Kebutuhan akan pembiayaan Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 - Buku 1

91

2. Jumlah dan skema pembiayaan bagi Industri Kreatif

Di Indonesia, belum banyak terdapat lembaga keuangan yang menawarkan skema yang sesuai bagi pada pelaku di industri kreatif. Syarat adanya kolateralagunan pada skema kredit konvensional memberatkan para pelaku industri kreatif, dan juga tidak memotivasi para pelaku untuk menciptakan sesuatu yang baru, karena keseluruhan resiko harus ditanggung oleh pelaku usaha. Contoh konkrit misalnya pada subsektor perfilman. Pada subsektor ini, sangat dibutuhkan skema pembiayaan yang toleran terhadap kegagalan, yaitu kemungkinan bahwa film tidak akan laku di pasaran, sehingga seharusnya resiko tidak hanya dibebankan kepada pembuat film tetapi juga didukung oleh lembaga keuangan bersangkutan. Industri kreatif Indonesia mungkin dapat memanfaatkan skema pembiayaan KREDIT USAHA RAKYAT KUR yang telah diluncurkan oleh Presiden RI pada tanggal 5 November 2007 berdasarkan Nota Kesepahaman Bersama MoU antara Pemerintah, Perusahaan Penjaminan, dan Perbankan enam bank yaitu Bank Mandiri, BNI, BTN, BRI, Bank Bukopin, dan Bank Syariah Mandiri pada tanggal 9 Oktober 2007 tentang Penjaminan KreditPembiayaan kepada UMKMKoperasi. Hal ini dilaksanakan sesuai dengan Inpres No. 6 Tahun 2007 tanggal 8 Juni 2007 tentang Kebijakan Percepatan Pengembangan Sektor Riil dan Pemberdayaan UMKM. Tetapi pada kenyataannya, kebijakan ini belum sepenuhnya dapat dilaksanakan dan tersosialiasi dengan baik bagi UMKM ataupun para pelaku usaha yang membutuhkan. Industri kreatif Indonesia juga mungkin dapat memanfaatkan lembaga keuangan yang bukan bank yang juga bisa digunakan yaitu, Penanaman Modal Madani PNM milik BUMN dan KPI milik KADIN. Kedua institusi ini hanya mengambil 1,5 ‐ 2 . Bentuk skema pembiayaan lain yang sesuai dengan industri kreatif ini misalnya: permodalan ventura, angel investor, atau CSR Corporate Social Responsibility. Bentuk skema pembiayaan seperti ini, di Indonesia sangatlah jarang karena merupakan bentuk skema pembiayaan yang beresiko tinggi bagi lembaga keuangan. 92 P EMETAAN K EKUATAN , KELEMAHAN , P ELUANG SERTA A NCAMAN INDUSTRI K REATIF Pondasi Pilar Strength Weakness Opportunity Threats People + Jumlah SDM kreatif mulai tumbuh + Creative talent Indonesia sudah mulai diakui di dunia internasional + Profesi di bidang kreatif mulai mendapatkan apresiasi di masyarakat + Jiwa creative entrepreneurship mulai tumbuh walaupun belum terfasilitasi dengan baik − Jumlah dan kualitas SDM sebagai pondasi industri kreatif kurang memadai − SDM yang berkiprah di dunia internasional masih sedikit − Belum terjadi brain talent circulation yang intensif di antara para pelaku industri kreatif + Potensi ‘talent brain circulation’ jika SDM kreatif Indonesia di mancanegara bisa difasilitasi + Peluang untuk belajar dari SDM asing yang ada di Indonesia + Terjadinya talent drain dengan perginya SDM kreatif ke negara lain + Ketimpangan antara penghargaan terhadap creative talent SDM asing dan anak negeri Industry + Sebagian besar subsektor merupakan industri jasa dan menunjukkan trend pertumbuhan di atas pertumbuhan PDB Indonesia + Jalur distribusi fisik seperti pasar modern dan tradisional, galeri, toko dan lain‐lain semakin banyak + Konektivitas virtual semakin baik seiring dengan membaiknya industri telekomunikasi + Entry barrier dan exit barrier industry ini relatif kecil − Mahal dan rendahnya penetrasi Infrastruktur telekomunikasi Indonesia − Jalur transportasi masih bermasalah ketidakadaan dan kemacetan − Masih terdapat beberapa industri dimana lokasi industri masih jauh dari lokasi bahan bakunya − Adanya beberapa subsektor industri kreatif yang kurang menarik − Daya tawar distributor yang lebih besar dari produsen + Memiliki keunggulan komparatif + Apresiasi pasar luar negeri lebih baik dalam hal originalitas seni, budaya dan desain + Potensi pasar domestik masih besar + Adanya industri yang cocok untuk pasar domestik diusahakan entrepeneur lokal + Kekuatan harga dan mutu produk Republik Rakyat Tiongkok RRT + Kekuatan inovasi produk asing + Lokasi pasar domestik secara geografis masih sulit dijangkau Technology + Kondisi telekomunikasi semakin baik; tarif semakin terjangkau, ponsel semakin murah, provider − Lemahnya Penguasaan teknologi pendukung Industri Kreatif − Ketimpangan kondisi TIK yang + Semakin terbukanya akses terhadap teknologi + Permintaan akan TIK semakin + Maraknya pembajakan menyebabkan keengganan pelaku usaha asing