Inti Super Kreatif Super Creative Core. Strata kreatif ini terdiri dari ilmuwan dan

51 dalam proses kreatif . Hal utama yang harus dihasilkan dalam pekerjaan kreatif adalah menghasilkan suatu bentuk baru atau desain yang siap untuk digunakan secara luas, misalnya: desain sebuah produk yang dapat dibuat secara luas, dijual dan akhirnya digunakan; teori dan strategi yang dapat diaplikasikan di berbagai kasus; atau menggubah musik yang dapat dipertontonkan berulang kali. Individu‐individu pada strata ini akan terlibat pada contoh kegiatan di atas secara teratur.

2. Pekerja Kreatif Profesional Creative Professional. Individu pada strata ini pada

umumnya bekerja pada industri yang memiliki karakterisitik: knowledge‐intensive seperti industri berbasis teknologi tinggi high tech, berbasis jasa layanan keuangan, berbasis Hukum, praktisi kesehatan dan teknikal, dan manajemen bisnis. Individu ini terlibat dalam penyelesaian masalah yang memerlukan kreativitas creative problem solving untuk membuat gambaran dari sebuah struktur pengetahuan yang kompleks untuk menyelesaikan masalah yang spesifik. Untuk dapat melakukan hal ini, pada umumnya akan membutuhkan tingkat pendidikan yang cukup tinggi dan individu pada strata ini sering kali mengaplikasikan atau mengkombinasikan suatu metoda standar dengan cara yang unik sehingga dapat sesuai dengan permasalahan atau situasi yang ada. Dokter, pengacara, atau manajer seringkali melakukan hal ini untuk menyelesaikan kasuspermasalahan yang dihadapinya. Individu‐individu yang berada pada strata ini mungkin saja dapat menjadi individu pada strata inti super kreatif, jika individu ini terlibat dalam proses penciptaan sesuatu yang baru. Richard Florida juga menyatakan bahwa terdapat strata lainnya di luar strata kreatif, yaitu yang disebut dengan strata Pekerja Working Classservice class. Pekerja‐pekerja dalam strata ini pada umumnya memiliki gajiupah yang kecil, dan tidak memiliki otonomi dalam pekerjaannya. Pekerja‐pekerja yang termasuk dalam strata ini antara lain: pekerja kontruksi dan ekstraksi; pekerja instalasi, perbaikan dan perawatan; pekerja produksi; pekerja transportasi dan pengangkut material; pekerja pendukung kesehatan; pekerja penyiap makanan dan layanan makanan lainnya; pekerja pembersih dan perawat gedung; pekerja tenaga perawat pribadi; pekerja penjual biasa; pekerja administrasi; pekerja sosial; dan pekerja keamanan. Strata ini diperlukan keberadaanya untuk mendukung para pekerja kreatif sehingga dapat menciptakan suatu yang baru sebesar‐besarnya bagi kesejahteraan umat manusia. Di Indonesia, saat ini, jumlah individu yang berada dalam strata kreatif jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan individu yang berada dalam strata pekerja. Hal ini tentunya menjadi masalah utama, jika Indonesia ingin mengembangkan ekonomi kreatif, karena seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dalam ekonomi kreatif, sumber daya insani people merupakan pondasi dari ekonomi kreatif. Agar dapat mengubah komposisi ini, pemerintah memiliki peran sentral, dimana pemerintah harus lebih serius dalam mengembangkan sistem pendidikan yang mendukung lahirnya para pekerja kreatif, baik melalui jalur formal maupun nonformal, sehingga ekonomi kreatif yang merupakan ekonomi berbasis pengetahuan knowledge economy dapat tumbuh dan berkembang secara signifikan. 52 P ILAR U TAMA M ODEL P ENGEMBANGAN E KONOMI K REATIF Dalam model pengembangan ekonomi kreatif terdapat 5 pilar yang perlu terus diperkuat sehingga industri kreatif dapat tumbuh dan berkembang mencapai visi dan misi ekonomi kreatif Indonesia. Kelima pilar ekonomi kreatif tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut :

1. Industry.

Industri merupakan bagian dari kegiatan masyarakat yang terkait dengan produksi, distribusi, pertukaran serta konsumsi produk atau jasa dari sebuah negara atau area tertentu. Industri yang menjadi perhatian dalam pilar ini khususnya adalah industri kreatif yang akan dianalisis berdasarkan model Porter 5‐forces 15 . Analisis dengan Porter 5‐forces sebagai framework ini dilakukan untuk mengupayakan terbentuknya struktur pasar industri kreatif dengan persaingan sempurna yang mempermudah pelaku industri kreatif untuk melakukan bisnis dalam sektor tersebut. Pilar Industri ini dimasukkan ke dalam model pengembangan ekonomi kreatif, berdasarkan kepada pendekatan dari Howkins 2001 yang mengatakan kreativitas saja tidak bisa dihitung. Yang bisa dihitung adalah produk kreatif. Produk kreatif adalah hasil suatu kreativitas dikalikan dengan transaksi. Ini mengindikasikan adanya faktor kreasi dan originalisasi yang memiliki potensi kapital danatau yang diproduksi sedemikian rupa untuk dikomersialisasikan.

2. Technology.

Teknologi dapat didefinisikan sebagai suatu entitas baik material dan non material, yang merupakan aplikasi penciptaan dari proses mental atau fisik untuk mencapai nilai tertentu. Dengan kata lain, teknologi bukan hanya mesin ataupun alat bantu yang sifatnya berwujud, tetapi teknologi ini termasuk kumpulan teknik atau metode ‐metode, atau aktivitas yang membentuk dan mengubah budaya. 16 Teknologi ini akan merupakan enabler untuk mewujudkan kreativitas individu dalam karya nyata. Richard Florida Florida, 2003 mengatakan ada tiga modul utama membangun ekonomi berbasis kreativitas yaitu 1 Talenta Sumber daya insani, 2 Teknologi, 3 dan Toleransi Sosial. Teknologi dimasukkan kedalam pilar karena fungsinya sebagai kendaraan dan perangkat tools bagi pengembangan landasan ilmu pengetahuan. Teknologi bisa dipakai dalam berkreasi, memproduksi, berkolaborasi, mencari informasi, distribusi dan sarana bersosialisasi.

3. Resources.

Sumber daya yang dimaksudkan disini adalah input yang dibutuhkan dalam proses penciptaan nilai tambah, selain ide atau kreativitas yang dimiliki oleh sumber daya insani yang merupakan landasan dari industri kreatif ini. Sumber daya meliputi sumber daya alam maupun ketersediaan lahan yang menjadi input penunjang dalam industri kreatif. Sumber daya material yang khas Indonesia seperti misalnya rotan adalah salah satu keunikan dari bangsa Indonesia. Intensifikasi sumber daya‐sumber daya yang khas ini kedalam produk‐produk fisikal seperti desain, kerajinan dan fesyen memberikan identitas nasional yang dibutuhkan dalam berkompetisi dipasar global. 15 Model 5 forces dari Porter 1979 adalah sebuah framework yang digunakan untuk analisis industri dan pengembangan strategi bisnis, mencakup 5 elemen: daya tawar supplier, daya tawar customer, ancaman dari produk substitusi, ancaman dari pemain baru, dan intensitas persaingan di dalam industri tersebut 16 http:en.wikipedia.orgwikiTechnologyDefinition_and_usage