praktik pengalaman bagi anak-anak bagaimana membuat karya film. Walaupun warga belajar yang lain tugasnya dapat dibentuk kelompok dan banyak yang menganggur, S2 sangat semangat dalam memberikan ilmu kepada anak-anak di tempat pameran karya berlangsung. 2. Pada hari Rabu, 20 April 2016 pukul 08.00-10.00 WIB peneliti mengikuti pembelajaran di kelas Folia dengan pendamping ibu PD2. Pendamping dan warga belajar berkumpul membentuk lingkaran. Mereka duduk di atas kursi di depan gedung Resource Center RC, untuk mendiskusikan permasalahan sekolah. Di kelas ini, ibu PD2 menawarkan materi yang akan dibahas di kelas, namun tidak ada warga belajar yang mengusulkan. Kemudian ibu PD2 menawarkan 123 untuk memecahkan masalah tentang kedisiplinan ketepatan waktu dalam memulai aktivitas kegiatan di Qaryah Thayyibah. Ibu PD2 berbagi cerita bahwa kedisiplinan anak-anak di Qaryah Thayyibah semakin lama semakin berkurang. Ibu PD2 mencoba memahamkan ke warga belajar agar masalah tersebut menjadi masalah bersama, bagaimana hal tersebut dapat terjadi, mengapa dan apa solusi yang ditawarkan untuk memecahkan permasalahan tersebut. Berikut dialog singkat dalam pembelajaran oleh ibu PD2 sebagai berikut: PD2: Saya melihat anak-anak kok semakin ke sini kedisiplinannya kurang kenapa ya? Padahal jam masuk sudah sesuai kesepakatan. Kenapa mereka bangunnya siang terus? Kalau setiap hari masuk jamnya mundur terus ya gimana. Kan kasihan yang sudah menunggu dan berangkat awal. Semakin ke sini kok semakin semaunya sendiri. Nah itu menurut kalian gimana? OBSPD220.04.2016. Kemudian beberapa anak mengemukakan tanggapannya, sehingga menjadi diskusi kelas. Salah satu warga belajar mengemukakan pendapa tnya, “S3: Mungkin karena di sini bebas buk. Mereka memaknai bebas ya bebas. Mereka tuh pengenya bebas, dan mereka belum mamaknai kata bebas yang ada di sini. “ OBSS320.04.2016. Kemudian S4 salah satu warga belajar menambahkan pendapatnya sebagai berikut: S4: Nah kemarin juga aku udah deketin kayak si AD salah satu warga belajar dia bilang kalau di sini bebas, ya masuknya bebas lah. Gitu buk. Aku udah bilangin kalau di sini memang bebas gak seperti di formal. Tapi kan bebas itu tetep ada aturannya. 124 Dimana-mana kan ada aturan kan. Di hutan aja tetep ada aturan kok. Nah ”bebas” bebas yang apa dulu. OBSS420.04.2016. Ibu PD2 pun memahamkan kepada warga belajar sebagai berikut: PD2: Kedisiplinan memang penting. Kebebasan di Qaryah Thayyibah tetap memiliki aturan yang harus dilakukan, sehingga kegiatan di Qaryah Thayyibah terarah dan dapat dipertanggungjawabkan. Kebebasan yang diberikan tidak boleh disalahgunakan dalam hal negatif, harus yang bersifat positif. Oke gini aja kita bikin solusi alternatif plan a dan plan b. Kira- kira ada usulan gak? OBSPD220.04.2016. S4 kemudian menyamp aikan pendapat yaitu, “S4: plan a nya tetap diberikan kesempatan aja buk sampai besok pagi. Plan b nya kalau gak ada perubahan ya ganti jam aja. “ OBSS420.04.2016. Pendamping memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk belajar mempraktikkan apa yang telah menjadi kesepakatan awal mengenai jam masuk kelas, yakni pukul 08.00 WIB. Warga belajar dan pendamping sama-sama saling belajar untuk disiplin waktu. Setelah memberikan kesempatan untuk mempraktikkan kesepakatan awal, hari berikutnya ternyata masih ada warga belajar yang belum tepat waktu berada di Qaryah Thayyibah. Dengan demikian, pendamping dan warga belajar melakukan diskusi. Ibu PD 2 menyampaikan kembali mengenai masalah kedisiplinan sebagai berikut: PD2: Bagaimana ini mau tetap masuk jam 08.00 WIB apa mau diganti? Biar semua bisa tepat waktu dan tidak saling menunggu. Kalau mau diganti ya jam berapa biar kesepakatan aja. OBSPD221.04.2016. Salah satu warga belajar S9 menyampaikan pendapat yaitu, “S9: Jam 09.00 WIB aja gak papa buk.“ OBSS921.04.2016. Berdasarkan 125 tanggapan warga belajar tersebut akhirnya menemukan kesepakatan bersama mengenai jam masuk kelas. Hasil keputusan tersebut ialah bahwa jam masuk kelas yang harusnya dimulai pukul 08.00 WIB, dirubah menjadi pukul 09.00 WIB. Pada hari berikutnya dalam pertemuan kelas, warga belajar dan pendamping sudah berada di Qaryah Thayyibah sebelum pukul 09.00 WIB. Hal ini menunjukkan bahwa pendamping dan warga menjalankan aturan yang telah disepakati bersama dalam memulai aktivitas belajar, namun aksi ini juga tidak selamanya berjalan dengan lancar. Hari berikutnya warga belajar tidak melakukan aksi ini lagi. 3. Pada hari Kamis, 21 April 2016 pukul 08.00-10.00 WIB peneliti mengikuti pembelajaran di kelas Folia. Kegiatan rutin setiap hari Kamis adalah kegiatan untuk membuat ide. Kegiatan ini dilakukan oleh semua warga belajar. Setiap kelas berkumpul membentuk lingkaran dan menuliskan ide tentang apa yang telah ia dapatkan dalam memecahkan suatu permasalahan, baik dari lingkungannya maupun dari dirinya. Dalam hal ini, peran pendamping mendampingi setiap kelas dan mengecek hasil tulisan para warga. Selain isi dan solusi yang ditawarkan oleh warga atas permasalahan yang diangkat, penggunaan tata bahasa juga akan di teliti oleh pendamping. Hal ini bertujuan agar warga belajar dapat menulis dengan baik dan benar. Setelah semua warga belajar menuliskan hasil idenya, akan dipilih salah satu ide yang terbaik untuk disampaikan dalam forum 126 besar. Ketentuan ide siapa yang akan disampaikan dalam forum besar ini berdasarkan kesepakatan bersama. Setelah itu, semua warga belajar berkumpul membentuk lingkaran forum besar dengan didampingi pendamping. Forum besar ini diikuti oleh semua warga belajar dipimpin oleh satu moderator, untuk memperlancar jalannya kegiatan. Moderator bertugas untuk memberikan kesempatan pada setiap warga belajar yang ditunjuk untuk menyampaikan idenya. Salah satu warga belajar yakni, S8 mengemukakan sebagai berikut: S8: Gini, aku melihat kok ruangan sablon dan ruang karya kok kotor banget. Saya punya ide kalau kita bikin kegiatan untuk selalu merapikan dan membersihkan ruangan itu gimana? Atau ngagendain buat bersih-bersih ruangan itu. OBSS821.04.2016. Pendamping menyadarkan setiap anak agar masalah tersebut menjadi masalah bersama. PD5 menjawab pernyataan tersebut sebagai berikut: PD5: Nah itu ide yang sama kayak minggu lalu ya, sampai sekarang gak ada perubahan untuk membersihkan ruang komputer dan sablon. Nah saya mau tanya apakah memang kalian sibuk atau belum diagendakan? OBSPD521.04.2016 Salah satu warga belajar S6 menanggapi yakni, “tapi kan harus beli ini itu pake uang” OBSS621.04.2016. Kemudian bapak PD5 menjawab sebagai berikut: PD5: Ya gak pake uang kalau bersihin. Ya cuma butuh pembersihan yang kotor. Pake lap, air. Gitu aja. Ya kan yang dibersihin gak banyak. Kalau ide langsung gak diterima dan tidak