Perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual HKI masih lemah

90 Tumbuhnya industri kreatif sangat dipengaruhi oleh iklim yang kondusif bagi kreativitas. Salah satu unsur utama yang dapat mempengaruhi hal ini adalah perlindungan terhadap HKI. Satu permasalahan yang mendasar di Indonesia adalah tingginya kasus pembajakan yang terjadi dan terutama sangat berpengaruh bagi industri kreatif, seperti musik, penerbitan percetakan, film video. Dampak yang bisa ditimbulkan bisa sangat negatif, karena pembajakan ini menjadi disinsentif bagi pelaku industri kreatif, karena mereka tidak menikmati hasil dari jerih payahnya melainkan orang lain. Hal ini dalam jangka panjang dapat berdampak negatif dengan hilangnya motivasi untuk menjadi penggiat di industri kreatif. Pelaku ‐pelaku di dalam industri kreatif bersikap skeptis terhadap perlindungan HKI Hak Atas Kekayaan Intelektual yang terkait dengan TRIPS Trade‐Related Aspects Intelectual Property. Mereka ingin adanya perlindungan, namun pelayanan, perlindungan dan advokasi pemerintah masih perlu ditingkatkan kantor pengurusan HKI lokasinya jauh dari pusat bisnis, waktu pengurusan masih relatif lama, biaya mahal Selain hal‐hal yang telah dijelaskan di atas, kemampuan lobby pemerintah dalam WTO yang memperjuangkan masalah TRIPS masih perlu ditingkatkan, khususnya untuk sengketa ‐sengketa HKI aset budaya tradisional Indonesia yang di klaim oleh negara lain.

3. Peran asosiasi industri dan ikatan profesi perlu dikembangkan

Hampir dalam semua sektor industri kreatif sudah terdapat asosiasi pengusaha atau pelaku industri, sepert Asosiasi Perangkat Lunak dan Komputer Indonesia ASPILUKI, IKAPI Ikatan Penerbit Indonesia, atau ASIRI Asosiasi Industri Rekaman Indonesia. Mereka telah berupaya berperan memperjuangkan kepentingan mereka, namun sebenarnya ada fungsi yang lebih yang bisa diperankan asosiasi‐asosiasi tersebut, yaitu sebagai community of practice. Komunitas‐komunitas kreatif ini akan menjadi tempat sharing knowledge, kreativitas dan pengalaman antar para pekerja kreatif. Selain itu, komunitas ini dapat menjadi cikal bakal bagi lahirnya proses kemitraan antara pelaku industri kreatif yang besar dan mapan dengan para pelaku yang kecil dan baru L EMBAGA P EMBIAYAAN F INANCIAL I NTERMEDIARY

1. Kebutuhan akan pembiayaan

Setiap jenis usaha pada umumnya akan membutuhkan pembiayaan untuk memulai usahanya atau proses operasionalisasinya. Sebagian besar dari subsektor industri kreatif tidak membutuhkan modal awal yang besar untuk memulai usaha, karena industri kreatif ini sangatlah bergantung pada kreativitas individu. Pada proses operasionalisasi, sebagian besar pelaku industri kreatif ini dapat tetap beroperasi walaupun tanpa adanya bantuan dari lembaga keuangan. Yang lebih penting bagi industri kreatif ini adalah akses pasar seluas‐luasnya bagi para pelaku industri kreatif. Walaupun para pelaku industri kreatif dapat bertahan tanpa adanya bantuan pembiayaan, tetapi industri ini tetap membutuhkan bantuan pembiayaan untuk dapat selalu kreatif dalam menciptakan produkjasa baru kepada konsumen. Oleh karena itu pembiayaan sangat diperlukan dalam proses kreatif penciptaan nilai dari produkjasa yang ditawarkan. 91

2. Jumlah dan skema pembiayaan bagi Industri Kreatif

Di Indonesia, belum banyak terdapat lembaga keuangan yang menawarkan skema yang sesuai bagi pada pelaku di industri kreatif. Syarat adanya kolateralagunan pada skema kredit konvensional memberatkan para pelaku industri kreatif, dan juga tidak memotivasi para pelaku untuk menciptakan sesuatu yang baru, karena keseluruhan resiko harus ditanggung oleh pelaku usaha. Contoh konkrit misalnya pada subsektor perfilman. Pada subsektor ini, sangat dibutuhkan skema pembiayaan yang toleran terhadap kegagalan, yaitu kemungkinan bahwa film tidak akan laku di pasaran, sehingga seharusnya resiko tidak hanya dibebankan kepada pembuat film tetapi juga didukung oleh lembaga keuangan bersangkutan. Industri kreatif Indonesia mungkin dapat memanfaatkan skema pembiayaan KREDIT USAHA RAKYAT KUR yang telah diluncurkan oleh Presiden RI pada tanggal 5 November 2007 berdasarkan Nota Kesepahaman Bersama MoU antara Pemerintah, Perusahaan Penjaminan, dan Perbankan enam bank yaitu Bank Mandiri, BNI, BTN, BRI, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan KreditPembiayaan kepada UMKMKoperasi. Hal ini dilaksanakan sesuai dengan Inpres No. 6 Tahun 2007 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Tetapi pada kenyataannya, kebijakan ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dan tersosialiasi dengan baik bagi UMKM ataupun para pelaku usaha yang membutuhkan. Industri kreatif Indonesia juga mungkin dapat memanfaatkan lembaga keuangan yang bukan bank yang juga bisa digunakan yaitu, Penanaman Modal Madani PNM milik BUMN dan KPI milik KADIN. Kedua institusi ini hanya mengambil 1,5 ‐ 2 . Bentuk skema pembiayaan lain yang sesuai dengan industri kreatif ini misalnya: permodalan ventura, angel investor, atau CSR Corporate Social Responsibility. Bentuk skema pembiayaan seperti ini, di Indonesia sangatlah jarang karena merupakan bentuk skema pembiayaan yang beresiko tinggi bagi lembaga keuangan.