Faktor-Faktor Pendidikan Tinjauan Pedagogi

15 1 Kasih sayang kepada peserta didik. 2 Tanggung jawab kepada tugas pendidik. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pendidik merupakan tiap orang yang dengan sengaja mempengaruhi orang lain untuk mencapai kedewasaan. Faktor ini terdiri dari dua unsur yaitu orang tua dan guru. Dalam hal ini keduanya harus bertanggung jawab terhadap perkembangan anak. Tugas yang paling utama adalah peran orang tua dalam mendidik anak di rumah. Kehidupan anak akan dihabiskan di rumah, sehingga orang tua harus menciptakan lingkungan keluarga yang dapat mendidik anak. Orang tua dan guru harus kerjasama dalam mengawasi dan memberikan pendidikan kepada anak, agar anak dapat tumbuh sesuai dengan tahap usia perkembangannya. c. Peserta Didik Hasbullah 2011: 23 menyatakan bahwa anak didik merupakan setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau sekelompok orang yang menjalankan segala kegiatan. Sutari Imam Barnadib 2013: 67 mengatakan bahwa anak didik adalah seorang anak yang selalu mengalami perkembangan sejak terciptanya sampai meninggal dan perubahan-perubahan itu terjadi secara wajar. Hal ini diperkuat oleh UU Sisdiknas No 20 Th 2003 mengatakan bahwa peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha 16 mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu. Sutari Imam Barnadib 2013: 66 mengatakan bahwa dalam perkembangan anak terdapat lima asas perkembangan sebagai berikut: a. Tubuhnya selalu berkembang. b. Anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya. c. Anak membutuhkan pertolongan dan perlindungan untuk kesejahteraan. d. Anak mempunyai daya berekplorasi. e. Anak mempunyai dorongan untuk mencapai emansipasi. Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa peserta didik merupakan orang yang menerima pengaruh dari seseorangorang dewasa yang selalu mengalami perkembangan untuk mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan tertentu sejak terciptanya sampai meninggal. d. Faktor Alat-alat Hasbullah 2011: 26-27 menyatakan bahwa alat pendidikan merupakan suatu tindakan atau situasi yang sengaja diadakan untuk tercapainya suatu tujuan pendidikan tertentu. Sutari Imam Barnadib 2013: 84-85 mengatakan bahwa faktor alat-alat ialah segala sesuatu yang secara langsung membantu terlaksananya tujuan pendidikan. Alat pendidikan tidak hanya terbatas pada benda-benda konkrit saja seperti papan tulis, bangku sekolah, kapur, dan kurikulum, tetapi dapat juga 17 berupa nasihat, tuntunan. Sebagai contoh: hukuman, ancaman, perintah dan lain sebagainya. Crow dan Crow Sutari Imam Barnadib, 2013: 85 mengatakan bahwa yang dimaksud dengan alat-alat ialah alat pengajaran. Alat-alat tersebut berupa: a. Rencana Pelajaran b. Tempat Duduk Anak c. Ruangan Kelas Berdasarkan hal di atas, dapat disimpulkan bahwa alat pendidikan merupakan suatu tindakan yang sengaja untuk membantu terlaksananya tujuan pendidikan. Alat pendidikan tersebut terdiri dari semua alat pengajaran seperti bangku sekolah, rencana pelajaran, kurikulum dan lain sebagainya. e. Faktor Alam Sekitar Milieu Tak dapat dipungkiri bahwa lingkungan merupakan faktor yang tak dapat dihindari. Lingkungan sangat berpengaruh dalam proses pertumbuhan anak, baik lingkungan keluarga, sekolah maupun masyarakat. Sutari Imam Barnadib 2013: 130-132 mengatakan bahwa faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di keliling anak-anak yang terdiri dari : a. Lingkungan Keluarga Di dalam keluarga lah anak didik mulai mengenal hidupnya. Pengaruh keluarganya lingkungan besar sekali atas perkembangan 18 anak. Dasar-dasar kelakuan daripada anak didik tertanam sejak di dalam keluarga, juga sikap hidup serta kebiasaan-kebiasaannya. Suasana keluarga diliputi rasa cinta, simpati, tenteram dan suasana percaya-mempercayai. Sifat kepemimpinan di dalam keluarga meliputi Otoriter, Liberal, dan Demokrasi. Perkembangan anak dapat berkembang dengan baik atau tidak bergantung bagaimana kepemimpinan diterapkan dalam keluarga tersebut. Jadi, pendidikan keluarga merupakan dasar pendidikan selanjutnya. b. Lingkungan Sekolah Sumbangan sekolah kepada pendidikan ialah sekolah membantu rumah orang tua mengajarkan kebiasaan-kebiasaan baik dan menanamkan budi pekerti yang baik, juga diberikan pendidikan untuk kehidupan di dalam masyarakat. Sekolah melatih anak memperoleh kecakapan membaca, menulis, berhitung dan sebagainya. d. Lingkungan Masyarakat. Cook dalam Sutari Imam Barnadib, 2013: 123 mengatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya dan dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya. Setiap 19 masyarakat dapat mempunyai dan mempengaruhi pendidikan dengan cita-citanya. Tugas masyarakat ialah membiayai sekolahpendidikan. Masyarakat mempunyai tujuan agar anak didik yang muda-muda itu kelak dapat membantu kepada masyarakat dan mengabdi kepada negara. Dari macam pengaruh lingkungan di atas, dapat diketahui bahwa ketiga lingkungan tersebut satu dengan yang lainnya tidak boleh dipisah-pisahkan, harus merupakan mata rantai yang tidak boleh diputuskan. Hal ini terjadi karena lingkungan sangat berpengaruh terhadap tingkatan perkembangan usia anak didik. Hal tersebut ditekankan oleh Fuad Hasan 2008: 10, bahwa dalam pendidikan, situasi lingkungan mempengaruhi proses dan hasil pendidikan. Situasi lingkungan ini meliputi lingkungan fisik, lingkungan teknis dan lingkungan sosio-kultural. Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa lingkungan sangat berpengaruh dalam proses perkembangan anak. Lingkungan tersebut terdiri dari lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Setiap lingkungan memiliki pengaruh yang berbeda- beda, sehingga lingkungan harus memberikan hal-hal yang positif agar tidak memberikan dampak yang negatif bagi perkembangan anak. 20

B. Tinjauan Pedagogi Kritis Paulo Freire

1. Pengertian Pedagogi Kritis

Dalam era modern, pendidikan membutuhkan bahan ajar yang memasukkan penyelesaian permasalahan sosial masyarakat secara kritis dan riil. Pendidikan yang masih konvensional belum dapat membongkar tatanan sistem pendidikan yang membelenggu peserta didik. Oleh karena itu, diperlukan suatu metode pendidikan kritis untuk membelajarkan peserta didik menyelesaikan persoalan lapangan secara riil dalam kehidupan. Rakhmat Hidayat 2013:6 menyebutkan bahwa pedagogi kritis dapat didefinisikan sebagai teori pendidikan dan praktik pembelajaran yang didesain, untuk membangun kesadaran kritis mengenai kondisi sosial yang menindas. Siti Murtiningsih, 2006:9 mengatakan bahwa pendidikan kritis tidak diperkenankan mengobjekkan peserta didik, karena hal tersebut bertentangan dengan panggilan ontologis manusia. Hal tersebut ditekankan kembali oleh Mansour Fakih yang menyatakan bahwa pendidikan kritis harus mampu membuka wawasan dan cakrawala berpikir, baik pendidik maupun peserta didik, menciptakan ruang bagi peserta didik untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis diri struktur dunianya dalam rangka transformasi sosial Muhammad Karim, 2009:151. Rakhmat Hidayat 2013:7-8 mengatakan bahwa pedagogi kritis pada dasarnya dapat dipahami dalam dua makna sebagai berikut: 21 a Pedagogi kritis sebagai paradigma berpikir. Dalam hal ini pedagogi kritis dibangun atas dasar critical thinking untuk selalu mempertanyakan dan mengkritisi pendidikan itu sendiri dalam hal-hal fundamental baik dalam tataran filosofis, teori, sistem, kebijakan maupun implementasi. b Pedagogi kritis sebagai gerakan sosial. Tujuan akhir pedagogi kritis adalah melahirkan praksis pendidikan yang egaliter, humanis, demokratis serta keadilan berbasiskan critical thinking di kalangan peserta didik. Gerakan sosial yang diusung pedagogi kritis adalah membongkar praktik pendidikan yang menindas dan dilakukan kalangan status quo. Dalam tataran filosofis, pedagogi kritis merupakan tantangan dan kritik atas kemapanan modernisme serta kebijakan dan penyelenggaraan pendidikan yang bersifat oppressive. Pedagogi kritis diharapkan mampu menyadarkan masyarakat akan tekanan yang amat kuat pada pendidikan, sebagai praktik pembebasan manusia dan tatanan sosial ekonomi yang termanifestasikan dalam proses pendidikan. Dalam hal ini, pengetahuan menjadi pintu masuk untuk mengubah dunia menjadi lebih adil dan humanis. Dari sudut pandang pedagogi kritis, dapat dipahami bahwa pengetahuan dan aksipraksis saling berhubungan, sehingga tidak dapat dipisahkan. Dalam pandangan Freire, kekritisan membutuhkan praksis, baik refleksi dan tindakan, baik interpretasi dan perubahan Rakhmat Hidayat, 2013:9. 22 Rakhmat Hidayat 2013:8, dijelaskan bahwa : Dalam pandangan Freire, membangun kesadaran kritis dilakukan dengan cara mengembangkan kapasitas untuk membaca dalam mengembangkan kesadaran individu. Jika kesadaran individu dapat dibangun maka akan berpengaruh pada kesadaran dan kepercayaan kolektif. Pendekatan itu merupakan pengembangan rasa percaya diri dan keberhasilan, terutama dalam pemikiran kolektif dan tindakan. Dalam pendekatan itu tersebut ada keinginan untuk berubah, bukan hanya diri sendiri, tetapi situasi juga perubahan sosial di tingkat kelompok. Metode pedagogis yang dikembangkan Freire berupaya mempromosikan praksis dialog. Berdasarkan pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan kritis merupakan praktik pembelajaran, yang didesain untuk membangun kesadaran kritis yang mampu menciptakan ruang bagi peserta didik, untuk mengidentifikasi dan menganalisis secara bebas dan kritis mengenai kondisi sosial yang menindas. Pedagogi kritis harus dilakukan untuk membangun kesadaran kritis manusia, dengan pengetahuannya melalui membaca buku dan dilakukan secara kontuinitas hingga tindakan praksis secara konkrit. Hal ini dapat dilakukan oleh individu jika individu telah memiliki kepercayaan diri dan kesadaran kritis dalam membedah suatu pengetahuan.