ada pembahasan, gak ada tindak lanjut ya itu cuma sekedar ide 127 aja. Tapi kalau ada tindak lanjut, yang gak punya ide kan bisa meluangkan waktunya untuk beres-beres. Kan lumayan untuk dikerjakan sama anak QT. Mengerjakan bareng-bareng. OBSPD521.04.2016. Kemudian S6 menanggapi kembali, “tapi kan untuk menindak lanjuti gak ada yang mau m emulai.” OBSS621.04.2016. bapak PD5 pun menjelaskan sebagai berikut: PD5: Ya yang punya ide bisa memulai dan mengajak yang lainnya. Jangan sampai ada omongan “ah itu kan yang punya ide yang harus jalani” ya kalian harus kerjasama untuk menjalankan ide tersebut kalau memang baik. Sayang sekali kalau kemarin ada ide ruang sablon ruang komputer tapi kalau temen-temen gak ngrespon, yang punya ide dia suruh membersihkan ruangan sendiri ya gak mungkin. OBSPD521.04.2016. Pendamping dan warga belajar mencari solusi alternatif agar perawatan fasilitas dan sarana prasarana di Qaryah Thayyibah ini dapat berjalan dengan baik. Salah satu warga belajar yaitu S8 menyampaikan solusi agar semua anak dapat merawat dan menjaga fasilitas Qaryah Thayyibah dengan baik. Pernyataan S8 tersebut sebagai berikut: S8: Solusi yang saya berikan adalah bagaimana kalau kita menggunakan sistem jadwal piket, akan memudahkan untuk memantau. Jadi setiap kelas yang mendapatkan tugas piket, ya mereka tidak hanya membersihkan halaman, tapi juga ruang karya, komputer dan sablon. OBSS821.04.2016. Masalah ini kemudian mendapat respon baik dari pendamping maupun warga belajar lainnya untuk direalisasikan. Pendamping memberikan kesempatan kepada warga belajar untuk belajar mempraktikkan apa yang telah menjadi kesepakatan yakni, dengan sistem jadwal piket kelas. Setiap kelas yang memiliki jadwal untuk piket harus membersihkan fasilitas di Qaryah Thayyibah. Baik 128 membersihkan halaman, buku, komputer, ruang sablon, ruang karya maupun peralatan musik dan peralatan lainnya agar tetap terjaga, sehingga bukan hanya membersihkan halaman saja. Setelah dilakukan diskusi, akhirnya dapat menemukan kesepakatan bersama bahwa sistem jadwal piket kelas dapat digunakan sebagai jalan baru solusi alternatif untuk perawatan fasilitas dan sarana prasarana di Qaryah Thayyibah. Pada keesokan harinya, kelas yang mendapatkan jadwal piket, membersihkan semua lingkungan di Qaryah Thayyibah dan fasilitasnya, namun aksi ini tidak selamanya berjalan dengan baik. Hari berikutnya warga belajar hanya membersihkan halaman dan ruangan Resource Center RC tanpa membersihkan ruang karya, komputer dan sablon di Qaryah Thayyibah. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang dilakukan peneliti dapat disimpulkan bahwa metode yang digunakan dalam proses pembelajaran di Qaryah Thayyibah menggunakan metode dialog dan hadap masalah. Metode ini digunakan sebagai metode yang menekankan untuk menumbuhkan kesadaran kritis pada warga belajar. Hal tersebut dapat dilihat dalam contoh penyelesaian masalah pembentukan karakter, kedisiplinan dan penyampaian ide tentang perawatan dan pembersihan ruang-ruang yang ada di Qaryah Thayyibah. 