Kurang Motivasi Mengolah Bahan Baku

89

4. Peluang Menjadi Laboratorium Dunia

Dalam bidang bio teknologi yang merupakan industri hilir dari subsektor industri kreatif riset dan pengembangan berbasis sumber daya alam, Keragaman hayati Indonesia bisa menjadi peluang tersendiri. Negara seperti Brazil yang merupakan penghasil kopi terbesar didunia telah berhasil membangun pusat laboratorium untuk DNA Sequencing kelas dunia untuk beraneka ragam varietas kopi. Brasil juga dihormati karena tidak melakukan rekayasa genetis terhadap hasil penelitiannya. Aktivitas riset dan pengembangan ini menjadi sangat kompetitif karena berpeluang dalam pencitaan paten‐ paten baru. Setiap kali hasil penelitian tersebut digunakan oleh industri hilir, akan ada royalti yang harus dibayar kepada lembaga riset tersebut.

5. Kerusakan Hutan Semakin Parah

Karena kerusakan bumi semakin mengkhawatirkan, pasar dunia mulai mensyaratkan produk ‐produk yang berwawasan lingkungan. Persyaratan untuk memasuki pasar dunia semakin ketat. Reputasi Indonesia sebagai salah satu negara dengan laju deforestasi tertinggi sangat merugikan subsektor industri kreatif berbasis sumber daya alam, karena berkaitan dengan pencitraan Indonesia di pasar internasional.

6. Maraknya pemanfaatan bahan baku ‘Spanyol’

Terdapat istilah yang sudah sangat populer diantara pelaku industri kreatif berbasis sumber daya alam seperti kerajinan dan furnitur yaitu Spanyol atau “Separuh Nyolong” setengah mencuri. Istilah ini biasanya digunakan untuk menyebut asal muasal bahan baku. Bahan baku yang resmi harganya lebih mahal, sedangkan bahan baku curian lebih murah. Masyarakat cenderung tidak perduli dengan asal muasal bahan baku, yang penting dapat membeli dengan murah. Apabila persepsi masyarakat tetap seperti ini, maka upaya‐upaya pencurian akan terus berlangsung sehingga pengerusakan hutan akan terus tidak terkendali. I NSTITUSI I NSTITUTION

1. Produk industri kreatif masih merupakan kebutuhan sekunder nice to have

Masyarakat Indonesia belum terlalu mengapresiasi sejarah dan produk kreatif, melainkan masih terfokus pada fungsi produk. Hal ini sangat dipengaruhi oleh tingkat GDP per kapita yang masih relatif rendah, dan proporsi terbesar pendapatan lebih banyak digunakan untuk konsumsi kebutuhan pokok. Selain solusi utama dalam bentuk pertumbuhan ekonomi yang akan meningkatkan taraf hidup, peningkatan penghargaan terhadap produk kreatif bisa dilakukan dengan menjadikan produk kreatif memiliki nilai tambah lebih dibanding produk lain dengan fungsi sejenis. Sebagai contoh sederhana, penggunaan batik tidak hanya untuk pesta tetapi juga untuk keperluan dinas sehari‐hari. Produk kreatif berbasis budaya Indonesia tersebut sebenarnya juga merupakan potensi kekuatan yang utama bagi industri kreatif Indonesia untuk berperan di kancah internasional.

2. Perlindungan terhadap hak atas kekayaan intelektual HKI masih lemah

90 Tumbuhnya industri kreatif sangat dipengaruhi oleh iklim yang kondusif bagi kreativitas. Salah satu unsur utama yang dapat mempengaruhi hal ini adalah perlindungan terhadap HKI. Satu permasalahan yang mendasar di Indonesia adalah tingginya kasus pembajakan yang terjadi dan terutama sangat berpengaruh bagi industri kreatif, seperti musik, penerbitan percetakan, film video. Dampak yang bisa ditimbulkan bisa sangat negatif, karena pembajakan ini menjadi disinsentif bagi pelaku industri kreatif, karena mereka tidak menikmati hasil dari jerih payahnya melainkan orang lain. Hal ini dalam jangka panjang dapat berdampak negatif dengan hilangnya motivasi untuk menjadi penggiat di industri kreatif. Pelaku ‐pelaku di dalam industri kreatif bersikap skeptis terhadap perlindungan HKI Hak Atas Kekayaan Intelektual yang terkait dengan TRIPS Trade‐Related Aspects Intelectual Property. Mereka ingin adanya perlindungan, namun pelayanan, perlindungan dan advokasi pemerintah masih perlu ditingkatkan kantor pengurusan HKI lokasinya jauh dari pusat bisnis, waktu pengurusan masih relatif lama, biaya mahal Selain hal‐hal yang telah dijelaskan di atas, kemampuan lobby pemerintah dalam WTO yang memperjuangkan masalah TRIPS masih perlu ditingkatkan, khususnya untuk sengketa ‐sengketa HKI aset budaya tradisional Indonesia yang di klaim oleh negara lain.

3. Peran asosiasi industri dan ikatan profesi perlu dikembangkan

Hampir dalam semua sektor industri kreatif sudah terdapat asosiasi pengusaha atau pelaku industri, sepert Asosiasi Perangkat Lunak dan Komputer Indonesia ASPILUKI, IKAPI Ikatan Penerbit Indonesia, atau ASIRI Asosiasi Industri Rekaman Indonesia. Mereka telah berupaya berperan memperjuangkan kepentingan mereka, namun sebenarnya ada fungsi yang lebih yang bisa diperankan asosiasi‐asosiasi tersebut, yaitu sebagai community of practice. Komunitas‐komunitas kreatif ini akan menjadi tempat sharing knowledge, kreativitas dan pengalaman antar para pekerja kreatif. Selain itu, komunitas ini dapat menjadi cikal bakal bagi lahirnya proses kemitraan antara pelaku industri kreatif yang besar dan mapan dengan para pelaku yang kecil dan baru L EMBAGA P EMBIAYAAN F INANCIAL I NTERMEDIARY

1. Kebutuhan akan pembiayaan

Setiap jenis usaha pada umumnya akan membutuhkan pembiayaan untuk memulai usahanya atau proses operasionalisasinya. Sebagian besar dari subsektor industri kreatif tidak membutuhkan modal awal yang besar untuk memulai usaha, karena industri kreatif ini sangatlah bergantung pada kreativitas individu. Pada proses operasionalisasi, sebagian besar pelaku industri kreatif ini dapat tetap beroperasi walaupun tanpa adanya bantuan dari lembaga keuangan. Yang lebih penting bagi industri kreatif ini adalah akses pasar seluas‐luasnya bagi para pelaku industri kreatif. Walaupun para pelaku industri kreatif dapat bertahan tanpa adanya bantuan pembiayaan, tetapi industri ini tetap membutuhkan bantuan pembiayaan untuk dapat selalu kreatif dalam menciptakan produkjasa baru kepada konsumen. Oleh karena itu pembiayaan sangat diperlukan dalam proses kreatif penciptaan nilai dari produkjasa yang ditawarkan.