2. Konteks Sosial Historis Pedagogi Kritis

Lahirnya pandangan mengenai pedagogi kritis pertama kali dipelopori oleh Paulo Freire. Paulo Freire merupakan seorang praktisi pendidikan dan seorang aktivis dari Brazil yang memberikan pendidikan bagi masyarakat buta aksara pada masanya. Ketertarikannya dalam dunia 23 pendidikan membawanya terus tekun mendalami permasalahan kehidupan masyarakat pada waktu itu. Paulo Freire lahir pada tanggal 19 September 1921 di Recife, merupakan wilayah timur laut dengan kemiskinan dan keterbelakangan. Freire berasal dari keluarga kelas menengah. Ayahnya, Joaquim Temistocles Freire adalah seorang polisi militer di Pernambuco. Ibunya, Edeltrus Neves Freire berasal dari Pernambuco beragama Katolik, baik, adil dan lembut. Kedua orang tua Freire lah yang mengajarkan Freire untuk menghargai dialog dan menghormati pendapat orang lain Freire, 2013: x. Pada tanggal 24 Oktober 1929 jatuhnya bursa saham di New York menyebabkan terjadinya krisis ekonomi di Amerika. Hal ini menyebabkan hancurnya tatanan ekonomi, baik negara industri maupun negara berkembang. Volume perdagangan internasional berkurang drastis, begitupula dengan pendapatan perseorangan, pendapatan pajak, harga dan keuntungan. Hal tersebut menyebabkan banyaknya pengangguran dan PHK akibat dari peristiwa itu Rakhmat Hidayat, 2013: 2-3. Dari peristiwa tersebut keluarga Freire juga mengalami kejatuhan finansial secara hebat. Namun, setelah situasi keluarganya membaik, Freire dapat melanjutkan pendidikan ke Universitas dengan mengambil fakultas hukum di Universitas Recife. Namun, ia lebih suka membaca tentang pendidikan daripada hukum. Dia juga belajar filsafat dan psikologi bahasa sambil menjadi guru dalam sepenggal waktunya Freire, 2013: xi. 24 Freire 2013: xii mengatakan, setelah lulus Freire bekerja menjadi Direktur dalam bidang Pendidikan dan Kebudayaan di negara bagian Pernambuco. Pengalamannya selama bekerja, membawa Freire pada kontak langsung dengan masyarakat miskin. Ia mendalami kehidupan sosial yang dirasakan masyarakat. Penelitian-penelitian yang ia lakukan juga mengembangkan metode dialogik dalam pendidikan. Keterlibatan di bidang pendidikan orang dewasa juga dimasukkan dalam seminar-seminar yang ia pimpin. Di tahun 1960-an Brazil mengalami keresahan sosial. Banyak organisasi masyarakat yang muncul untuk tujuan politik. Freire terlibat aktif dalam gerakan pemberantasan buta huruf yang masih meliputi jutaan rakyat di negerinya. Lantaran ia juga memberikan pendidikan agar rakyat misk in Brasil jadi “melek politik” RukiyatiL.Andriani, 2015: 65. Freire menyebutkan bahwa metode yang dipakai dalam memberikan pendidikan adalah Metode Paulo Freire, meskipun ia sendiri tidak mau menamakan demikian. Freire dan timnya berhasil menarik kaum tuna aksara untuk belajar membaca dan menulis. Apa yang dibangkitkan dalam proses kenal aksara, tidak hanya sebatas pada kemampuan mereka dalam bidang itu, tetapi sekaligus membawa pada kesadaran politik, masyarakat ikut berpartisipasi aktif dalam menentukan arah perkembangan bersama Freire, 2013: xiii. Berdasarkan uraian di atas, dapat simpulkan bahwa kemunculan pendidikan kritis oleh Freire, sarat dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya.