Menciptakan Bentuk-Bentuk Syariat sesuai dengan Pemahaman yang Tidak Masuk Akal oleh
dari tangan mereka. Akan tetapi tidak mungkin bagi mereka untuk menyampaikan secara terang-terangan, karena hai itu akan memberikan
bahaya bagi mereka, yang membuat mereka mendapat hukuman dari pihak yang berwenang. Oleh karena itu, mereka melakukan penyamaran-
penyamaran dengan berbagai trik, diantaranya mengarahkan sejumlah fenomena yang membingungkan kepada suatu kemustahilan, lalu mereka
mengatakan bahwa fenomena tersebut memiliki suatu rahasia yang tersimpan di dalam bawathin, Bawathin itulah makna yang dimaksud, dan fenomena
yang tampak bukanlah makna yang dituju. Mereka berkata, Setiap fenomena yang ada pada syariat dalam hal perintah dan larangan, Hari Pembalasan,
dan perkara ketuhanan, hanyalah sekadar contoh-contoh dan simbol-simbol dari bawathin.
Di antara anggapan mereka terhadap syariat adalah: 1.
Al jinayah adalah pendakwa yang bergegas mengurus perkara yang bersangkutan dengan menyebarkan rahasia misteri kejadian kepada
yang bersangkutan sebelum mendapatkan ganjaran yang setimpal dari perbuatannya.
2. Al ghushlu mandi adalah memperbaharui perjanjian bagi orang yang
melakukan hal itu. 3.
Mujama’atul bahimah berzina dengan binatang adalah menjelek- jelekkan seseorang yang tidak memiliki perjanjian dan tidak sedikit
pun mengeluarkan sedekah secara rahasia —yaitu 119 Dirham menurut mereka—. Mereka berkata, Oleh karena itu, syariat mewajibkan untuk
membunuh keduanya, baik subjek pelaku maupun objek penderita. Jika tidak demikian maka kapan binatang akan dijatuhi hukuman wajib
bunuh? 4.
Ihtifam mimpi basah adalah mendahului lisannya dalam menyebarkan rahasia yang bukan pada tempatnya, maka wajib baginya
untuk mandi, atau ia harus memperbaharui kesepakatan atau janjinya.
5. At-tuhru bersuci adalah membersihkan dan melepaskan diri dari
semua keyakinan dan semua madzhab selain daripada mengikuti
Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin
perkataan imam. 6.
Tayammum adalah mengambil dari seseorang yang memiliki hak izin hingga ia senang dengan persaksian pendakwa dan seorang imam.
7. Ash-shiyaam adalah menahan diri dari mengungkap dan menyebarkan
rahasia. Mereka juga banyak mengerjakan kebohongan seperti ini dalam
permasalahan ketuhanan, taklif, dan akhirat. Itu semua adalah serangan dalam rangka menghentikan syariat Islam secara global dan terperinci, karena
mereka termasuk golongan Tsanawiyyah, Dahriyyah, dan Ibahiyyah, yang semuanya mengingkari kenabian, syariat, Hari Pembalasan Hari Kiamat,
surga, neraka, dan malaikat. Bahkan mereka mengingkari ketuhanan mereka. Itulah yang dinamakan kelompok Al Batiniyyah.
Banyak dari mereka yang percaya dan berpegang teguh pada huruf- huruf dan angka-angka, seperti perkataan mereka bahwa lubang yang
terdapat pada kepala manusia berjumlah tujuh, planet yang beredar berjumlah tujuh, jumlah hari dalam seminggu berjumlah tujuh, jumlah Imam juga tujuh,
dan yang ketujuh adalah yang melengkapinya. Mereka juga mengatakan bahwa alam terdiri dari empat unsur musim
yang terbagi dalam empat jenis, sehingga sebenarnya dasar sesuatu itu ada empat; yang telah lalu dan yang akan datang adalah dua Tuhan, dan An-
Natiq dan Al Asas adalah dua Imam. Mereka juga mengatakan bahwa gugusan bintang berjumlah dua belas,
yang menunjukkan bahwa hujjah imam mereka berjumlah dua belas dan merekalah yang menyeru kepada jalan Allah.
Masih banyak lagi keyakinan-keyakinan mereka yang bermacam- macam dan itu semua tidak membutuhkan atau tidak menerima pendapat
yang menolak pendapat mereka, karena semua aliran bidah selain mereka Al Batiniyyah banyak yang berpegang pada suatu pendapat yang
meragukan yang perlu untuk diteliti dan dinalar. Akan tetapi orang-orang ini Al Batiniyyah telah terlepas dari tali batasan yang menyebabkan mereka
Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin
menjadi bahan celaan dan tertawaan bagi orang-orang alim. Namun semua kebatilan ini dinisbatkan kepada pemimpin mereka yang ma sum menurut
mereka. Mereka juga membatalkan imam-imam yang sudah dikenal dalam kitab-kitab para ahli ilmu kalam akan tetapi untuk membantah pendapat
mereka diperlukan sedikit teka-teki. Hal itu tidak luput dari sisi pengakuan adanya keadaan darurat, dan
hal itu mustahil, karena keadaan darurat adalah sesuatu yang menyertai setiap orang yang memiliki akal serta tahu dan mengerti akan sesuatu tersebut,
sedangkan hal ini tidaklah demikian. Adapun dari sisi imam yang ma sum, mereka mendengar darinya
tentang berbagai takwil. Oleh karena itu, kami katakan kepada yang mengaku demikian, Adakah hal lain yang membuatmu mempercayai Muhammad SAW
sebagai seorang Rasul kecuali mukjizat? Bukankah imammu tidak mempunyai mukjizat? Al Quran menunjukkan bahwa yang dimaksudkan adalah
zhahimya, tidak seperti yang kalian maksud Apabila ia berkata, Zhahir Al Qur an merupakan sebuah rumus atau
sebuah simbol yang hanya dipahami oleh imam yang masum. Oleh karena itu, kami belajar dari mereka. Maka katakan kepada mereka, Dari sisi mana
kalian belajar dari mereka? Apakah dengan melihat hatinya secara nyata? Atau dengan cara mendengarkan darinya? Sementara yang dimaksud dengan
mendengar adalah yang disandarkan kepada telinga. Ada kemungkinan lafazhnya yang zhahir mengandung suatu makna yang tersembunyi dan tidak
bisa dipahami olehnya, dan kamu belum bisa menyingkapnya, sehingga perkara-perkara yang kamu pahami terhadap lafazhnya tidaklah
menyakinkan. Apabila ia berkata, Jelaskanlah maknanya. Maka katakan, Apa
yang kamu sebutkan zhahimya tidak mengandung rumus, sebab maksudnya telah nyata.
Katakan kepadanya, Dari mana kamu tahu bahwa ucapannya adalah suatu yang jelas dan semua makna yang dikatakan adalah sebagaimana
adanya? Bisa jadi ucapannya mengandung suatu pemahaman yang tidak
Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin
kamu pahami. Sampai-sampai bila ia bersumpah cerai secara zhahir dan tidak ada maksud lainnya, kamu akan menganggap ucapannya tersebut
mempunyai maksud tersembunyi yang tidak kamu pahami. Katakan kepadanya bahwa hal itu akan menghilangkan bab tafhim
pemahaman. Katakan kepadanya, Kalianlah yang menghilangkan dan
memutuskannya dan Nabi, karena Al Qur’an selalu menyatakan, —keesaan, surga, neraka, dan Hari Pembalasan, nabi-nabi, wahyu, dan malaikat—
dengan memperkokohnya menggunakan ungkapan sumpah. Sedangkan kalian berkata, Sesungguhnya zhahimya bukanlah yang dimaksud, karena
di dalamnya ada rumus tertentu. Apabila hal tersebut boleh dilakukan menurut kalian terhadap Nabi Muhammad SAW untuk suatu kepentingan dan rahasia
yang terdapat dalam rumus tersebut, maka hal tersebut juga boleh bagi orang yang kalian anggap masum untuk menampakkan suatu kebalikan dari
hal-hal yang ia sembunyikan, demi menjaga rahasia dan suatu kepentingan kalian.
Abu Hamid Al Ghazali berkata, Orang-orang sudah selayaknya mengetahui hal tersebut, karena tingkatan kelompok ini adalah tingkatan
yang paling rendah dibandingkan dengan tingkat aliran-aliran lain yang sesat. Kalian tidak akan menjumpai sebuah kelompok yang menjelek-jelekkan
kelompoknya sendiri kecuali ia Al Batiniyyah, juga karena madzhabnya meniadakan atau menolak penelitian serta merubah lafazh dari tempat aslinya
dengan dalih simbol. Seluruh kalimat yang mereka ucapkan terdiri dari beberapa hal, baik itu an-7azirsebuah penelitian maupun sebuah dalil dari
Al Qur’an dan hadits. Apabila itu dari an-nazhr maka sudah ditolak, namun apabila dari an-naql maka mereka telah membolehkan untuk mengartikan
suatu lafazh bukan pada tempatnya. Dengan demikian tidak ada lagi pada mereka orang yang maksum, wattaufiq biyadi Allah.
Imam Ibnu Al Arabi —dalam kitab Al Awasim— mengambil cara lain dalam menolak mereka Al Batiniyyah dan cara itu lebih lebih mudah; la
Imam Ibnu Al Arabi mengatakan bahwa sesungguhnya mereka tidak memiliki
Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin
jalan keluar untuk menangkal ucapan ini. Yaitu dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan khususnya kenapa? pada setiap perkara yang
mereka serukan. Setiap perkara yang dihadapkan dari mereka selalu tidak berdaya dan menyerah di depan Ibnu Al Arabi.
Ada suatu cerita menarik yang berkenaan dengan hal tersebut. Sudah cukup penggambaran suatu madzhab untuk membuktikan kebatilannya, akan
tetapi bersamaan dengan munculnya kerusakan dan jauhnya ajaran mereka dari syariat, maka beberapa kelompok bersandar kepada mereka, lalu mereka
membangun —dengan landasan mereka— suatu bidah yang sangat keji. Diantara mereka adalah Al Mahdi Al Maghrabi, yang mengaku sebagai seorang
imam yang ditunggu Al Imam Al Muntazhai yang masum, sampai-sampai orang yang meragukan ke-ma sum-annya atau mengingkari dirinya sebagai
Al Mattel Al Muntazhar, digolongkan sebagai orang kafir. Pengikutnya pernah mengaku bahwa ia telah mengarang sebuah kitab
tentang Al Imamah, yang didalamnya disebutkan bahwa Allah telah menjadikan Nabi Adam, Nuh, Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad sebagai
khalifah di muka bumi, sedangkan masa kekhalifahan tersebut adalah tiga puluh tahun, lalu setelah itu yang ada hanyalah kelompok-kelompok dan
hawa nafsu, kejahatan, hawa nafsu yang diikuti, serta kebanggaan setiap pembawa pendapat dengan pendapatnya masing-masing. Hal tersebut terus
berjalan seperti itu; kebatilan tampak jelas dan kebaikan tersembunyi. Ilmu pun diangkat, sesuai dengan pernyataan Nabi Muhammad SAW bahwa
kebodohan tampak dan tiada yang tersisa dari agama kecuali namanya serta tiada yang tersisa dari Al Quran kecuali tulisannya, sehingga Allah SWT
akan mendatangkan seorang imam yang akan mengembalikan agama. Sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi Muhammad SAW, Islam dimulai
dengan —dianggap— aneh dan akan kembali menjadi aneh, sebagaimana pertama kali diturunkannya, maka beruntunglah orang-orang yang —
dianggap— aneh. Ia mengatakan bahwa sesungguhnya kelompoknya orang-orang aneh
yang dimaksud dalam hadits tersebut adalah kelompoknya. Sungguh
Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin
sebuah pengakuan tanpa bukti yang tidak lebih dari pengakuan. Dalam kitab tersebut ia berkata, Sesungguhnya Allah mendatangkan
Mahdi yang ketaatannya sangat suci dan murni, yang tidak pernah ada orang sepertinya dari orang-orang terdahulu atau yang akan datang. Dengan
kedatangannyalah langit dan bumi diciptakan, ia tidak memiliki lawan, tidak memiliki perumpamaan, dan tidak memiliki sekutu.
Ini adalah suatu kebohongan dan sungguh Allah sangat jauh dan Maha Tinggi atas segala perkataannya. Ini sama seperti yang dijelaskan dalam hadits-
hadits yang diriwayatkan oleh At-Tirmidzi dan Abu Daud dalam hadits fathimy atas dirinya Al Mahdi. Tanpa diragukan lagi, dialah orangnya.
Asal mula perkara ini adalah tatkala ia berdiri di antara sahabat- sahabatnya untuk menyampaikan sebuah khutbah, ia berkata: Segala puji
bagi Allah yang Maha Kuasa atas perbuatan yang Ia kehendaki, yang Maha Menghukumi segala sesuatu yang Ia kehendaki, tidak ada yang menghalangi
perintah-Nya, dan tidak satu pun yang memprotes hukum-Nya. Semoga shalawat Allah tercurah kepada Nabi yang membawa kabar gembira dengan
kedatangan Al Mahdi yang akan memenuhi dunia dengan keadilan yang sebelumnya telah dipenuhi dengan kezhaliman dan ketidakadilan. Allah akan
mengutusnya tatkala kebenaran telah digantikan dengan kebatilan dan keadilan dihapus dengan kediktatoran. Tempatnya adalah Maghrib AlAqsha
waktunya adalah akhir zaman, namanya adalah nama serupa Nabi Muhammad SAW, dan nasabnya adalah nasab Nabi Muhammad SAW.
Sekarang telah tampak kezhaliman para umara pemerintah dan dunia telah dipenuhi dengan kerusakan, inilah akhir zaman. Namanya adalah nama
yang serupa dengan Nabi Muhammad SAW, nasabnya adalah nasab yang serupa, dan tugasnya juga serupa.
Ia menunjukkan kepada apa yang telah diriwayatkan dalam hadits- hadits Fathimy.
Setelah selesai berkhutbah, sepuluh orang dari sahabatnya bergegas menghampirinya dan berkata, Semua sifat ini hanya ada pada dirimu,
kamulahAl Mahdi.
Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin
Mereka lalu membaiatnya karena hal ini. Sejak itu ia membuat banyak perkara bidah, disamping pemyataannya bahwa dialah Al Mahdi yang telah
diketahui orang. Ia juga mengkhususkan dirinya ma sum, meletakkan namanya dalam kebanyakan khutbah, dan menuliskan namanya pada jalan-jalan,
bahkan kalimat itu menjadi rukun syahadat ketiga bagi mereka, sehingga orang yang mengingkari hal itu atau meragukannya akan digolongkan sebagai
orang kafir. Ia mensyariatkan hukuman mati pada perkara-perkara yang tidak disyariatkan hukuman mati oleh syariat, dan hal tersebut hampir mencapai
dua belas perkara, seperti: tidak menjalani perintahnya bagi yang mendengamya, tidak menghadiri majelis nasihatnya sebanyak tiga kali, dan
melakukan penipuan bila tampak pada orang lain. Madzhab mereka adalah Al Bidah Az-Zahiriyah bidah yang jelas,
sehingga mereka melakukan bidah sebagaimana melakukan suatu amalan pahala, seperti membuat pada panggilan shalat adzan: taashaalait Al
Islam, qiyam taashaalaif, suwardairi, baaridii, washbah wa lillah al hamd, dan sebagainya. Hal itu dijalankan pada masa Daulah Al Muwahhidun
dan masih ada yang tersisa sebagian setelah Daulah tersebut punah, hingga aku sendiri menemukan hal tersebut pada masjid Granada yang agung,
sehingga hal itu disingkirkan dan tersisa darinya banyak hal karena kelalaian atau sengaja dilalaikan.
Sultan Abu Ala Idris bin Yakub bin Yusuf bin Abdul Mumin bin Ali dahulu termasuk anggota mereka. Ketika tampak olehnya keburukan bidah-
bidah yang ada pada mereka, ia memerintahkan khalifahnya ketika ia di Marakisy untuk menghilangkan semua bidah yang telah dilakukan
sebelumnya dan ia menulis sebuah surat tentang hal tersebut ke berbagi penjuru. Di dalam surat tersebut ia memerintahkan untuk merubah semua
jalan tersebut bidah dan berpesan untuk selalu bertakwa kepada-Nya. Ia juga memohon pertolongan-Nya dan bertawakal kepada-Nya. Ia menjelaskan
bahwa kebatilan telah dicampakkan, maka muncullah kebenaran dan tidak ada Al Mahdi kecuali Isa AS, karena apa yang mereka serukan sebekimnya
adalah suatu perbuatan bidah yang telah dihapus, dan ia telah menghilangkan nama orang yang tidak tetap ke-ma suman-nya.
Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin
Diceritakan bahwa ayahnya —Al Manshur— sangat gigih dalam menghancurkan segala perkara yang merusak dan menyimpang, akan
tetapi waktu tidak mengizinkannya untuk melakukan hal itu. Ketika ia wafat —anaknya— Abu Muhammad Abdul Wahid— yang dijuluki Al Rasyid
menggantikannya, dan saat itu kelompok aliran ini —yang dinamakan Al Muwahhidun— mengirim sekelompok orang kepadanya, lalu sebagian dari
mereka terbunuh di daerah Az-Zarwah dan Al Gharib. Mereka kemudian menjamin diri mereka untuk masuk dalam keadaan taat dan berkhidmah
untuk membantunya serta akan membelanya sekuat tenaga, tetapi ia Ar- Rasyid harus mau menyebut lagi Al Mahdi dan mengkhususkannya sebagai
orang yang ma sum dalam sebuah khutbah dan penulisan-penulisannya, memahat kembali namanya Al Mahdi pada jalan raya-jalan raya, dan kembali
mengumandangkan doa-doa selepas shalat dan saat adzan dengan mengucapkan tashaalait Al Islam setelah mengumandangkan adzan dan
tuqaam taashalait yaitu iqamatash-shalat, dan lain sebagainya seperti surdain, qadiri, dan ashbah wa lillah al hamd.
Al Rasyid meneruskan perjuangan yang telah digambarkan oleh ayahnya dalam meninggalkan semua hal ini bidah, maka ketika Al
Muwahhidun telah kembali kepada ketaatan, mereka memberikan syarat untuk mengembalikan lagi apa-apa yang telah ia tinggalkan, mereka pun merasa
tenang dengan hal itu. Ketika tempat tinggal mereka terasa tenang dan baik dalam beberapa saat, dan tidak kembali lagi kepada mereka dari kebiasaan-
kebiasaan yang lalu, tiba-tiba prasangka mereka menjadi buruk dan mereka mengira bahwa apa yang menjadi pedoman mereka dalam agama akan hilang.
Hal itu pun terdengar oleh Al Rasyid, maka ia memperbaharui keramahannya terhadap mereka untuk mengembalikan ajaran mereka.
Seorang sejarawan berkata, Ya Allah, betapa besar kegembiraan mereka dan betapa besar ketenangan mereka mendengar perkara ini. Lidah
mereka pun melantunkan doa-doa untuk khalifah mereka, agar selalu mendapat kejayaan dan dukungan. Kesenangan mereka menyelimuti semua
generasi, dari yang tua hingga yang muda. Inilah keadaan pelaku bidah, tidak merasakan senang jika ada yang melebihi tersebarnya bidah,
Tidak untuk tujuan komersil Maktabah Raudhatul Muhibbin
Barangsiapa yang Allah menghendaki kesesatannya, maka sekali-kali kamu tidak akan mampu untuk menolak sesuatupun yang datang dari
Allah Qs. Al Ma’idaah[5]:41 Ini adalah pembicaraan seputar Al Imamah dan Al Ishmah yang
diyakini oleh madzhab Syiah.