129 d. Pembentukan Karakter Selain mengembangkan karakter kritis pada warga belajar di Qaryah Thayyibah, pembentukan karakter seperti kedisiplinan dan kesopanan tetap dikembangkan, namun dengan metode yang tidak memaksa warga belajar. Berdasarkan wawancara yang dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa pembentukan karakter seperti kedisiplinan dan kesopanan tetap ditekankan pada warga belajar, namun metode yang digunakan tidak menekan dan memaksa. Semua aturan dikembalikan pada kesepakatan bersama. Dengan demikian, akan menumbuhkan sikap tanggung jawab setiap warga belajar dalam menepati janji yang dibuatnya. Mengenai penerapan kesopanan, prinsipnya adalah tidak mengganggu orang lain. Hal ini sesuai apa yang dikatakan oleh pendiri Qaryah Thayyibah bapak AB ketika diwawancarai peneliti sebagai berikut: Pembentukan karakter, dari dulu sama. Karakter itu berpikir inovatif. Kadang-kadang diterjemahkan dengan sopan santun. Saya kurang sepakat. Karakter itu membangun kesadaran dan itu yang memanusiakan. Bukan unggah-ungguh. Kesopanan itu kan sangat kontekstual, jadi kalau pemaksaan pada anak sebagai pemilik jaman pada norma yg berlaku, orang menyebutnya kesopanan bagi saya itu justru pembatasan. Membangun kepribadian anak, sebenarnya pemberian kesempatan untuk berkreasi. Orang-orang yang tradisional, sopan santun merupakan hal penting. Ya saya memahami karena mereka sudah terkonstruksi dengan budaya norma- norma masyarakat, yang penting kita saling memahami karena itu akan membangun kedinamisan suatu perspektif. Asal tidak sampai pada hal-hal yang merugikan. Prinsipnya sesuai kesepakatan. Ketaatan atas kesepakatan bersama. Pembentukan 130 karakter tetep ada, tetapi metodenya tidak menekan dan memaksa. Dikembalikan pada kesepakatan. Misalnya, kalau kesepakatan masuk kelas pukul 08.00 WIB, ya harusnya diterapkan. Anak akan belajar mempertanggungjawabkan atas apa yang telah disepakati. Jika anak kurang sepakat, ya dikritik. Prinsipnya dikembalikan pada kesepakatan bersama. Kritis itu juga pembentukan karakter. Kalau mengenai kesopanan, prinsipnya asal tidak mengganggu orang lain, itu tidak masalah. WWCAB25.04.2016. Hal tersebut juga dinyatakan oleh ibu PD2 bahwa, “pembentukan karakter tetep harus ada, tetapi tidak menekan, karena kedisiplinan dan kesopanan merupakan bagian penting dalam pembentukan karakter. Kedisiplinan dan kesopanan itu hal dasar yang justru memberi nilai plus.” WWCPD203.05.2016. Pernyataan tersebut kemudian diperkuat oleh salah satu pendamping yakni ibu PD3 bahwa, “Ya harus tetep ada mbak. Soalnya kedisiplinan dan kesopanan bagian dari kehidupan. Cuma mungkin metode yang layak yang kita pakai tidak menekan. Bisa jadi dengan memahamkan siswa untuk mengingatkan hal itu. ” WWCPD320.04.2016. Berbeda dengan pandangan orang tua dari warga belajar di Qaryah Thayyibbah ibu OT1 mengatakan bahwa : Kalau dari saya sendiri, yah apakah di sana kurang adanya kesopansantunnya, kok terus anak saya sendiri tuh kalau orang tua ngasih tahu tuh bantah gitu lho. Saya mikir apakah di sana kurang diberikan sopan santun ya. Gitu….WWCOT120.04.2016. Kemudian ibu OT2 salah satu orang tua warga belajar di Qaryah Thayyibah menjelaskan bahwa: 131 Kan disana memang bebas. Sebenarnya kalau bebas terarahkan bagus. Selama ini belum, belum fokus. Ya kesadaran kedisiplinan dan motivasi anak kurang. Pengawasannya juga kurang. Ada pertemuan dengan pendamping tapi jarang banget. Pokoknya kalau lebaran, kalau gak salah setahun sekali. Paling yang dibahas ya masalah anak WWCOT221.04.2016. Kemudian hal yang sama juga disampaikan oleh ibu OT3 sebagai orang tua dari warga belajar di Qaryah Thayyibah sebagai