yang wajib sebagai sumber dan begitu pula penambahan atasnya, oleh sebab itu, Malik RA melarang untuk menyambung puasa sunah enam hari pada
bulan Syawwal, agar tidak dianggap bagian dari puasa Ramadhan. Diriwayatkan oleh Abu Daud dalam kitab Musnad-rya
15
bahwa seorang laki-laki masuk ke dalam masjid Rasulullah SAW, kemudian shalat fardu dan
langsung berdiri untuk mengerjakan shalat dua rakaat, maka Umar bin Khaththab RA berkata kepadanya, Duduklah hingga kamu dapat
memisahkan antara shalat fardhu dengan shalat sunahmu, dan beginilah celakanya orang-orang sebelum kita. Rasulullah SAW lalu bersabda, Allah
telah memberikan kepadamu kebenaran wahai lbnu Khaththab. Maksud Umar, orang-orang sebelum kita telah menyambung shalat
sunah dengan shalat fardhu, sehingga mereka berkeyakinan bahwa semua shalat tersebut hukumnya wajib, padahal merubah syariat secara mufakat
hukumnya haram.
5. Hukum Syariat Kelima: Mubah
Semua yang berkaitan dengan dalil-dalil yang mubah dan kaidah- kaidahnya dari syariat, seperti membuat alat pengayak untuk tepung, dalam
perkataan ulama, Sesuatu yang baru yang pertama kali diciptakan setelah wafatnya Rasulullah SAW yaitu membuat alat pengayak tepung. Sebab
membuat gandum menjadi lunak merupakan perkara yang mubah, sehingga sarananya pun mubah.
Bidah jika dipaparkan, pasti bertentangan dengan kaidah-kaidah syariat dan dalil-dalilnya, maka segala sesuatu yang berkaitan dengan dalil-
dalil dan kaidah-kaidah hukum pasti berhubungan dengan hal yang diwajibkan atau diharamkan, atau selain keduanya. Kita tidak boleh melihat perkara
tersebut dari sisi bidah dengan mengabaikan sesuatu yang berkenaan dengan hukumnya, sebab semua kebaikan hanya dengan mengikuti Sunnah dan
15
Yang dimaksud adalah Abu Daud Ath-Thayalisi, karena dialah pemilik Musnad, namun para ulama lebih banyak menggunakan nama tersebut. Jika disebutkan nama Abu Daud, maka
yang diinginkan ada pemilik Sunan.
Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin
semua keburukan dikarenakan perbuatan bidah. Setelah membagi hukum-hukumnya menjadi lima bagian; syaikhnya
mengomentari kaidah-kaidah yang dibuatnya dalam pembahasan tentang bidah, diantaranya bahwa cara untuk mengetahui perkara tersebut adalah
dengan mempertemukan dengan kaidah-kaidah syariat, apabila masuk dalam kategori kaidah wajib maka hukumnya wajib, hingga perkataannya, Dan
bidah yang wajib memiliki contoh. a.
Mempelajari sesuatu yang dapat dipahami dari firman Allah SWT dan sabda Rasul SAW. Bukankah menjaga syariat hukumnya wajib?
b. Menjaga arti-arti yang aneh dalam Al Qur’an dan Sunnah dari segi
bahasa. c Menulis dan membukukan ilmu ushul fikih.
d. Pembahasan tentang ilmu AlJarah wa At-Ta’dil ilmu yang
mempelajari tentang cacat dan tidaknya perawi hadits, untuk membedakan riwayat yang shahih dengan riwayat yang salah.
la kemudian berkata, Bidah yang diharamkan mempunyai permisalan
diantaranya: aliran Qadariyah, aliran Jabariyah, aliran Murjiah, serta aliran
Mujassamah, sedangkan menentang mereka termasuk kategori bidah yang wajib.
la berkata, Bidah yang mandub sunah memiliki permisalan
diantaranya: membuat benteng, sekolah, dan jembatan. Diantaranya:
semua perbuatan baik yang belum ditentukan pada masa-masa pertama.
Diantaranya: pembahasan tentang pendalaman ilmu tasawuf dan tentang debat. Diantaranya: mendirikan tempat perkumpulan untuk membahas
dalil-dalil dari suatu permasalahan, jika bertujuan semata-mata mencari keridhaan Allah.
la berkata, Perkara makruh mempunyai permisalan diantaranya:
mewamai masjid dan menghiasi mushaf Al Qur’an. Adapun membaca Al Qur’an dengan dibuat-buat yang menyebabkan perubahan arti dari
bahasa Arab asli, maka pendapat yang benar adalah termasuk bidah
Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin