Bidah adalah Bagian dari Kemaksiatan

apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. Qs. Al MaaMdah [5]: 87 Penjelasan ayat tersebut akan didapatkan pada bab lain, sebagai dalil bahwa mcngharamkan sesuatu yang dihalalkan Allah —walaupun dengan tujuan meniti kehidupan akhirat— tetap terlarang, itu jika tidak menolak syariat, tidak merubah syariat, dan tidak bertujuan membuat bidah. Lalu, bagaimana jika ia meniatkan untuk merubah atau mengganti syariat — sebagaimana yang dilakukan oleh orang kafir— atau bermaksud membuat bidah dalam syariat, atau sebagai pembuka jalan menuju kesesatan?

B. Bidah yang Terjadi pada Jiwa

Contoh dari bidah yang terjadi pada jiwa adalah cerita yang terjadi pada pemeluk agama Hindu yang menyiksa jiwanya sendiri dengan berbagai siksaan yang mengerikan dan beragam model pembunuhan yang menggetarkan hati serta membuat orang yang melihat dan mendengarnya merinding. Semua itu untuk mempercepat kematian, dengan suatu alasan, yaitu mendapatkan derajat yang tinggi — menurut persangkaan mereka— serta mendapatkan kemenangan yang sempurna dan kenikmatan setelah keluar dari kehidupan ini. Perbuatan mereka ini didasarkan pada pokok pemikiran yang rusak. Al Masudi dan yang lain menceritakan beberapa hal disana. Telah terjadi pembunuhan pada kehidupan Arab jahiliyyah, namun dengan rupa yang lain, yaitu pembunuhan anak-anak karena dua sebab, yaitu takut miskin dan takut aib yang saat itu menyertai mereka karena lahirnya anak perempuan, hingga Allah SWT menurunkan ayat-ayat-Nya: Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu karena takut kemiskinan. Kamilah yang akan memberi rezeki kepada mereka dan juga kepadamu. Qs. Al Israa [17]: 31 Apabila bayi-bayi perempuan yang dikubur hidup-hidup ditanya. Karena dosa apakah dia dibunuh. Qs. At-Takwiir [81]: 8-9 Dan apabila seseorang dari mereka diberi kabar dengan kelahiran anak perempuan, hitamlah merah padamlah mukanya, dan dia sangat marah. Qs. An-Nahl [16]: 58 Pembunuhan tersebut bisa menjadi agama dan peraturan yang mereka ada-adakan atau hanya merupakan adat kebiasaan yang tidak sampai mereka jadikan sebagai peraturan. Allah mencela mereka dalam hal itu, sehingga hal itu tidak dihukumi sebagai bidah, tetapi kemaksiatan. Kemudian kami melihat apakah bisa kami dapatkan penguat untuk salah satu dari dua kemungkinan itu yang lebih sesuai dengan ayat-ayat tadi? Ternyata kami dapatkan firman Allah, Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dari orang-orang yang musyrik itu memandang balk membunuh anak-anak mereka untuk membinasakan mereka dan untuk mengaburkan bagi mereka agamanya. Qs. Al Anaam [6]: 137 Ayat ini menjadi penjelas bahwa anggapan baik mereka dikarenakan dua sebab, yaitu pemusnahan dan pengaburan agama. Yaitu pada firman- Nya, Dan untuk mengaburkan bagi mereka agamanya. Pengaburan ini tidak mungkin terjadi tanpa adanya perubahan penambahan atau pengurangan, dan inilah yang disebut bidah. Dahulu agama mereka adalah agama bapak mereka Ibrahim, maka permasalahan ini termasuk dari sekian hal yang mereka rubah, tak ubahnya seperti bahiirah, saaibah, dan penancapan berhala, sehingga mereka menganggap hal itu sebagai bagian dari agama yang mereka anut. Ini diperkuat oleh firman Allah setelahnya, Maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan. Qs. Al Anaam [6]: 137 Allah menisbatkan perbuatan mereka sebagai perbuatan yang diada-adakan iftira’, sedangkan kemaksiatan bukanlah hal yang diada-adakan iftira’, karena sebuah —iftira — terjadi pada syariat yang telah ada, bahwa pembunuhan itu mereka maksudkan termasuk bagian yang dibawa oleh agama. Oleh karena itu, Allah berfirman setelah itu, Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka karena kebodohan lagi tidak mengetahui, dan mereka mengharamkan apa yang Allah telah rezekikan kepada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. Qs. Al Anaam [6]: 140 Allah menjelaskan bahwa membunuh anak-anak dan mengharamkan sesuatu yang telah dihalalkan oleh Allah termasuk bagian dari yang diada-adakan iftira’. Allah kemudian menutup firman-Nya dengan, Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat petunjuk. Qs. Al Anaam [61:140 Apa yang Allah katakan pada akhir ayat ini adalah kekhususan bidah —sebagaimana telah diterangkan— sehingga perbuatan orang-orang Hindu serupa dengan yang dilakukan oleh orang Arab Jahiliyyah, dan insyaallah akan dijelaskan madzhab Al Mahdi Al Maghribi dalam melegalkan syariat pembunuhan ini. Walaupun sebagian mufassir berkata untuk mengomentari firman Allah, Dan demikianlah pemimpin-pemimpin mereka telah menjadikan kebanyakan dan orang-orang yang musyrik itu memandang baik membunuh anak-anak mereka. Qs. Al Anaam [6]: 137, Maksudnya adalah pembunuhan pada anak-anak karena alasan nadzar dan taqarrub kepada Allah, seperti yang dilakukan dan Abdul Muthallib kepada anaknya, Abdullah, ayah Nabi SAW. Pembunuhan semacam ini bisa memberikan masalah dalam memahaminya, sebab bisa saja dikatakan bahwa hal itu mungkin dilakukan sebagai bagian dari bentuk keteladanan yang diambil dari bapak mereka Ibrahim AS, sebab Allah memerintahkannya untuk membunuh anaknya Ismail AS, sehingga atas dasar inilah mereka tidak melakukan pembuatan syariat baru atau kedustaan, sebab mereka kembali kepada pokok yang benar yaitu amalan dari bapak mereka Ibrahim AS. Kalaulah perkataan ini kita anggap benar, maka perbuatan Ibrahim AS kita dudukkan sebagai suatu perbuatan yang tidak disyariatkan bagi keturunannya yang datang setelahnya. Jadi, sisi pengada-adaan dalam agama untuk masalah ini tetap jelas, apalagi jika kita perjelas dengan menempatkan syubhat masalah penyembelihan Jadi,