berikut: Suatu hari ayahnya M itu kan ada acara, terus dia datang. Anak-anak Qaryah Thayyibah pada lewat, kayaknya pada mau jajan, “anak-anak yang sekolah disitu pada kurang ajar ya pak?” kata orang. “loh kenapa?” ayahnya tanya. “Lewat di depan orang tua gak bilang, permisi pak, permisi mbak, permisi mas, orak…. was wes was wes…..dikiranya kita tanaman kali.” gitu. Hhmmmm,…jadi, bukan cuma kita aja lo yg berpikiran negatif, tetangga sekitarpun juga seperti itu WWCOT322.04.2016. Berdasarkan dari hasil wawancara dari pendamping Qaryah Thayyibah dan orang tua warga belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa pembentukan karakter seperti kedisiplinan dan kesopanan di Qaryah Thayyibah tetap dilakukan, namun metode yang digunakan tidak menekan dan memaksa. Setiap warga belajar harus dapat membangun kesadarannya untuk dapat bersikap disiplin tanpa harus dipaksa. Jika ada penekanan kedisiplinan dan kesopanan, maka akan membatasi warga belajar. Prinsip yang ditekankan di Qaryah Thayyibah adalah berdasarkan kesepakatan bersama. Kritis juga merupakan salah satu pembentukan karakter, sedangkan mengenai kesopanan, prinsipnya adalah bahwa setiap anak tidak boleh mengganggu orang lain. Berbeda dengan pandangan dari beberapa orang tua warga belajar mengatakan bahwa di Qaryah Thayyibah memang kurang menekankan kedisiplinan dan kesopanan. Hal ini dapat dilihat dari 132 perilaku warga belajar yang kurang bisa menerapkan nilai-nilai kesopanan di masyarakat. Misalnya, warga belajar tidak menyapa atau mengatakan permisi dengan orang yang lebih tua ketika bertemu.

4. Hasil Belajar Peserta Didik Dalam Perspektif Pedagogi Kritis di

Qaryah Thayyibah a. Warga Belajar Hasil pembelajaran sebagai bentuk dari hasil proses pendidikan diharapkan mampu memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan pendidikan yang diinginkan. Hasil akan memberikan petunjuk apakah pendidikan yang diberikan berhasil atau tidak, dan baik atau buruknya hasil yang didapat tergantung dari proses pendidikan yang diberikan. hasil pembelajaran di Qaryah Thayyibah ini adalah menghasilkan warga belajar yang memiliki hasil karya, kritis dan dapat mengambil keputusan sendiri. Berikut disampaikan oleh bapak AB selaku pendiri Qaryah Thayyibah ketika diwawancarai peneliti: Saya tidak terlalu memberikan ukuran kayak gitu, yang penting mereka sehat tidak menyakiti orang lain dan mandiri. Itu yang penting. Ya tetep ada karya nyata kayak TA Tugas Akhir dan GK Gelar Karya. Banyak anak yang melanjutkan kuliah itu menjadi pelopor dan penggerak di organisasi, karena memang mereka terbiasa aktif vokal. Suatu kali anak saya kuliah tapi keluar karena berantem dengan dosen, mungkin karena melihat suatu ketidakadilan atau ketidaksesuaian di kampus sehingga dia memilih untuk keluar. Ya saya bangga, tidak nangis atau marah. Saya tidak menganggap anak saya gagal, semua berhasil, karena dia bisa mengambil keputusan sendiri. Itu kan langka. Ya karena proses selama ini memang sudah terinternalisasi dengan kebebasan. WWCAB25.04.2016. Kemudian ibu PD4 selaku pendamping di Qaryah Thayyibah menjelaskan: 133 Nek kalo sifate fisik ya karya bisa dilihat secara langsung. Kalau yang sifatnya bersifat pembentukan karakter ini, ya anak menjadi percaya diri, punya keyakinan yang tinggi, anak yang merasa merdeka dalam hidupnya, anak yang amanah, bertanggungjawab