215 Thayyibah
Indonesia bahwa evaluasi pembelajaran
selalu dilakukan bersama- sama.
dilakukan bersama-sama dan merupakan
inti dari
pembelajaran di
Qaryah Thayyibah. Masalah yang di
evaluasi tersebut
adalah evaluasi
tentang kegiatan
pembelajaran, individu, kelas, dan forum.
FAPD128.04.2016 Pendamping
Sering. Itu
malah jadi
intinya.
Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti
kepada pendamping, dapat diketahui
bahwa evaluasi
merupakan hal yang inti dari proses pembelajaran.
PD203.05.2016 Pendamping
Iya pasti. Jadi, evaluasi tentang kegiatan pembelajarannya,
individu, kelas,
forum. Ada
evaluasi bersama pendamping ada evaluasi bersama siswa. Kadang
juga pendamping
melakukan evaluasi
untuk meningkatkan
keaktifan siswa. Itu didiskusikan kembali. Setelah ada evaluasi,
setiap siswa pasti ada perubahan tapi tingkatannya berbeda.
Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti
kepada pendamping, dapat diketahui
bahwa evaluasi
selalu dilakukan. Bentuk dari evaluasi
tersebut adalah
evaluasi tentang
kegiatan pembelajaran, individu, kelas,
dan forum..
M. Pembentukan Karakter di Qaryah Thayyibah
Nama Transkip
Reduksi Data Kesimpulan
AB25.04.2016 PendiriKetua
Pembina Yayasan
Pembentukan karakter, dari dulu sama. Karakter itu berpikir
inovatif. Kadang-kadang
Dari hasil wawancara yang
dilakukan peneliti
kepada pendiri
Qaryah Berdasarkan beberapa
pendapat dari narasumber, dapat
disimpulkan bahwa
216 Pendidikan
Qaryah Thayyibah Indonesia
diterjemahkan dengan
sopan santun. Peneliti kurang sepakat.
Karakter itu membangun kesadaran dan itu yang memanusiakan. Bukan
unggah-ungguh.
Penekanan kedisiplinan dan kesopanan tidak ada. Kesopanan itu
kan sangat kontekstual, jadi kalau pemaksaan pada siswa sebagai
pemilik jaman pada norma yg berlaku,
orang menyebutnya
kesopanan bagi peneliti itu justru pembatasan. Definisi kesopanan
bagi peneliti gak perlu, yang penting sadar tentang dirinya dan
tidak
ganggu orang
lain itu
prinsipnya. Jadi kalau orang merasa
terganggu karena beda style, beda keyakinan, nah itu problemnya
sebenarnya dia. Ketika kita melihat orang pakai kain rok mini tapi dia
terganggu ya menurut peneliti dia sendiri yang memiliki problem.
Ketika kita
menekankan kesopanan itu akan membatasi
siswa untuk berkreativitas karena Thayyibah dapat diketahui
bahwa menurut bapak AB pembentukan
katrakter seperti
kedisiplinan dan
kesopanan di
Qaryah Thayyibbah
tidak terlalu
ditekankan. Setiap
warga belajar
harus dapat
membangun kesadarannya untuk dapat
bersikap disiplin tanpa harus dipaksa. Jika ada penekanan
kedisiplinan dan kesopanan maka akan membatasi warga
belajar.
Selama warga belajar tidak mengganggu orang lain
dan sadar akan dirinya hal itu merupakan
prinsip yang
ditekankan di
Qaryah Thayyibah.
pembentukan karakter
di Qaryah Thayyibah tetap ada,
karena kedisiplinan
dan kesopanan
bagian dari
kehidupan, namun metode yang
digunakan tidak
menekan dan memaksa. Setiap warga belajar
harus dapat
membangun kesadarannya untuk dapat
bersikap disiplin tanpa harus dipaksa. Jika ada penekanan
kedisiplinan dan kesopanan maka akan membatasi warga
belajar.
Prinsipnya sesuai
kesepakatan, sedangkan
mengenai kesopanan,
prinsipnya adalah
tidak mengganggu orang lain.
217 itu pendefisian. Nah gak tau kenapa
peneliti suka perkataan etika dan etiket menurut Gus Mus, beliau
bilang ahok itu tidak punya etiket tapi sebenarnya dia beretika bagus.
karena dia menggebrak sesuatu tapi dengan cara yang tidak sesuai
dengan norma yang berlaku.
Orang menganggap itu tidak sopan. Membangun kepribadian
siswa, sebenarnya
pemberian kesempatan untuk berkreasi. Itu
juga sebenarnya
definisi pembentukan
kepribadian dan
moral itu di situ. Tadi peneliti sampaikan
kenapa Ki
Hajar Dewantara diagungkan, ya karena
dia berani melawan porak poranda Belanda.
Nah, orang seperti itu yang dianggap
pemberontak sampai
dibuang, itu
ya orang
yang bermoral. Mereka berani. Oleh
norma-norma setempat
kadang dianggap jahat. Pikiran perubahan
ke arah yang lebih berkeadilan itu lebih bagus. Hanya cara-cara yang
218 terlalu keras itu menjadi konyol.
Tidak ada
penekanan kedisiplinan. Setiap siswa harus
dapat membangun
kesadaran dirinya unuk berdisiplin tanpa
adanya paksaan. Dengan cara memperbanyak intensitas diskusi,
agar siswa mampu berpikir kritis. Dengan
memperbanyak diskusi
maka siswa akan belajar berpikir, belajar memutuskan kesepakatan
dan akan terbangun kesadarannya dengan sendiri.
Misalnya, jika melakukan kesepakatan bersama untuk masuk
jam 07.00, maka ia akan belajar untuk
menepati janji
karena kesadaran
kritisnya sudah
terbangun. Kadang
siswa harus
menundukkan kepala ketika ada orang tua. Itu merupakan hasil
budaya yang sudah terstruktur sejak dulu. Orang-orang yang
tradisional,
sopan santun
merupakan hal penting. Ya saya memahami karena