untuk diri sendiri dan orang lain. Itu output yang immateri. Dari kekuatan itu kan nanti karya apapun kan mudah. Perkara skill tak kira itu mudah to, tapi ini lho untuk menemukan jati diri sesungguhnya harus belajar benar-benar. Menemukan ruh hakikatnya itu kan gak mudah. Itu belajar yang sesungguhnya. Punya prinsip hidup yang jelas, karena hidup ini banyak pilihan dan banyak resiko. Nah harus memiliki kesadaran kritis. WWCPD426.04.2016. Ibu PD3 selaku pendamping di Qaryah Thayyibah menambahkan sebagai berikut: Kalau hasilnya kita lebih ke karya. Lebih ke karya nyata. Karyanya kan emang ada karya tampak dan tak tampak. Kalau yang saya tekankan lebih ke karya yang tak tampak. Lebih ke attitudenya, jadi bisa menjadi orang yang baik, orang yang bisa bermanfaat untuk lingkungannya. Kalau di kelas saya, itu saya tekankan. Hal sopan santun dll. Gak ada artinya, mereka terampil kalau mereka gak tau sopan santun. Begitu. Kalau GK itu dilaksanakan di sekitar QT sini. Kalau yang kemarin itu TA itu dipamerkan dikhalayak umum. Kalau TA itu Tugas Akhir semester. Setiap anak beda-beda karyanya. Bedah TA kemarin itu ada pengujinya kayak bedah skripsi itu, yang bulan kemaren. Tapi kami sifatnya lebih fleksibel. Namanya juga uji TA, untuk menambah pengembangan kemampuan mereka, dari saran penguji. WWCPD320.04.2016. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti, dapat diketahui bahwa hasil pembelajaran di Qaryah Thayyibah dari perspektif pedagogi kritis adalah berupa karya nyata dan pembentukan kepribadian. Karya nyata dapat dilihat dari kegiatan Tugas Akhir TA, di mana setiap individu menampilkan hasil karya terbaiknya untuk di pamerkan ke khalayak umum. Hasil karya berupa tulisan di buku berupa cerpen dan puisi, musik, handycraft, 134 film, dan lain sebagainya. Pembentukan kepribadian dapat dilihat dari tingkat percaya diri dalam menyampaikan pendapat, kedewasaan dan kekritisan warga belajar dalam memecahkan sutau permasalahan. Berdasarkan hasil studi dokumen yang dilakukan peneliti, dapat dilihat beberapa hasil karya warga belajar Qaryah Thayyibah sebagai berikut: 1 Ide Gambar 5. Pembuatan Ide Pembuatan ide ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh semua warga belajar Qaryah Thayyibah setiap hari Kamis. Hal ini bertujuan unuk meningkatkan kesadaran kritis warga belajar agar peka terhadap permasalahan-permasalahan sosial dan dapat memecahkan masalah tersebut dengan kritis. Dalam gambar di atas, dapat diketahui bahwa pembuatan ide yang dilakukan oleh S3 adalah 135 memberikan kritikan kepada Qaryah Thayyibah bahwa banyak masyarakat yang beranggapan buruk terhadap Qaryah Thayyibah. S3 menyampaikan pendapat bahwa warga belajar yang ada di Qaryah Thayyibah sebaiknya melakukan kegiatan yang dapat memberikan citra baik, sehingga anggapan masyarakat mengenai KBQT Komunitas Belajar Qaryah Thayyibah berubah. S3 menawarkan untuk melakukan kegiatan yang melibatkan warga sekitar dan warga Qaryah Thayyibah dengan kesepakatan bahwa anak Qaryah Thayyibah tetap dapat menjaga citra Qaryah Thayyibah. 136 2 Komik Gambar 6. Hasil Karya Warga Belajar Membuat Komik Berdasarkan gambar hasil belajar warga di atas, dapat diketahui bahwa hasil karya tersebut merupakan bentuk peningkatan daya kreativitas warga belajar dalam mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya. Pengembangan potensi tersebut